Chapter 8

68 14 0
                                    

"MOMMY!!!"

Jantung Anna terasa berhenti mendengar teriakan dari kamar Annie. Ia pun semakin mempercepat langkahnya menuju ke kamar. Untung saja pintu kamar tidak dikunci, dan pelayan yang ditugaskan khusus untuk menjaga Annie masih mendengar perintahnya.

"Apa yang kamu lakukan?!" Bentakkan Leon terdengar bahkan dari luar.

Ketika Anna membuka pintu, terlihat Annie yang sedang menangis karena bajunya terkena tumpahan teh. Anna pun segera menghampiri murid kecilnya itu dan memeriksa keseluruhan tubuhnya. Di sampingnya, ada Leon yang sibuk memarahi pelayan tersebut.

"Kamu tidak punya mata huh?! Teledor sekali kamu! Memangnya kamu bisa mengganti biaya operasi kalau sampai putri saya kenapa-napa?!!"

"Sudah cukup!!! Can't you just be quiet?!"

"Tapi dia..."

Anna sama sekali tidak menghiraukan kemarahan Leon karena fokusnya adalah Annie yang sekarang ini sedang kesakitan. "We need to take her to the hospital right now. Soalnya teh panas itu tumpah kena luka Annie yang sebelumnya," lanjut Anna pelan.

Tanpa mempedulikan si pelayan, Leon langsung menggendong Annie dan membawanya turun ke bawah. Sebelum ia membuka pintu, Leon hanya menoleh sekilas ke arah Anna. "Kamu ikut. Kita bereskan semuanya di rumah sakit."

Tak ada yang bisa Anna lakukan kecuali menuruti permintaan Leon. Pertama, karena ia pun ingin berada di samping Annie. Ia tidak akan bisa tenang tanpa mengetahui kabar Annie yang mustahil akan didapatkannya jika hanya mengandalkan Leon Dan arogansinya yang selangit. Kedua, tentu saja Anna merasa sangat bertanggung jawab atas apa yang terjadi, meskipun bukan dirinya yang melakukan.

Ketika Anna akan melangkah, tiba-tiba tangannya dipegang oleh sang pelayan. "Non... to.. tolong kabarin saya kondisi Non Annie ya. Ma... maafin saya Non. Saya benar-benar ga sengaja. T-tadi..."

Melihat raut wajah penuh rasa bersalah, Anna menjadi iba. "Tenang ya. Semua akan baik-baik saja. Yang penting kamu di sini dulu. Nanti kita baru bicara setelah saya pulang dari rumah sakit," ucap Anna menenangkan pelayannya.

She really hopes everything will be ok.

***


"Terjadi infeksi pada luka anak Bapak dan Ibu. Keputusan kalian untuk segera membawanya ke rumah sakit sudah tepat. Jika terlambat, mungkin infeksinya akan semakin parah. Untunglah Annie belum demam."

Demikianlah penjelasan dokter pada mereka setelah pemeriksaan Annie. Keputusan terakhir yang sangat dianjurkan dokter adalah Annie dirawat dahulu semalam karena harus memeriksa luka-luka lainnya. Satu hal yang membuat Anna bersyukur adalah kondisi Annie yang masih dapat diselamatkan dan berangsur membaik.

Awalnya dokter sempat curiga kepada mereka berdua melihat banyaknya lebam-lebam pada tubuh Annie. Namun setelah dijelaskan secara terperinci oleh Anna, akhirnya dokter pun mengerti serta tidak memperpanjang masalah. Sebaliknya, mereka justru siap membantu jika diperlukan.

"Saya dan istri saya sangat berterima kasih pada dokter. Kami sungguh bersyukur atas penanganan yang diberikan rumah sakit," ucap Leon sambil menjabat tangan dokter tersebut.

Anna di sisi lain, hanya bisa pasrah mendengar ucapan Leon. Istri, pacar, atau apalah. Anna sudah tidak peduli. Baginya yang terpenting adalah memantau kondisi Annie.

"We need to talk. Let's go out for a while," bisik Leon pada Anna yang masih memperhatikan Annie yang baru saja tertidur.

"Oh, dokternya sudah keluar?"

"Already since 5 minutes ago. Keluar dulu. Biar Daniel yang jaga."

Meskipun tidak rela, pada akhirnya Anna mengikuti Leon keluar. Lihat saja matanya yang masih tertuju pada sosok Annie hingga pintu ditutup. Akhirnya Daniel lah yang menggantikan mereka untuk menjaga Annie di kamar pasien.

"So, have you made up your mind? It's more than 1 hour already," tanya Leon.

"Really? In a time like this?"

"Why not? Aku sudah bilang sama kamu kalau kamu cuma punya waktu 1 jam 'kan untuk memutuskan? Ditambah lagi terjadi hal seperti ini pada Annie. Didn't you feel a bit responsible, Miss Annabelle?"

"Are you crazy?! Ga ada yang mengambil keputusan penting seperti menikah hanya dalam waktu 1 jam!!! Jus... Justru ditambah kejadian seperti ini malah membuatku makin pusing. For now I'm really tired... really..."

Anna sudah kehilangan kekuatan untuk bertengkar atau pun membela dirinya saat ini. Dirinya hanya ingin kembali ke kamar Annie dan menemani murid tercintanya itu. Jauh lebih penting daripada mendampingi si ayah arogan yang dinginnya lebih daripada kutub utara dan super egois ini.

"So what do you want, Belle?"

"A week. Give me a week to consider..."

"No. One day."

"3 days... give me 3 days then... Aku janji akan kasih kamu jawaban terbaik buat kita. Promise."

"Fine. 3 days and you must give me an answer," jawab Leon setelah berpikir sejenak.

Anna sungguh mengucap syukur dalam hatinya. Nyatanya kelas business yang sempat dia ambil sebentar beberapa tahun lalu cukup berguna dalam membantunya bernegosiasi.

***


Semalaman Anna ingin menjaga Annie. Duduk di samping ranjang agar ketika Annie membuka matanya, Annalah yang pertama kali dilihat. Saran untuk beristirahat sejenak bahkan tidak dihiraukannya.

Agar rasa kantuk dapat dilawan, Anna pun memutuskan untuk mengecek ponselnya. Ponsel yang sejak awal dimatikannya. Anna tidak kaget lagi ketika mendapati berbagai notifikasi chat yang masuk dari rekan kerja hingga keluarganya.

Monique

Na, Lo dimana???

Mingdep lo masukan???

Pada nyariin


Steven a.k.a Mr. Principal

Miss Annabelle,

I hope next week you can get back to work.

Cause I don't know how to defend you anymore...


Dr. Meira

Miss Annabelle, there's a few things I need to discuss with you regarding Annie's condition. When will you come back?

Anna pun membalas setiap chat tersebut. Masuk minggu depan bukanlah sebuah hal yang buruk. Toh rencananya untuk bersembunyi lebih lama sepertinya harus berhenti sampai disini. Karena pada akhirnya Leon, orang yang tidak disangka-sangka adalah targetnya, telah menemukan tempat persembunyiannya.

Malah saat ini, rasanya Anna ingin mengutuki diri sendiri karena merasa telah ceroboh dalam mengambil keputusan. Keputusan yang pada akhirnya malah melibatkan orang lain. Baiklah. Salahkan saja Anna dan keimpulsifannya ketika sedang diselimuti emosi. Mudah-mudahan Anna belajar banyak dari kasus beberapa hari ini.

Setelah selesai membalas berbagai chat, Anna pun ingin kembali mematikan handphone-nya. Namun, satu notifikasi yang muncul justru mengurungkan niatnya.

Zmatch

MediaMan

Hi Len! Still busy?

Don't you miss me?

***

Entangled AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang