Permen Karet -- @hyderia

210 23 17
                                    

Gadis itu terduduk lesu dibangku taman. Wajahnya yang biasa selalu terlihat ceria, kini mendung dipenuhi duka. Bibirnya yang dulu selalu melengkung indah, kini tertarik kebawah.

Mata gelapnya menatap kosong kearah anak-anak yang asik bermain jauh didepannya.

Gadis yang biasa disapa Della itu tiba-tiba menghela nafas berat. Terlalu fokus dengan sesuatu yang ada dipikirannya, sampai-sampai tak menyadari bahwa seorang pemuda baru saja duduk disampingnya.

"Hei." panggil pemuda itu pelan.

Della awalnya terlihat agak terkejut. Namun, setelah melihat sosok pemuda tersebut, wajah terkejutnya tergantikan dengan ekspresi tak senang.

"Apa lo? Mau nasehatin kalau Nino itu ga baik buat gue, lagi? Gak perlu! Kami udah putus!" ujar Della ketus. Wajah gadis itu semakin menekuk.

Berbeda dengan Della yang terlihat kesal, sang pemuda malah menyunggingkan senyum lebarnya. "Bagus deh." ucap pemuda itu dengan tampang tak berdosa.

Della melotot garang. Sedangkan pemuda bernama Rendi tersebut hanya bersikap santai, pura-pura tak memperhatikan Della yang menatap kesal kearahnya.

"Lo itu kayaknya seneng banget ya, ngelihatin gue sedih." Della berkata lirih. Kepalanya tertunduk dengan raut wajah yang kembali mendung.

Rendi tak membuka mulut lagi. Mereka berdua tiba-tiba terjebak dalam suasana hening yang tak mengenakkan.

Della yang masih terlihat sibuk dengan pikirannya dan Rendi yang tengah sibuk merogoh saku jeketnya, berusaha mencari sesuatu didalam sakunya.

Tak lama, Rendi langsung saja mengeluarkan sebungkus permen karet dari saku jeketnya tersebut. Lalu mengambil sebuah, dan menyodorkan Permen karet tersebut kepada Della.

Della menatap Permen karet yang disodorkan Rendi padanya dengan mata yang menyipit curiga. Dia mendongak, melihat kearah Rendi yang masih saja menyodorkan Permen tersebut kepadanya.

"Lo nyolong Permen karet dimana?" tuduh Della dengan nada curiga.

Rendi terlihat agak shock, karena dituduh sembarangan. Senyum lebar yang sebelumnya terlukis di bibirnya itu, luntur seketika.

"Lo nuduh gue nyolong? Lo nuduh cowok GANTENG kayak gue, nyolong Permen karet?!"

Della mengedikkan bahu. "Kali aja gitu."

"KALAU GUE NYOLONG SEKALI PUN, NGAPAIN GUE NYOLONG SEBUNGKUS DOANG?!"

Ekspresi Rendi mulai terlihat berlebihan. Pemuda itu dengan lebaynya berteriak-teriak di depan wajah Della.

Della berusaha untuk menahan tawanya. Namun, pada akhirnya, tawa tersebut lepas juga. Gadis tersebut tertawa terbahak-bahak saat melihat ekspresi wajah Rendi yang begitu menggelikan.

Wajah tampan pemuda itu terlihat sangat sebal. Rendi merengut kesal, namun akhirnya pemuda itu ikut tersenyum tipis saat mendengar tawa Della yang terlantun indah ditelinganya.

"Udah seneng nih ya? Jadi, mau dong bagi-bagi cerita?" tanya Rendi dengan sebelah alis yang terangkat tinggi.

"Cerita apaan?"

"Cinderella."

Della berkedip-kedip polos. "Ngapain gue ceritain cerita Cinderella ke elo?"

Dalam hati, Rendi merutuki kepolosan sahabatnya itu. "Ya enggak lah, Del. Maksud gue, cerita kenapa lo bisa putus sama si Nino itu."

"Ooh."

"Jadi?" desak Rendi yang mulai tak sabaran.

"Jadi apanya?"

"CERITA ELAAHHH." teriak Rendi frustasi.

Sejenak, Della terdiam. Lalu gadis itu menghela nafas berat. "Nino selingkuhin gue."

Wajah Rendi yang sebelumnya kesal, tiba-tiba berubah menjadi tenang kembali.

Melihat Della yang kembali terlihat sedih, Rendi lagi-lagi menyodorkan sebuah Permen karet pada gadis itu. Della menatap Permen karet itu sebentar, mengambilnya, lalu mengunyah benda itu secara perlahan.

"Manis gak?" tanya Rendi disaat Della tengah sibuk mengunyah Permen karetnya.

Della menatap Rendi dengan aneh. "Ya iyalah Manis."

"Kalau di kunyah terus, tetep manis gak?"

"Enggak, hambar jadinya."

"Kalau udah hambar, elo apain?"

"Ya gue buang lah."

Rendi semakin tersenyum lebar. "Jadiin aja perasaan elo ke Nino itu kayak Permen karet."

Della mengkerutkan dahinya bingung. "Maksud lo?"

Rendi berdiri dari duduknya. Pemuda itu menghadap kearah Della yang masih melihatnya dengan bingung.

"Jadiin perasaan lo ke Nino itu kayak Permen karet. Mungkin, rasa itu akan manis diawal. Namun, lama kelamaan akan berubah hambar kan?"

Rendi menarik nafas sebentar.

"Daripada elo cuma buang-buang waktu buat ngunyah permen karet yang udah hambar, lebih baik elo buang. Daripada lo sedih mulu soal perasaan elo ke Nino, lebih baik elo buang aja rasa itu. Lupain dia."

Della terpaku setelah mendengar ucapan panjang lebar Rendi.

Gadis itu tersenyum lirih. "Ngelupain dia itu susah banget, Ren."

Rendi menghela nafas. "Lo mau tau gak? Cara tercepat buat ngelupain seseorang?"

"Apaan?"

"Cari penggantinya." ujar Rendi dengan raut wajah serius.

"Siapa?"

Della menatap Rendi. Rendi balas menatapnya dalam.

"Gue bersedia gantiin dia."

Mata Della membulat lebar. Seakan, tak percaya dengan kata-kata yang terlontar dari mulut Rendi.

"Gue serius." ucap pemuda itu mantap. Tak tampak sedikit pun kilat main-main di matanya.

Andai saja gadis itu tau. Sang pemuda telah menunggu saat ini begitu lama. Saat dimana, akhirnya ia berani mengungkapkan cinta.

.

.

Terkadang, rasa cinta itu terasa seperti Permen karet. Manis diawal, hambar diakhir. Daripada lelah mengunyah, bukankah lebih baik dibuang?

Daripada lelah menahan rasa perih, bukankah sebaiknya kita mencari yang lebih pantas untuk diraih?

.

FF[1] - JuneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang