July -- @myrind

109 16 2
                                    

Namaku July, aku jatuh cinta pada bulan Juli.

"Sst.. Sst" aku menoleh mencari asal suara itu. Nihil. Semua siswa siswi sedang memperhatikan pidato panitia MOS.

"Sst.. Ssst" lagi ? Siapa sih yang iseng ini.

"Gue di samping lo kali." ucap sebuah suara di sampingku. Reflek aku langsung menoleh ke samping. Ada cowok, ganteng lagi. Aku terpesona kepadanya sampai tidak berkedip sama sekali.

"Iya, gue tau gue ganteng tapi jangan ngeliatin gue kayak gitu, dasar cewek sama aja kalo ada cowok cakep langsung tewas di tempat, punya harga diri nggak sih." ocehnya panjang lebar. Hey! Tau apa dia tentangku dan lagi dia sangat sangat menjengkelkan. Kutatap matanya dengan penuh amarah.

"Jangan marah dulu elah, maksud gue, gue cuman pingin bilang resleting lo buka."

Resleting lo buka.

Resleting lo buka.

"Kya-" teriakanku terhenti saat sebuah tangan dengan paksa menutupi hampir separuh wajahku- lebih tepatnya mulutku.

"Maaf kak, cewek ini sakit terus mau muntah." ucap cowok menjengkelkan di sebelahku. Tunggu, heyy apa maksudnya ini. Sementara Senior yang berada di belakang barisan menatapku dengan jijik. Aku sangat benci dengan tatapan itu. Dengan cepat kututup resletingku, tapi saat kusentuh resletingku, RESLETINGKU SAMA SEKALI NGGAK TERBUKA.

Sialan.

Sepanjang perjalanan menuju UKS aku terus mengumpat kata - kata itu. Sedangkan cowok menyebalkan itu berjalan santai di belakangku.

"Pfft.."

"Nggak ada yang lucu, nggak usah ketawa." ucapku ketus.

"Hahahaha." dia tetap melanjutkan acara tertawanya.

"Dibilangin ish," aku berhenti lalu menghentakkan kakiku di tempat.

"Sorry sorry, gue gak maksud tadi itu gue cuman bosen denger ocehan panitia jadi ya gue harus cari cara biar bisa keluar dari aula." jelasnya sambil menggetak - gerakkan tangannya. Aku hanya menatapnya datar. Alasannya sangat menyebalkan seperti orangnya.

"Juni," dia menngulurkan tangannya ke arahku sambil menampilkan cengiran di waajahnya. Aku sempat terpesona sekali lagi jika aku tidak ingat ucapannya.

"July," kubalas uluran tangannya. Saat menyentuh tangannya, rasanya ada getaran kecil seperti sengatan di hatiku.

"Nama kita mirip, bukannya di zodiak kita itu kembar, jangan - jangan lo.." ucapnya menggantung menatapku dengan tatapan tak percaya.

"Dasar lebay, terlalu banyak nonton sinetron lo," balasku lalu melepaskan tangannya. Nggak rela sih sebenernya. Eh.

"Dasar cewek, nggak pernah mau ngalah."

"Heei, emang lo sukanya sama cowok ya ? Daritadi hina cewek mulu." aku benar - benar tidak terima dengan ucapannya barusan.

"Dasar cewek buas bisanya Negative thingking mulu." aku menggeram kesal berlari mengejarnya, tapi larinya sangat cepat saking cepatnya aku hampir saja terjatuh. Siang itu, kami habiskan dengan berlarian di lorong. UKS ? Teringat saja mungkin tidak.

Entah ini keberuntungan atau kesialan. Aku sekelas dengannya, cowok menyebalkan itu, Juni. Aku sedikit senang ingat ya hanya sedikit. Untuk yang kedua kalinya mungkin ini kesialan, karena dia duduk di belakangku persis.

"Cewek buas," panggilnya sambil menarik - narik ujung rambutku. Dasar nggak sopan! Menyebaalkaaaan. Aku menoleh ke arahnya dengan wajah dongkol.

"Ups," dia pura - pura terkejut menatapku. Hei hei, korbannya disini itu aku.

2 bulan berlalu, aku mulai akrab dengan teman - teman sekelasku. Tentunya dengan cowok menyebalkan itu juga. Aku juga tidak tau kenapa, tapu sejak dia sering mengajariku matematika yang notabene adalah musuh bebuyutanku. Sejak saat itu aku mulai sering berbicara dengannya, seperti sekarang ini aku dan dia sedang berebutan roti isi daging ayam spesial di kantin. Tidak tahu malu memang.

"Ini punya gue." ucapku tegas.

"Gue yang pegang duluan." tolaknya. Aku menggeram kesal.

"Terserah lo." kulepaskan cekalan tanganku pada ujung bungkus roti kesayanganku itu. Demi apa semua ini. Akupun melangkah dramatis menjauh dari Juni.

"Dasar tukang baper, nih" Ucap teman seperjuanganku, eh teman sebangkuku, Riya sambil menyodorkan roti kesukaanku. Dia memang teman yang paling pengertian, eh tapi kan tadi udah habis.

"Gue disuruh Juni buat ngasih ke lo." jawab Riya seolah tau apa yang kupikirkan. Juni ? Juni yang itu ?

Alhasil, sampai istirahat berakhir, bahkan sampai di rumah aku tidak memakan roti itu. Padahal aku sangat lapar, tapi hanya memikirkan Juni yang memberikan roti itu padaku entah kenapa rasanya ada sesuatu yang menggelitik di perutku. Mungkin ini rasanya kupu - kupu yang bertebaran di dalam perut seperti yang digambarkan di novel - novel kesukaanku. Hanya karena hal sepele seperti itu. Mungkin aku hanya terlalu berlebihan.

Pagi ini, biasanya Juni akan merecokiku dengan ajakan 'Ayo ke kantin' tapi anehnya saat jam istirahat berbunyi dia langsung pergi keluar kelas. Rasanya ada sesuatu yang hilang dan aku ingin sesuatu itu kembali.

"Jul, kenalin ini cewek gue yang pernah gue ceritain dulu." Juni tiba - tiba menghampiriku di kantin dengan gadis manis di sampingnya. Oh jadi ini murid pindahan yang dibicarakan itu. Benar kata Juni dia sangat berbeda denganku, atau mungkin kebalikan dariku. Kucoba tersenyum ke arah mereka.

"Dan Vira, kenalin ini sahabat aku namanya July." Juni mengenalkanku ke pacarnya dengan semangat. Sementara aku ? Aku merasa cemburu, padahal Juni bukan siapa - siapaku. Aku hampir lupa, bukankah Juni menyebut aku sahabatnya. Ya, hanya sebatas sahabatnya tidak lebih. Aku merasa sedikit kecewa.

Aku berjalan ke arah kamarku dengan melamun. Tidak sesekali aku hampir jatuh karena tersandung sesuatu. Aku teringat dengan roti yang diberikan Juni waktu itu, kumakan roti itu dengan cepat bukan kupu - kupu lagi yang berterbangan di perutku, tapi sekumpulan lebah yang menyengat hatiku.

Eh ? Aku menangis ? Cukup July, Cukup. Aku terus menangis sesenggukan sambil tetap memakan roti pemberian Juni.

Malam itu, aku akhirnya sadar, selama ini aku menyukai Juni. Selama 3 bulan ini.

July bertemu Juni pada bulan Juli.

Pada bulan Agustus July terus membohongi dirinya sendiri.

Akhirnya pada bulan September, July sadar jika Juni tidak akan pernah bisa ia gapai. Karena tidak ada ruang kosong untuk July di dalam hati Juni.

Kututup buku cerita yang kubuat belasan tahun lalu. Mungkin saat aku masih muda. Kutatap putriku dan Juni yang sedang menatapku haru. Ya putriku dan Juni, apa kalian kaget ?

"Jangan ceritain cerita itu dong, aku kan udah bilang kalo aku cuman pengen tau apa kamu suka sama aku atau enggak." ucap seseorang lalu memelukku dari belakang. Juni.

aku tetap diam, tapi dalam hati aku tersenyum bahagia. Sangat bahagia sampai - sampai aku menangis membuat Juni dan Febri kebingungan dengan tingkahku

FF[1] - JuneWhere stories live. Discover now