Kini dan Selamanya -- @raezhyla

496 26 7
                                    

Aku menatap wajah nya dari kejauhan. Ia terlihat begitu senang dan menatap gadis yang berada di sebelahnya dengan tatapan memuja yang penuh cinta.

Aku tersenyum miris. Kapan kau bisa melihatku dengan tatapan seperti itu?

Sungguh aku iri kepada gadis itu. Bagaimana caranya bisa membuatmu jatuh cinta dalam waktu yang begitu singkat?

Bagaimana caranya membuatmu menyayangi dengan tulus padahal dia tak pernah menyayangi mu?

Bagaimana caranya membuatmu memaafkannya padahal dia selalu menyakiti mu?

Sedang kan kau tak pernah mencintaiku yang telah mengenalmu seumur hidup ku. Aku yang selalu ada di sampingmu disetiap kau butuh. Aku yang selalu menyayangimu. Dan aku yang selalu mencintaimu.

Tak bisakah kau melihat diriku disini? Tak taukah kau bahwa aku mencintaimu?

Jika tidak, maka aku akan memberitahu mu.

Ferdy ... aku mencintaimu.

KINI, DAN SELAMANYA©RAEZHYLA

Hari ini kulalui sama seperti hari sebelumnya. Hari yang penuh kepura-puraan.

Saat ini kulalui sama seperti saat-saat sebelumnya. Mencoba untuk tetap tersenyum dan ceria di matamu. Walau sejujurnya aku sakit dan terluka.

Detik ini kulalui sama seperti detik-detik sebelumnya. Mendengarkan ceritamu tentang betapa hebat dan menariknya dia.

"Kau tau Dira? Dia adalah perempuan yang paling manis dan yang paling kusayangi seumur hidupku. Tentu saja setelah ibuku." Ucap Ferdy dengan mata yang berbinar.

Aku tersenyum kecil.

Jadi, selama ini aku apa? Aku tau bahwa diriku tidak semanis dan semenarik dia, tapi tak bisakah kau menyayangi ku sedikit saja?

"Kau tau Dira? Dia adalah satu-satunya perempuan yang selalu ada untukku di saat aku membutuhkannya."

Jadi, selama ini aku apa? Apa kau sadar bahwa selama ini yang selalu ada untuk mu adalah aku?

Trett trett trett

"Halo...."

"........"

"Oh ternyata kamu, ada apa?"

"Sekarang?"

"........"

"Oke, tunggu aku ya?"

"......"

"Bye, love you too."

Ferdy memutuskan sambungannya, dan melihat ke arahku. "Aku harus pergi sekarang. Kasian Emma kalau kelamaan nungguin aku. Btw, Makasih ya Dir. Kamu udah mau ngedengerin cerita aku. Kamu emang temenku yang paling baik."

Aku tersenyum sambil menatap bayangan nya yang semakin menjauh dari pandangan aku. Teman? Kapan kata itu berubah menjadi sahabat? Atau ... kekasih?

******

"Jadi gimana keadaanya dok?" Tanya mamanya Ferdy dengan khawatir.

Tadi, saat Ferdy dalam perjalanan menjemput Emma, sebuah truk dengan kecepatan tinggi menabraknya dari arah depan.

Dan disinilah ia berada sekarang, di ruang UGD salah satu rumah sakit besar di kota ini.

"Anak anda kekurang banyak darah. Kita harus mendapatkan donor darah secepatnya."

"Donor darah? Apakah dokter tidak mempunyai persedian darah yang cocok buat anak saya, dok?"

"Sayangnya tidak bu, kami kehabisan persedian darah dengan golongan darah yang sama dengan anak ibu. Apakah di pihak keluarga tidak ada yang mempunyai golongan yang sama?"

Golongan darah yang sama?

"Ambil saja darah saya dok! Golongan darah saya sama dengan Ferdy!" Ucapku.

"Baiklah, kalau begitu ikuti saya."

Aku mengikuti dokter menuju ke dalam sebuah ruangan.

"Sebelumnya saya ingin bertanya, apakah anda punya penyakit lain?"

"Tidak dok."

"Kalau begitu langsung saja kita mulai."

*******

"Anda berbohong! Anda mempunyai penyakit anemia bukan? Kenapa anda membohongi saya?" Tanya dokter itu saat memeriksa keadaanku setelah selesai mengambil darah.

Aku hanya tersenyum dan mengabaikan pertanyaan dokter itu. Seiring waktu berlalu, badanku terasa semakin melemah.

Aku tahu ini semua akan terjadi jika aku mendonorkan darahku. Tapi, itu semua tak masalah bagiku. Jika dengan mengalami semua ini bisa menyelamatkan Ferdy, maka dengan senang hati aku akan melakukannya.

Apa gunanya aku hidup jika tanpa Ferdy? Bagiku, dia adalah segalanya. Dia adalah alasanku untuk tetap hidup sampai saat ini. Dan setidaknya, jika aku melakukan ini. Darahku akan berada didalam tubuhnya.

"Dok, jika boleh, saya ingin ditempat kan tepat di samping Ferdy." Ucap ku dengan suara yang lemah.

Aku tersenyum senang saat melihat dokter menyetujui permintaanku. Permintaan yang mungkin menjadi ... permintaan terakhirku

Setelah sampai dikamar inap yang sama dengan Ferdy, aku menatapnya sedih. Wajahnya yang biasanya selalu dihiasi senyuman kini terlihat datar dengan selang oksigen di hidungnya.

Tuhan, kumohon. Tolong selamatkanlah dia. Ambillah nyawa ku jika itu bisa membuat nya kembali menjadi Ferdy yang selalu kukenal. Ferdi yang selama ini selalu membuatku tersenyum, dan Ferdy yang selama ini selalu kucintai.

Aku tau doa ku terkabul saat ku lihat matanya mulai terbuka. Terima kasih Tuhan.

Dan aku juga tau bahwa ini adalah terakhir kalinya aku melihatnya saat pandanganku mulai memburam dan tubuhku semakin lemah.

Aku tersenyum lalu memegang tangan nya dengan sisa-sisa tenagaku yang terakhir dan mengucap kan sebuah kalimat yang tak pernah kuucapkan selama ini. Dan yang merupakan kalimat terakhir yang kuucapkan.

"Aku akan selalu mencintai mu Ferdy, baik itu kini, dan selamanya." Ucap ku sambil menutup mataku.

********

Ferdy pov

Aku menatap gundukan tanah didepanku dengan pandangan sedih. Aku tak pernah menyangka dia mengorban dirinya demi menyelamatkan aku.

Perlahan aku membuka sepucuk surat terakhir yang ditulisnya untukku. Aku membaca untaian kata-kata yang tertulis di atas kertas itu dengan perlahan. Kata-kata yang membuatku sadar akan perasaanya selama ini.

Dear Ferdy

Aku tahu saat kau membaca surat ini, mungkin aku sudah tak berada di samping mu lagi. Bukannya karna aku tak ingin, tapi karna aku tak bisa. Bisakah kau memaafkanku untuk itu?

Ferdy, kau tahu? Sejak dulu, aku sudah menyukaimu. Bahkan, sebelum aku mengerti apa artinya cinta. Kau ajari aku bagaimana cara mencintai seseorang. Dan aku sangat berterima kasih untuk itu.

Ferdy, tetaplah menjadi seorang Ferdy yang selalu baik hati. Apapun yang terjadi, aku akan selalu mencintai mu. Baik kini, dan selamanya.

ps : Maaf jika selama ini aku selalu menyusahkanmu.

With love

Aldira

FF[1] - JuneWhere stories live. Discover now