Peri dengan Sayap Mati -- @SaberAsh

236 17 1
                                    

Lagi. Satu kata dengan banyak sarat penuh arti.

Terus. Satu kata yang bermakna sama dengan tak henti.

Berjuang. Satu kata bersifat magi untuk menyemangati diri.

Lagi, terus dan berjuang. Satu kalimat yang sangat tak asing didengar dengan nada penuh tekanan di setiap alphabet yang terpatri.

Lagi, terus dan berjuang merupakan satu kalimat yang patut ditanam pada diri sendiri untuk terus menjalani kehidupan di dunia ini.

Lagi, terus dan berjuang. Kuharap kalimat itu menuntunku kembali ke jalan dimana aku dapat meraih mimpi.

Lagi. Aku terjatuh lagi. Bangkit lalu, terjatuh lagi. Bangun lalu, mengusap perih.Aku selalu menahan diri. Menahan rasa sakit di dalam hati. Aku selalu berharap mimpi kembali. Lagi, kumenanti. Menanti dimana rasa elegi hilang sendiri. Kembali kujalani hidup ini. Hidup dimana aku akan selalu merasa mati. Kala, sore menyingsing pagi. Kutetap berjalan menuju mimpi.

Walau mimpi terlalu sulit untuk didekati. Aku akan tetap terus bertahan sampai mati. Aku hanyalah seorang peri dengan beribu misteri. Peri tegar yang terus mengusap air matanya sendiri. Aku hanyalah peri dengan jutaan mimpi mendampingi. Tapi sebenarnya, tak bisa memilih. Karna, aku hanyalah seorang peri dengan sayap lumpuh dan juga mati.

Iri, dengki dan juga risih, selalu menghantuiku sebagai peri dengan sayap yang mati. Cemoohan juga dijauhi, selalu dirasakan oleh diriku setiap hari. Aku hanyalah peri yang sudah cukup umur untuk meraih sebuah mimpi. Aku adalah peri yang mana aku dapat melanjutkan misi. Misi untuk hidup di masa depan yang lebih baik dan juga indah bak lukisan berbangga diri. Bersama jalan setapak ini, kutetap berjalan walau rintangan di depan banyak menanti.

Untuk masa depanku yang cerah nanti, kuharap aku bisa hidup dengan tawa juga kebahagiaan abadi. Aku bangga sebagai peri. Bangga walau aku hanyalah peri dengan sayap mati. Akulah peri sejati. Peri sejati yang terus bertahan walau rintangan sulit untuk ditangani. Akulah peri sejati yang tetap tegar walau tak ada yang mendekati. Akulah peri sejati yang tetap semangat walau menahan rasa sedih. Akulah peri sejati yang percaya diri bahwa mimpi telah menunggu di jalan setapak ini.

Terus. Aku terus berjalan di jalan ini. Terus mengikuti dimana mimpi berhenti. Jalan setapak sempit dimana batu kerikil menyakiti kaki. Menahan rasa sakit beribu jarum berjejer rapi menghiasi jalan mimpi ini. Aku adalah peri sejati. Walau jarak memisahkan kami, aku tetap berjalan mendekati.

Aku adalah peri dengan sayap yang tak pernah bergerak walau sudah kucoba mengepak-ngepakan diri. Mencoba terbang tanpa menyentuh jalan sakit ini. Selalu kulakukan berbagai cara agar aku tak harus merasakan pedihnya berjalan di jalan mimpi ini.Ingin juga rasanya, aku bisa menggunakan sayap ini. Tapi, apalah daya sayap ini. Nyatanya, aku memang peri dengan sayap mati.

Berjuang. Satu kata itu, selalu kupupuk pada diri sendiri. Sebagai peri dengan sayap mati, kata itu seperti keajaiban yang di buat oleh mimpi.Rasa haru juga yakin membuat semangatku selalu membara di hati kecil ini. Walaupun perih melewati berbagai rintangan yang selalu tak berhenti, kutetap berjuang demi bertemu dengan mimpi.

Percaya dan yakin bahwa kemustahilan itu tidak ada di dunia ini. Yakin dan terus berjuang untuk mimpi. Walau gagal, tetaplah bangkit lagi. Walau duka juga lara terus menghantui. Walau nista selalu menemani. Walau nestapa melekat diri. Teruslah maju, tanpa pedulikan seseorang memanggil untuk kembali.

Aku adalah peri sejati dengan sayap yang memang telah mati. Walau begitu, semua sudah kucoba lakukan untuk meraih mimpi. Berjalan mendekati,berlari untuk mimpi, menahan rasa sakit di hati, berhadapan dengan iri juga dengki, selalu menjalani sebagai peri dengan sayap mati dan juga hidup dengan hal negatif menghantui.

Mimpi, kapan aku sampai ke tempat indahmu? Kapan aku akan sampai ke dunia dimana kau tawarkan kebahagiaan abadi untukku? Kapan kau akan mengerti, aku telah melalui rintangan yang selalu kau berikan? Kapan kau akan selesai mengujiku, mimpi?

Keringat selalu deras pada tubuh ini. Penghinaan juga selalu melekat pada sayapku ini. Aku hampir saja putus asa, mimpi. Aku hampir tak pecaya pada bualanmu lagi. Apakah semua kata yang kau ucapkan sebenarnya hanyalah omong kosong belaka? Apakah duniamu sebenarnya tak jauh beda dengan duniaku yang kutinggali selama ini? Aku berharap padamu, mimpi. Kenapa kau hanya diam saja? Apakah aku harus berhenti sampai di sini?

Kau selalu saja tersenyum padaku saat aku bertanya itu semua padamu, mimpi. Tak mungkin 'kan kalau aku harus berhenti di tengah jalan seperti ini? Tak mungkin kan, kalau aku harus berdiri menunggumu di sini? Tak mungkin kan, kalau aku hanya meratapi rasa putus asaku ini?

Mimpi, sayapku tak mungkin untuk terbang kembali. Mimpi, aku tak mungkin kembali ke dunia itu lagi. Aku tak mungkin menoleh ke belakang lagi, semetara duniamu hampir dekat menanti. Mimpi, kakiku hampir tak kuat lagi menahan perih saat aku berjalan mendekati. Walau pintu duniamu hampir dekat, apakah luka perjuanganku selama ini akan terobati?

Cucuran darah selalu mengalir di telapak kakiku, setiap berjalan di jalan berdurimu ini. Derasnya keringat juga selalu memandikan tubuhku ini. Air mataku sampai kering karna terus-menerus menahan kepedihan yang melekat di hati. Aku hanyalah peri, mimpi. Peri yang hanya memiliki satu mimpi. Mimpi berharap menjadi peri yang di kenal dan dibanggakan oleh peri lain walau sayap mati masih melekat dipunggungku ini.Mimpi dimana aku bisa hidup berdampingan dengan mereka walau sayapku tak pernah terobati. Walau selalu kucoba meraih mimpi itu, tapi ternyata, keajaiban belum menghampiri.

Mimpi, aku sekarang berada di depan pintumu. Mimpi-mimpiku yang lalu ternyata, tak bisa terwujud di dunia yang kutinggali dahulu. Dan sekarang, aku berada di depan pintu duniamu yang indah dengan kilauan permata cantik di sekelilingnya . Apakah kau akan menyapaku yang sudah kotor karna peluh ini?

Darah dan keringatku ini telah sirna, melihatmu datang menghampiri. Mendekati dan memelukku yang kotor ini. Cahaya gemilangmu bahkan ikut menghiasi. Tangis haru juga memecah kehangatan saat ini. Terasa seperti rindu yang telah terobati.

Terima kasih, mimpi. Kau telah menungguku sampai kau usang seperti ini. Maafkan aku, aku sudah membuatmu menunggu terlalu lama di sini. Nah mimpi, ajaklah aku masuk ke dalam duniamu yang penuh dengan kebahagiaan abadi. Jangan biarkan aku merasakan sedih juga perih di hati.

Teima kasih juga, mimpi. Kau tetap setia menungguku yang sudah berjuang sampai mati.

FF[1] - JuneOnde histórias criam vida. Descubra agora