[Chapter 10] Laptop, Sekolah, Busuk?

Start from the beginning
                                    

Dengan malas, Oka berjalan menuju pintu dan membukakan kunci pintu kamarnya.

Saat melihat ibunya yang keluar dari balik pintu, Oka dengan bersemangat bersiap menuju ibunya. Namun ibunya mengangkat tangannya untuk mengisyaratkan agar Oka tak usah beranjak dari ranjang.

"Gimana sama Papanya Ladora?" Ibu Oka masuk dan kembali menutup pintu kamar Oka sembari berjalan ke arah jendela untuk membuka tirai setinggi dua setengah meter itu.

"Oka udah bilang nggak usah, Ma ... Kalau ngotot, paling besok Oka mintain nomernya ..."

"Yah ... Kok lama banget sih, dek?" keluh Ibu Oka sambil duduk bersama di ranjang Oka.

"Ya gimana, Ma. Belum ada timing, soalnya kalau sama Oka anaknya bahas yang lain mulu." Oka dengan malas menghindari tangan ibunya yang mencoba membelai kepalanya itu.

"Ya kamu itu gimana, Dek! Dikasih jalan Mama sama Papa kamu malah uring-uringan!" Ibu Oka langsung berdiri dan menatap Oka dengan kesal. "Kamu itu mama masih jalan buat kembali sekolah ke Taruna Bangsa sebelum lulus, lagian kemarin siapa yang kemarin mutusin keluar dari sekolah paling bergengsi itu?!"

Oka lagi-lagi hanya diam. Ibunya tidak salah, Memang Oka lah yang keluar dari sekolah itu setelah masuk kesana dengan susah payah.

"Udah dibilangin, deketin Ladora ... Kakeknya itu petinggi di Sekolah Taruna Bangsa ... Setidaknya kalau kamu Deket sama Ladora, kamu bakal kembali ke sekolah itu dengan mudah!"

Dahi Oka mengkerut ... Bagaimanapun sebenarnya Oka juga merindukan sekolah itu dan ia tak bisa bohong jika ia lebih menyukai Sekolah Taruna Bangsa itu daripada SMANATARA yang sekarang berisi teman-teman Oka. Entahlah ... Mungkin bukan Oka yang menyukai itu—tetapi keluarga Oka.

"Atau kamu juga udah mama suruh cari keponakannya Om Ari! Om Ari itu mayor di tempatnya, jadi gampang buat dia rekomendasiin kamu ke Sekolah Taruna Bangsa!" Lagi-lagi ibu Oka itu menggerutu sambil memijit pelipisnya. "Tapi sampai sekarang kamu ngakunya belum nemu keponakannya yang mana."

"Anak tiri emang selalu bikin susah begini ya?"

"Udahlah Ma, lagian kita juga bahkan nggak tahu keponakan Om Ari itu cowok atau cewek."

Tiba-tiba munculah seorang cewek berusia sekitar dua puluhan yang datang dan memegang bahu Ibu Oka untuk menenangkannya. "Kita cuma dikasih tahu kalau namanya itu Eril ... Dan Oka juga udah berteman itu sama Felix."

"Kakak juga udah dapet laporan kalau Oka udah temenan baik sama Felix kok ..."

"Ya Felix emang biasa dipanggil Eril di rumah, tapi bahkan kita belum tahu Felix itu keponakannya Om Ari atau bukan!"

"Oka nyari keponakannya Om Ari aja nggak becus kayak gitu ... Udah bontot, cowok sendiri, emang dasarnya dia nggak bisa apa-apa," ujar cewek lain yang tiba-tiba datang sambil ikut duduk bergabung dengan Ibu Oka. "Atau Lo sengaja ya? Dia kan males sekolah di Taruna Bangsa lagi, Ma."

"Naza!" tegur Kakak perempuan Oka yang tadi membela Oka.

"Apa, Kak Eva? Emang Oka sengaja kan?"

"Kalau sengaja emang kenapa?" Oka beranjak dari berbaring di ranjangnya dan langsung duduk sambil menatap tajam kakak perempuannya itu.

Jujur, Oka selalu sakit hati dengan semua yang keluar dari mulut Kak Naza.

"Emangnya Lo, yang nggak punya pendirian dan sampai umur dua puluh tahun hidup Lo masih di 'setirin' mama papa?" ledek Oka dengan sarkas dan seringai yang membuat Kak Naza kesal. "Lo bahkan masuk Taruna Bangsa dulu karena dipaksa Papa, nilai Lo juga kurang dan fisik Lo menye-menye sampai harus nyogok."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 20, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

That's OkA!Where stories live. Discover now