Chapter 2

192 52 13
                                    

"Ka.. kamu? How could you..."

Sepasang mata penuh kecewa itu sedang menatapnya. Sepasang mata yang tidak sanggup Leon pandang. Tatapan yang biasanya penuh cinta itu kini telah berubah.

"Ga mungkin! Dasar pembohong!"

"Kamu ko gitu sih, Babe. 2 bulan lalu kan kita melalui malam yang indah. Aku bahkan punya foto-foto kita berdua. Jangan karena keluarga aku ga selevel sama keluarga kamu, terus kamu malah jadi buang aku dong."

"Sayang, jawab aku. Apa benar kamu tidur sama dia 2 bulan lalu?", tanya wanita itu sambil melirik tajam pada Leon.

"Biar saya saja yang jawab. Mana mau dia mengaku. Benar kalau kita..."

"DIAM! SAYA TIDAK TANYA KAMU! DASAR JALANG! SAYA BERTANYA KEPADA TUNANGAN SAYA!"

Seisi ruangan sangat terkejut mendengar hinaan yang dilancarkan oleh wanita itu. Begitu juga dengan Leon. Tunangannya itu masih tampak menunggu jawaban dari pertanyaan yang dilontarkan tanpa menghiraukan sosok yang sukses menghancurkan perayaan mereka. Sayang, hanya ekspresi penuh rasa bersalah yang hanya dapat Leon berikan.

Ketika Leon berusaha meraih tangannya, dia justru menepisnya dan melangkah mundur. "Don't you dare to touch me!"

"Love, I'm sorry," kata Leon masih berusaha menghampiri tunangannya. Wanita itu terus berjalan mundur setiap kali Leon melangkah maju.

"Love, I'm sorry, ok? Waktu itu kita lagi bertengkar hebat. I went to the bar and had some drinks with my friends. Then this girl came to me. Trust me, Love. I refused her. Whatever she was trying to do, I refused them all. But.. but the more I drink... I..."

"You want to say that you don't know anything, right? You want to say that when you wake up, you saw this girl next to you. Do you think I will trust all your bullshit, Jerk?!" balas tunangannya dengan lelehan air mata yang terus keluar dari matanya. Sementara sosok yang telah sepenuhnya menang hanya berdiri dan memandang drama yang terjadi sambil tersenyum puas.

"Let's end this engagement. Kita putus. Aku gamau lagi ada hubungan apa-apa sama kamu."

***

"Tuan Leon... Tuan... Bangun Tuan..."

Sebuah panggilan akhirnya mengembalikan Leon dari alam bawah sadarnya. Menyadarkan Leon dari mimpi buruknya yang hampir setiap saat selalu menjadi teman tidurnya. Mimpi buruk yang berasal dari kenyataan paling menyakitkan yang terjadi dalam hidupnya.

"Apa kita sudah sampai?"

"Ya, Tuan. Kita sudah sampai di AL Entertainment Jakarta."

Leon Demetrius Wiryadinata. CEO AL Entertainment yang perusahaannya telah mendominasi pasar Asia, Amerika, dan Eropa, akhirnya kembali ke kampung halamannya, Indonesia, setelah 10 tahun menetap di Amerika Serikat.

Kepulangan Leon ke Indonesia tentunya memiliki alasan. Ia ingin membesarkan pusat perusahaannya ini. Ketika meninggalkan Indonesia dulu, perusahaan Leon masih terhitung kecil. Bahkan, usahanya itu terancam bangkrut karena skandal yang sempat menimpa. Tak menyangka justru keberuntungan mendatanginya ketika memutuskan hijrah ke Amerika. Jika dulu kepergiannya tidak dianggap, sekarang kedatangannya justru sangat dinantikan.

"Jason, apa saja jadwal saya hari ini?" tanya Leon pada sekretaris kepercayaannya setelah masuk ke ruang CEO dan duduk di kursi kebesarannya.

"Nanti jam 11 Anda ada meeting sekaligus makan siang dengan Bapak Sedyana Sadewo, direktur dari Indotv. Lalu, jam 2 Anda akan bertemu dengan Ibu Ephenina untuk membicarakan film terbaru hasil kerjasama kita dengan CJ Entertainement. Kemudian dilanjutkan dengan conference call dengan Bang Shi Won, CEO HYPE Entertainment pada jam 4. Terakhir, Anda diundang ke fashion show Demian di Pacific Place pada jam 6.30 malam. Setelahnya, sesuai permintaan Anda, saya sudah memesan kamar di hotel Balanama untuk pertemuan Anda dengan Nona Santana Rodrigo."

Entangled AgainWhere stories live. Discover now