BAB 3: Summer Koshien

En başından başla
                                    

"Ya sudah, mulai besok dan lusa kamu harus liburan, karena kamu sudah banyak membantu!" ucap Mio dengan tersenyum.

"Ti—tidak usah, aku baik-baik saja!" ucapku dengan menolak permintaan mereka, tetapi Ibu melihatku dan tersenyum pula kepadaku.

"Kamu itu masih muda, gunakan waktu liburmu untuk beristirahat dan bersenang-senang dengan teman-temanmu!" ujar ibu yang mengeluskan rambutku.

"Jangan kau sia-siakan masa mudahmu, nanti kau akan menyesal bila sudah dewasa!" seru Makoto dari kejauhan. Bila sudah begini, aku tidak bisa menolak permintaan dari mereka yang sudah memaksaku untuk berlibur sementara waktu.

Akan tetapi, aku merasa aneh dengan orang-orang di sekitarku beberapa hari belakangan. Mengapa mereka selalu mempertanyakan cita-citaku yang padahal sudah jelas bahwa aku menikmati rutinitasku? Mengapa mereka berucap mengenai kesenangan, yang menurut mereka aku kurang menikmati hidupku? Lantas, apakah yang kulakukan ini salah di mata mereka?

Ah, sudahlah. Aku sangat bingung dengan semua ini.

Pikiran ini terus berkecamuk, hingga aku menyadari kini sudah waktunya aku harus bergegas pulang.

Meski pikiran ini terus saja bermain-main di dalam isi kepalaku, aku yang berjalan di antara kerumunan orang pun jadi tidak bisa fokus menikmati rutinitas saat ini—berjalan seorang diri, menikmati keramaian, bahkan riuhnya orang di sepanjang perjalanan di depan stasiun Yokohama sangat kontras dengan perasaan kesepian yang kurasakan sekarang. Hingga detik ini, aku masih saja mempertanyakan mengapa semua orang memiliki impian dan cita-cita?

Apa hanya aku saja yang tidak memiliki cita-cita tinggi seperti mereka? Yuu yang berambisi dengan baseball, Shingo yang mempunyai impian untuk membentuk band, hingga kakakku saja—Miya, berambisi menjadi dokter spesialis. Apakah aku salah dengan keinginanku setelah lulus aku bisa membantu kedai orangtuaku? Perasaan menyebalkan itu bahkan membuat dadaku sesak dan perih jika aku pikirkan terus menerus.

Di luar itu semua, aku mengira bahwa langit sore seperti kehilangan keindahannya saat ini, dentuman suara pertokoan di setapak jalan pun seolah kalah ramai dengan seisi pikiranku.

"Silakan Takoyaki-nya! Beli satu gratis satu varian!"

"Crepe hangat! Crepes hangat!"

"Awas!"

Ah, hingga aku menyadari bahwa ada tangan yang berusaha menahan tubuh dari ketidak sadaranku akan perjalanan. Lampu merah sudah berbunyi, dan mobil besar melalui zebra-cross dengan cepat. Aku pun menyadari sumber suara itu berasal dari Akane yang kebetulan sudah ada di belakangku.

"Maaf—" putusku dengan langsung membungkuk kepada Akane.

"Untung saja kamu tidak kecelakaan," ujarnya dengan sedikit khawatir. Aku pun menganggukkan kepala dan melihat Akane yang membawa kantung belanja yang cukup besar.

"Omong-omong, kamu terlihat lesu dan tidak ada semangat. Mau berbicara sebentar kah?" tanya Akane yang masih merasa khawatir kepadaku. Memang, aku tidak bisa membohongi perasaanku—apa lagi sampai aku nyaris saja kecelakaan akibat ruminasi yang berputar-putar dalam pikiranku.

"Boleh. Dan sepertinya, aku butuh bantuanmu, Akane-san." Pada akhirnya, kami berdua memutuskan untuk pergi ke Kafe terdekat untuk mengobrol perihal pikiranku yang berkecamuk dalam diriku.

***

Di dalam Kafe ini, aku dan Akane duduk di bangku yang sepi untuk fokus membicarakan perihal pikiran menyebalkan yang menggentayangiku beberapa hari belakangan ini. Aku menceritakan keluh kesahku kepada Akane yang sibuk akan mendengarkan curahan hatiku. Kulihat Akane yang menyesapkan americano layaknya perempuan dewasa, hingga dia pun membuka pembicaraan setelah aku selesai mencurahkan apa yang kualami.

Yayımlanan bölümlerin sonuna geldiniz.

⏰ Son güncelleme: Jun 24, 2023 ⏰

Yeni bölümlerden haberdar olmak için bu hikayeyi Kütüphanenize ekleyin!

Summer BluesHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin