Bab 2

6.3K 554 3
                                    

Note: Ini cerita Omegaverse versi saya ya.

***
Wajah panik dan jeritan Barcode adalah hal terakhir yang Apo dengar sebelum semuanya menjadi gelap.

***

Apo tidak tahu berapa lama aliran waktu telah berlalu. Dia hanya merasa melayang tanpa masa. Tidak ada emosi atau apapun yang mewarnai dirinya. Rasanya dia bagai terlingkupi kehampaan seutuhnya. Di tengah kegelapan yang melingkupi, tiba-tiba dia merasa tarikan yang begitu kuat. Membawanya menembus berbagai campuran warna yang membutakan. Perasaan senang, takut, sedih, marah bahkan nafsu bercampur menghantam sekaligus. Apo tidak tahu harus bagaimana. Rasanya dirinya ditekan dari segala arah.

Tarikan dan tekanan itu menghilang secepat kedipan mata. Menghempaskan Apo di ruang putih bersih tanpa ujung. Dia terperangah mencari sesuatu yang entah itu apa, dirinya pun tak mengerti namun tidak ada apapun di sekitarnya.

Sebuah sosok muncul dari ketiadaan. Apo awalnya tidak bisa melihat bentuknya, namun ia merasa mengenal sekaligus asing dengan sosok yang baru saja muncul di depannya. Dia tidak bisa menentukan jenisnya. Apo bahkan tidak tahu itu manusia atau bukan.

Mungkin Apo telah bertemu dengan sebuah jiwa?

Semakin lama waktu berlalu sosok itupun bisa terlihat jelas dan Apo semakin terkejut, dia membelalakkan matanya.
Wajah orang itu sangat mirip dengannya tapi garis wajahnya sedikit lebih lembut. Tatapan penuh keputusasaan terjalin menjadi satu dengan kesedihan ya ia tunjukkan di raut wajah itu.

Apo dapat merasakan aliran putus asa dan kesedihan mengalir dari sosok di depannya. Emosi itu mulai memberi efek, dia merasa ingin berteriak marah, meraung menangis hanya dengan berada dekat dengan sosok itu.

Sosok itu mendekat, melingkupi Apo dengan pelukan hangat namun juga terasa hampa. Lalu dapat Apo rasakan kehangatan pada aliran darahnya. Pengharapan yang begitu besar hingga tubuhnya tidak kuasa untuk menolak. Ia pasrah saat perlahan dirinya terseret dan mulai merasakan bentuk sebuah kebebasan. Mengantarkannya ke dalam kesadaran yang lebih dikenalnya.

Hal pertama yang Apo sadari adalah bau menyengat desinfektan. Lalu disusul rasa sakit yang mendera tubuhnya. Mula-mula kepala, kemudian diikuti rasa sakit yang menjalar ke sekujur badan.

Apo samar-samar mengingat mimpi anehnya, namun langsung terlupa begitu rasa sakit yang berdenyut di kepalanya semakin terasa. Dia mencari alasan kenapa dirinya menderita, lalu ingatan suara tembakan dan wajah Barcode memberi sebuah dugaan, kemungkinan dia telah terluka.

Apo menggeram menahan sakitnya.

"Kau sudah sadar?"

Apo mulai membuka mata, merespon suara yang memanggilnya. Awalnya pandangannya tidak jelas, rasanya ada kabut yang menghalangi pandangan. Apo kembali mengerjap beberapa kali, hingga sosok pria berjubah putih terlihat di hadapannya.

"Dokter?" Tapi suaranya terdengar serak.

"Woah, tumben kau memanggilku Dokter. Biasanya kau tidak pernah mengeluarkan sepatah katapun." sahut orang yang dipanggil dokter itu.

Apo mengernyit heran. Dia menatap laki-laki berkacamata bulat dan berambut hitam dengan senyum menawan yang kini memeriksa infusnya lalu mengingat, apa ia kenal dengan dokter ini sebelumnya? Seingatnya tidak. Pikir Apo.

"Aku kira kau sudah mati. Untuk sesaat detak jantungmu sempat berhenti." Ujar dokter itu lagi

"Hah?"

Dokter itu mengarahkan senter pada mata Apo. Memeriksa reaksi pupilnya terhadap cahaya.

"Mual?" Tanya sang dokter. Apo hanya menggeleng sebagai jawaban.

Terjebak Di Dunia omegaversiWhere stories live. Discover now