13

669 31 0
                                    

Saat pagi hari datang, Larine enggan untuk keluar dari kamar. Ia merasa canggung untuk bertatapan muka dengan Frank setelah apa yang terjadi semalam.

"Mom...Aku lapar ".

Suara Sena membuatnya terkejut sekaligus memutus lamunannya. Ia melihat dirinya sekilas di cermin lalu berbalik menatap Sena.

"Ayo ke dapur, ibu akan membuat sesuatu untukmu".

Larine berjalan dengan sedikit ragu, ia takut akan bertemu Frank pagi ini. Ia tidak tahu bagaimana akan bersikap di hadapan pria itu.

Sementara Larine menyiapkan sarapan, Frank muncul dengan pakaian rapi.

"Selamat pagi Lar. Selamat pagi Sena!".

Frank merentangkan tangannya dan Sena masuk ke pelukannya sambil mengecup kedua pipi Frank.

"Aku merindukanmu Paman Frank. Rumahmu sangat mewah".

"Benarkah? Aku sangat senang kau mengunjungi Kopenhagen. Ini kampung halaman nenekmu".

"Ayo sarapan, Paman Frank akan mengantar kita ke rumah kakek Mayer".

Wajah Sena terlihat cemberut, Larine tahu Sena enggan meninggalkan penthouse Frank.

Mereka bertiga sibuk makan. Namun Frank terus menatap ke arah Larine karena sejak tadi Larine menghindari kontak mata dengannya.

"Aku akan mengambil koper di kamar".

Larine berdiri dan meninggalkan meja sarapan. Frank tahu ia sengaja melakukan itu.

"Habiskan susu itu, Paman akan mengambil sesuatu di kamar ".

Frank berjalan ke kamarnya tapi ia lebih dahulu singgah di kamar Larine. Ia berdiri sambil melihat Larine menyeret koper.

"Lar...".

"Maaf Frank, tapi bisakah kau tidak berdiri di situ? Aku harus membawa koper ini ke mobil".

Dengan satu gerakan cepat tangan Frank sudah meraih koper Larine dan mendorongnya ke sudut.

"Apa kau marah padaku? Kenapa sikap mu tiba-tiba seperti ini?".

Larine tidak berani menatap wajah Frank.

"Kau tahu jawabannya Frank!".

Frank maju dan meraih tangan Larine.

"Ayo bicara!".

Larine menggeleng. Ia ingin membuat garis yang jelas sekarang.

"Bisakah kau melepaskan tanganku?".

"Tidak Lar! Mari bicara dan aku akan melepaskan tanganmu".

Larine menghembuskan napasnya dengan kesal. Frank begitu keras kepala sekarang.

"Baiklah! Hanya 5 menit!".

Frank tersenyum penuh kemenangan kemudian berjalan ke balkon. Ia berdiri dan memasukkan kedua tangannya di saku celananya.

"Bisakah kau percaya jika aku mencintaimu?".

Jantung Larine hampir melompat keluar. Lututnya gemetar. Ia menelan ludah dengan cepat.

"Apa kau gila? Kau adalah suami Elena, sepupuku. Apa maksudmu?".

Frank berbalik dan menatap Larine lekat. Ekspresi wajahnya benar-benar serius.

"Aku tahu itu Lar. Tapi aku mencintaimu. Berbeda dengan perasaanku pada Elena. Kau harus percaya padaku".

Larine membuang wajahnya ke sembarang arah untuk memutus kontak mata dengan Frank.

"Kau kehilangan akal Frank. Berhentilah bicara seperti orang gila. Ayo berangkat ke rumah Paman Harold!".

SECOND HOME (TAMAT)Where stories live. Discover now