Boby's Story 3 : But, She's Not Mine.

2.3K 155 6
                                    

Sejak saat itu, Nabilah benar-benar menjaga jarak dariku. Telfon tidak pernah dia angkat, line tidak pernah dibalas. Kau tau, itu sangat membuatku pusing. Nabilah tidak pernah semarah ini kepadaku. Biasanya jika dia marah dia akan langsung bilang, tidak mendiamkanku seperti ini.

Dan keadaan itu diperparah dengan Shania yang sekarang sudah resmi jadian dengan Ghaida. Ya, aku melihatnya sendiri, saat pulang sekolah kemarin aku melihat Ghaida menyatakannya. Lalu Shania membalasnya dengan kecupan di pipi Ghaida. Semudah itu.

Aku hanya bisa berpura-pura tidak melihatnya. Ya, berpura-pura. Padahal dari dalam, hatiku sudah tidak berbentuk. Kocar kacir tak karuan. Sakit? Tentu saja.

Aku merebahkan tubuhku di atas ranjang. Memejamkan mata. Hari-hari ketika dia menjadi penumpang setiaku terlintas di benakku. Bukankah hari itu sangat indah? Tapi itu malahan membuat hatiku malah terasa semakin sakit. Kurasa, membuka kenangan indah ketika kau sedang sedih karena kehilangan seseorang sama saja dengan menaburkan garam di atas luka yang terbuka. Entahlah.

Setetes air mata keluar dari mata kiriku. Ini adalah pertama kalinya air mataku keluar sejak lima tahun yang lalu. Ya, saat ayah meninggal. Gila. Seorang Boby Chaesar menangis hanya karena seorang cewek. Menyedihkan.

Aku menghela nafas. Mengubah posisi tidurku menjadi miring. Mencoba untuk tidur dan berharap semoga besok akan baik-baik saja.

♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧

Cukup. Aku sudah tidak tahan lagi dengan sikap Nabilah yang terus menghindariku. Oke, aku tau ini salahku tapi haruskah dia sampai seperti ini? Lagipula ini sudah menginjak dua bulan dia bersikap seperti ini.

Aku terdiam di dalam kelas. Menunggu satu persatu para penghuninya pulang. Seperti biasa. Dan seperti biasa pula, aku melihat Ghaida yang sudah berdiri di balik pintu kelas untuk menunggu -siapa lagi jika bukan- Shania. Aku mendengus.

Nabilah pun terlihat beranjak dari tempat duduknya. Paling dia hendak ke kantin, lalu dia akan kembali lagi ke kelas. Seperti biasa. Aku sangat hafal setiap kebiasaannya.

Kelas sudah sepi. Tinggal aku dan tas Nabilah disini. Aku beranjak dari bangkuku. Berjalan ke arah jendela. Melihat siswa-siswi yang berjalan pulang. Ada juga yang sedang eksrakurikuler basket, futsal salah satunya Ghaida. Aku pun melihatnya. Shania. Dia sedang duduk di bangku pinggir lapangan sambil tatapannya tidak berpaling dari Ghaida.

Sakit. Sakit rasanya ketika menyadari orang yang kau cintai ternyata sudah milik orang lain. Apakah aku harus melepaskannya? Membiarkannya bersama orang lain? Tapi cinta ini...

"Bob.."

Aku menoleh. Nabilah sudah disini. Dia menatapku dingin. Aku menghela nafas.

"Gue pingin ngomong sama lo." Dia terdiam. Berdiri beberapa meter di hadapanku. Matanya masih menatapku dingin.

"Nab.."

"Cepet deh. Gue sibuk! Jangan basa-basi."

"Lo kenapa sih jadi kaya gini?!" Bentakku akhirnya. Dia mendengus, mengalihkan pandangannya dariku yang sedang menatapnya emosi.

"Nab, lo sahabat gue! Maaf! Maaf kalo gue nggak bisa bales perasaan lo ke gue." Dia menggeleng, lalu menunduk.

"Ini bukan tentang itu, Bob." Ucapnya lirih. Namun aku masih bisa mendengarnya dengan jelas.

"Lalu tentang apa, Nab?" Aku melangkahkan kakiku mendekatinya perlahan. Dia terpaku di tempatnya sama sekali tidak bergerak. Nabilah menunduk seolah sepatu ketsnya itu lebih menarik daripada aku yang berdiri tepat di depannya. Aku mengangkat dagunya perlahan. Aku bisa melihat matanya yang berkaca-kaca menatapku.

Futari Nori No JitenshaWhere stories live. Discover now