Bab 2 - Cincin Lamaran

Start from the beginning
                                    

"Bagaimana kabarmu?" tanya Jenderal Andreas pada sang istri.

"Baik. Kau sendiri bagaimana?" tanya Putri Theona.

"Sangat baik. Kupikir, lebih baik kau menemani Pangeran Tristan saja. Kupikir, suasana hatinya sekarang ini sedang buruk. Biarlah masakannya diselesaikan oleh para pelayan," ucap sang Jenderal.

"Ada masalah dengannya? Kupikir dia baik-baik saja, karena sejak datang, dia segera mencari George dan Catherine. Meski sebenarnya aku sedikit terkejut melihatnya datang sendiri tanpa Richard atau Aurora."

"Dia bersikap aneh sepanjang pertemuan tadi. Dan lebih anehnya, dia memecat Aurora di depan semua orang."

"Kau bercanda?" Putri Theona tertawa lebar. "Adikku itu tidak mungkin mau memecat pujaan hatinya. Kau tahu, dialah yang meminta Ayah untuk merekrut Aurora menjadi salah satu stafnya."

"Faktanya. Dia melakukan hal itu tadi."

Putri Theona mengerutkan keningnya, kemudian dia memilih mencuci tangannya dan bersiap pergi menemui adiknya itu. "Baik, akan kucoba mendekatinya," ucapnya sebelum dia pergi meninggalkan sang suami.

Putri Theona mendapati Pangeran Tristan duduk di sebuah kursi santai yang berada di pinggiran kolam renang. Sedangkan putra dan putrinya, George dan Catherine, kini sedang asik bermain di dalam kolam renang.

Biasanya, Pangeran Tristan akan ikut bermain dengan para keponakannya tersebut karena sang pangeran sangat menyayangi semua keponakannya. Namun kini, Pangeran Tristan malah memilih duduk merenung di sebuah kursi santai di pinggiran kolam renang.

"Ada yang mengganggu pikiranmu, Pangeran?" tanya Putri Theona pada adiknya itu.

Pangeran Tristan sempat teralihkan dari lamunannya. Menatap sang kakak yang mendekatinya secara kepayahan dan duduk di kursi sebelahnya.

"Aku baik-baik saja," jawabnya pendek. "Bagaimana kabar Edward kecil?" tanya Pangeran Tristaan sembari menatap perut kakaknya yang sudah membuncit karena kehamilan ketiganya. "Aku masih tak percaya bahwa Kakak akan menamakan dia dengan nama Pangeran dari Lamezia," Pangeran Tristan sedikit tersenyum miring dan menggoda kakaknya itu.

"Husshh! Namanya diambil dari nama kakek buyut kita. Bukan dari nama orang yang sempat ingin menikahiku," gerutu Putri Theona.

"Tetap saja, bagiku, dia mengingatkanku dengan Pangeran Edward," pangeran Tristan tersenyum menggoda.

Putri Theona menggelengkan kepalanya. Pangeran Tristan memang selalu usil dan kekanakan, meski begitu, ada satu sisi dimana adiknya tersebut memiliki sikap serius dan tegas yang membuatnya yakin bahwa di masa depan, adiknya ini akan mampu memimpin kerajaan mereka.

"Kakak tahu tidak, aku senang melihat Kakak bahagia dengan sang Jenderal," lagi-lagi kalimat tersebut diucapkan Pangeran Tristan dengan nada sedikit mengejek. "Dia telah membuktikan bahwa dia pantas mendapatkan Kakak," lanjut Pangeran Tristan lagi.

Putri Theona tersenyum dan menghela napas panjang. "Sembilan tahun usia pernikahan kami, membuatku menjadi semakin mengenalnya. Pun dengan Andreas yang juga semakin mengenalku. Semakin kami saling mengenal satu sama lain, membuat kami menyadari satu hal, bahwa kami tidak akan mampu hidup tanpa satu sama lain."

Pangeran Tristan menganggukkan kepalanya. "Kakak membuatku iri," ucap Pangeran Tristan dengan spontanitas.

"Kau sendiri bagaimana, Pangeran? Kapan kau akan melamar Aurora?" tanya Putri Theona kemudian.

Ekspresi wajah Pangeran Tristan yang tadinya ikut damai melihat kehidupan sang kakak yang bahagika, kini berubah seketika menjadi suram karena mengingat tentang Auroira yang otomatis membuatnya teringat dengan kalimat perempuan itu tadi pagi.

PRINCE TRISTAN (Modern Kingdom Seri TERAKHIR)Where stories live. Discover now