One Piece x Trash of the Count's Family Crossover
.
.
.
Tetap saja, di rambut merah sialan itu tidak berhenti membuatnya khawatir! Sialan!Aarrghhh! Kenapa pula dia bisa selamat bertahan hidup selama ini dengan sifat pemalas seperti itu?!
DAN! Wajah...
Awal pertemuan epic antara Portgas D. Ace yang perkasa dengan Cale Henituse si pemalas namun cantik
. . .
Jangan lupa FOLLOW, VOTE dan KOMEN guys~ eheheh~!
Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.
Bertemu dengan sang adik, Monkey D. Luffy, setelah dua tahun berpisah memenuhi sanubari Portgas D. Ace dengan kebahagiaan, kasih sayang dan cinta. Matanya yang biasa menajam tanpa sadar melembut. Memikirkan Luffy saja sudah membuat mood-nya kembali.
Yang menjadi salah satu taktik kru Shirohige saat ia akan termakan emosi atau hendak meledak oleh amarah.
Senyuman tidak luntur, apalagi melihat Vivre Card di tangannya semakin membuat pria itu terkekeh.
Berlabuh di pulau selanjutnya setelah Alabasta, lebih tepatnya kota Mock di pulau Jaya, Ace yang kelaparan membuka pintu Bar terdekat dan memesan banyak makanan seperti biasa. Tak lupa juga pelengkap, segelas bir penuh di sisi kirinya.
Hampir sejam ia mengisi diri, menghiraukan tatapan terheran serta kaget pelanggan lain pada porsi makanannya. Mata kemudian Ace tidak sengaja menangkap sekelompok pria yang mengerumungi meja tak jauh darinya.
"-ei cantik~ kenapa kau disini sendirian-?"
"-main dengan kami-"
"-whoah, dia cantik sekali-!"
"-kau lihat itu? Itu jakun, bukan-?"
"-laki-laki-?"
Alisnya berkedut, sedang sisi hero-complex dalam dirinya meraung untuk menolong sosok yang sedang diganggu itu. Ace mendengus, mood makannya kali ini rusak begitu saja. Tidak bisakah ia makan dengan damai dan tenang tanpa kejahatan dunia sekecil apapun itu merusak harinya?
Bahkan sekarang tidak ada foto Luffy yang menenangkan amarahnya!
"-ayo kita bawa dia pergi-"
"-sebagai budak-"
"-kita akan kaya-"
Ace menghentikan tangan pria mesum itu sebelum mencapai sosok yang terlelap di meja. Sudut bibirnya berkedut, menahan rasa kesal dan tidak percaya. Bahwa si pria berambut merah ini... bisa begitu terbuka dan rentan?!
