Tulus -- @TalentaSaritha

157 14 0
                                    

Aku masih terdiam menatap sesuatu yang berhasil menghancurkan hatiku. Pandanganku tetap kosong ke depan. Tubuhku masih tetap mematung sedari tadi.

" Aku sayang sama kamu. Mungkin ini terlambat. Maaf. Tapi aku belum punya keberanian yang besar untuk bilang sayang sama kamu."

Kalimat itu. Kalimat yang baru saja dilontarkan kak Andi sebagai kalimat menyatakan cinta. Aku sudah tak tahan menahan sakit. Sontak tubuhku goyah dan jatuh terduduk, bersamaan dengan hatiku yang sekarang sudah hancur lalu terjatuh tak tersisa. Air mata sudah tak bisa aku cegah.

Aku mencoba menangis tanpa menimbulkan sepatah kata pun. Tapi sangat menyesakkan dadaku. Sesak. Sangat sesak. Aku ingin berteriak. Aku mencoba untuk bangun dan berlari secepat mungkin. Kemana saja. Asalkan tidak ada pemandangan seperti tadi.

"Kenapa dia?"

"Ada apa dengan gadis itu? Berlari sambil menangis."

"Ohhh wajahnya tampak menyedihkan."

Aku tak peduli dengan pernyataan orang-orang di sepanjang jalan. Aku terus berlari. Kakiku mulai merasakan perih. Aku tak peduli. Aku benci keramaian. Aku benci seorang pria. Aku benci namanya cinta. Tak akan aku ijinkan hati yang sudah rapuh ini untuk jatuh cinta lagi. Tak akan!

Apa aku pantas berkata seperti tadi? Membencinya? Tidak. Itu tidak boleh aku lakukan. Aku mencintainya dengan hati, bukan dengan kebencian. Tapi sekarang, aku sudah kehilangan senyumannya. Tatapan matanya yang menghangatkan hatiku setiap saat sudah tak bisa aku nikmati. Jujur, aku bahagia walaupun hanya dengan melihat dia. Melihat dia tertawa, menjadi hobi tersendiri yang selalu aku lakukan. Aku harus tetap pada komitmen. Berhenti dengan cinta, atau cinta akan selalu siap melukai.

Aku sudah terduduk di hamparan sawah yang luas dan hijau. Setelah lama berlari dan menangis yang sangat amat menguras tenaga. Di tempat seperti inilah yang selalu bisa menenangkan hatiku selain "Dia". Begitu menenangkan hingga aku tak ingin berteriak lagi. Tapi air mataku masih tetap mengalir seperti tadi. Tanpa berkurang.

Aku mulai menikmati semburat oranye yang mulai terukir di kanvas megah. Begitu menggelorakan hati setiap kali memandang keindahan itu. Keindahan Sunset menjadi keindahan yang selalu aku rindukan. Tiba-tiba, ada sesuatu yang menyentuh pundakku. Aku tersentak mengetahui siapa itu. Seseorang yang amat aku cintai, tapi yang paling menghancurkan hati.

"Ngapain kakak ada disini?"

"Aku..."

"Aku sayang sama kamu Rit. Mungkin ini terlambat. Maaf. Tapi aku belum punya keberanian yang besar untuk bilang sayang sama kamu."

"Hahahahahaha. Apa aku cewek yang kesekian banyaknya mendengar kalimat kakak barusan?"

"Maksud kamu apa Rita?"

"Apa perlu aku jelasin?. Masa kakak udah lupa kejadian barusan? Yang di taman? Masa sih langsung lupa gitu aja. Itu kan momen bahagia. Hahahaha."

"Rita, kamu salah paham. Itu tadi Gina."

"Iya aku tahu itu kak Gina. Pacar kak Andy kan?"

"Tadi itu cuma latihan. Gina itu sahabat aku. Aku terlalu gugup untuk menyatakan perasaan sayangku ke kamu. Makanya aku mencoba untuk ngucapin kalimat tadi biar kalau aku ngomong ke kamu udah nggak gugup. Setidaknya aku menyatakannya dengan berani dan pasti. Aku sayang kamu Rita. Maaf aku terlalu egois untuk mengakuinya. Aku terlalu tega berpura-pura tidak menyadari keberadaan dan hati kamu."

"Apa masih ada sedikit rasa cinta di hati kamu untukku? Apa masih hanya untukku? Tolong ijinkan aku untuk mengisi hatimu dengan kebahagiaan, bukan lagi dengan luka yang dulu selalu aku lakukan."

Tubuhku menegang. Aku tak bisa menahan air mata yang langsung tumpah. Mataku yang diselimuti selaput bening menatap lekat-lekat sosok pria bertubuh tinggi dan tegap ini. Aku langsung memeluk tubuhnya. Ada kehangatan yang tercipta. Kehangatan yang belum pernah aku rasakan seumur hidup. Aku terlalu bahagia. Amat sangat bahagia. Aku hanya menangis dipelukannya. Ini pertama kalinya aku bisa sedekat ini dengan kak Andy. Bahkan sekarang aku dalam pelukannya. Suatu keajaiban dalam hidupku.

"Apa kamu mau untuk terus ada di dalam hatiku? Apa kamu mau untuk terus berada disisiku?

"Iyaa kak. Itu akan aku lakukan. Itu mimpiku kak. Mimpi yang sudah terwujudkan. Aku sangat menyayangi kamu. Dari dulu kak. Tapi aku tak pernah menunjukkannya. Karna bagiku, melihat kakak tersenyum saja aku sudah jauh bahagia.

Kak Andy membawaku sekali lagi dalam dekapannya. Dia mengusap puncak kepalaku dengan lembut. Aku dan k Andy duduk di bawah pohon sambil menatap hamparan sawah yang luas dan hijau. Mata kami juga di manjakan dengan semburat oranye yang begitu indah.

Saat ini adalah saat yang paling mebahagiakan dalam hidupku. Cinta ternyata tidak selamanya membawa luka. Cinta selalu ada keajaiban. Cinta yang tulus memang tak akan pernah mati. Cinta yang tulus akan mendapatkan ketulusan yang lebih. Untuk itu, cintailah seseorang setulusnya hatimu.

FF[1] - JuneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang