Dia cukup trauma sejak kejadian Renjun dahulu. Dia nggak mau sesuatu terulang untuk kedua kalinya.

"Gue bakal coba." Jawab Sunwoo setelah berpikir beberapa menit.

"Iya, lo harus coba. Kalo soal Hyunjin marah atau nggak itu terserah dia. Lagipula nggak bakalan ada yang ngeduga kan kalo itu bakalan terjadi?"

"Lo tau, ini tuh takdir."

Ketiganya terdiam. Sibuk menyelami pikirannya masing-masing. Sampai telinga ketiganya menangkap suara ketukan pintu—ah lebih tepatnya seperti di pukuli dengan tenaga dalam.

"WOY YANG NGERASA PENGHUNI RUMAH BUKAIN NAPAH?"

Jeno memandang kesal ke arah pintu rumah. Dia tau siapa yang datang dan berteriak lantang layaknya seseorang yang tidak pernah di ajari sopan santun itu.

"Buka, Chan. Males gue nyambut anak dugong kek dia."

"Heh, gitu-gitu dia saudara kandung lo."

"Hem."

Selepas kepergian Haechan yang membuka pintu Jeno mendekat ke arah Sunwoo yang seperti tak ada gairah hidup.

"Woo? Lakukan apapun sebisa lo. Jangan menyerah. Biar lo nggak nyesel kayak gue."

"Iya, Jen."

"HEH ABANG! LO TUH YAH, MASA KATA KAK ECHAN LO GAK MAU BUKAIN GUE PINTU? TERUS NGATAIN GUE ANAK DUGONG SEGALA, INGET NIH YAH, KITA TUH DULU DI SATU RAHIM YANG SAMA DAN SATU PLASENTA YANG SAMA JADI KALO GUE ANAK DUGONG BERARTI LO JUGA ANAK DUGONG YAH. DASAR!"

"Berisik!"

"LOH? KOK LO ADA DI SINI?"

"Hiks! Anjrit! Lo!"

°

Changbin natep Yohan yang lagi ngegambar di buku gambarnya. Sesekali senyumnya merekah. Ngeliat Yohan yang anteng nggak banyak tingkah gini ngebuat Changbin nyaman. Yohan tuh manis banget kalo diliat dari jarak sedeket ini. Tapi Changbin tau diri, cowok tulang gelut kek Yohan susah buat di pacarin.

"Liat, Abin suka nggak?" Tanya Yohan sembari memperlihatkan hasil gambarnya.

"Aku gambar dek Shaka. Dia suka bintang, jadi aku gambar dia lagi duduk sama bintang di atas sana."

"Rubby?" Panggil Changbin pada Yohan.

Katanya sih itu nama panggilan Yohan yang dibuat khusus oleh Changbin. Soalnya Yohan dulu suka gambarin pelangi di bukunya Changbin. Dan itu ngingetin dia sama serial kartun di televisi.

"Iya?"

Changbin menahan gemas. Dia berdiri dari duduknya kemudian memakai tas di punggungnya. "Mau pulang nggak? Ayok bareng."

"Heheh, Abin duluan aja."

"Oke deh." Setelah mengucapkan itu Changbin melangkahkan kakinya. Namun, baru sampai di depan pintu dia berhenti. "Rubby?"

"Apasih Abin? Nggak, aku mau ke makam dek Shaka dulu. Jadi duluan aja!" Tanpa sengaja Yohan menaikkan nada bicaranya. Membuat Changbin terkejut sekaligus yang berbicara juga.

"Ma-maaf. Nggak sengaja. Lagian Abin nyebelin!"

Changbin senyum ganteng aja. "Lo udah ikhlasin adek lo?"

"Aku ikhlas, tapi Kennath nggak."

"Kenapa Ken nggak ikhlas?"

"Karena Ken sayang dek Shaka."

"Kalo lo?"

"Aku? Sayang juga."

"Oh, yaudah. Jangan lupa balik! Bentar lagi gerbang di kunci."

EPHEMERALWhere stories live. Discover now