[Chapter 7] Kamu Masih Marah?

Start from the beginning
                                    

"Lo tau apa, Dam? Gue bahkan belum ngomong apapun ke cewek ini soal 'goals' gue."

"Gue, Dodot, Mario, Abby, Poco, bahkan Davin ... Semua internal udah tahu kelakuan Lo, tinggal nunggu eksternal Bimantara tahu juga."

Berryl yang berdiri dibelakang tubuh Oka, menatap tangan cowok itu yang melindunginya seolah menahan apapun yang akan datang pada Berryl dari depan.

"Kak, ini ada apa?"

"Cowok ini brengsek asal Lo tahu! Lo bentar lagi bakal dimanfaatin setelah dia ngorek semua informasi dari keluarga Lo! Demi taruna-tarunaan yang masih dia kejar!" ujar Damai sambil menatap Berryl dengan ekspresi yang sulit dijelaskan.

Berryl cukup dibuat terkejut dengan penuturan Damai yang berapi-api hingga ia menunjuk-nunjuk Oka. Tapi meskipun demikian, Oka tetap terlihat tenang dan masih memasang badannya untuk melindungi Berryl.

"Lo jangan sok tahu. Lo mungkin tahu awalnya, Dam, tapi Lo nggak tahu apa yang ada didalam kepala gue."

Berryl menyadari sesuatu-jika teman-teman yang setahu Berryl paling dekat dengan Oka, tidak hadir dalam penyambutan tadi pagi. Damai dan Dodot, nama mereka sama-sama tak disebutkan oleh pihak sekolah. Meskipun nama Oka juga tak disebutkan, tapi Oka masih tampil didepan publik dengan jersey Bimantaranya.

Berbeda dengan Damai yang saat ini tampil dengan jersey Bimantaranya tetapi tidak tampil pada penyambutan tadi pagi. Padahal Berryl ingat betul bahwa Oka, Damai, dan Dodot ialah pemain DBL unggulan SMANATARA yang diomeli oleh Pak Rauf saat hari pertama MPLS Berryl-yang benar-benar dijaga betul oleh SMANATARA.

Mereka saja sampai di larang Pak Rauf untuk ikut demonstrasi ekstrakurikuler basket saat itu, jadi pastilah sekolah sangat mengistimewakan trio atlet basket SMANATARA itu, 'kan?

"Gue? Sok tahu?"

"Udah Dam, temen kita juga udah gede, dia harusnya tahu mana yang bener dan mana yang salah."

Tiba-tiba dari belakang Berryl dan Oka, Dodot datang sambil berdiri di antara Oka dan Damai lalu mendorong dada mereka berdua agar saling menjauh.

"Kalau dia pinter, nggak bakal dia ngelakuin yang Kakeknya suruh," tambah Dodot sambil menatap Oka dengan tajam.

"Kalian jangan nyama-nyamain gue sama keluarga gue. Gue tahu kalian sekarang berhak ngeraguin gue setelah apa yang kalian denger di turnamen kemarin," Oka menunduk dan meletakkan tangannya di dada kirinya. "Tapi sumpah Dam, Dot ... Gue nggak sejahat keluarga gue."

Berryl melihat keraguan di wajah Damai dan Dodot. Ia tahu ia tak harus ikut campur, tapi Berryl juga sedari tadi hanya diam saja dibelakang Oka-tetapi tak merasa perlu dilindungi Oka karena Berryl merasa ia tak terlibat masalah apapun yang menjerat ketiga cowok ini.

"Kak Dodot ... Kak Damai ... Kalau kalian emang udah temenan lama sama Kak Oka, harusnya kalian kenal baik watak Kak Oka gimana ..." Berryl berucap sambi maju beberapa langkah menghadap Dodot dan Damai. "Gue yakin kalau Kak Oka emang bad person, kalian juga udah lama berhenti bergaul sama Kak Oka."

"Gue nggak mau jadi orang 'sok tahu' disini, tapi gue nggak mau dilibatin dalam masalah apapun yang lagi kalian hadapi. Gue mau ke kantin bareng Sephia dan Kak Damai Dateng misahin gue sama Sephia, nyeret gue ke parkiran udah kayak hewan ternak tau gak?" Berryl menatap ketiga cowok itu dengan kesal. "Kalau ada masalah internal di pertemanan kalian, jangan nyeret orang luar buat ngegedein masalah dong!"

"Ada apa ini?"

Suara Pak Rauf itu memecah suasana tegang itu. Seperti biasa, Pak Rauf tampil dengan kacamata kotak yang ia letakkan diatas kepala dan peluit yang ia kalungkan dilehernya serta tak lupa koran yang sudah kadaluarsa dua bulan lalu.

That's OkA!Where stories live. Discover now