1 + 1?

331 24 4
                                    

Jihoon menghentikan langkah kaki di pintu dapur yang lampunya masih menyala dan menemukan sosok Hyunsuk yang duduk menghadap secangkir kopi panas sambil jari tangannya mengusap layar ipad, nampaknya pria itu sedang memeriksa jadwal pekerjaannya besok.

"Kau belum tidur?" Sapa Jihoon sedikit membuat suaminya terjengat saking ia terlalu fokus pada kesibukannya.

"O-eoh..." jawab Hyunsuk gagap. Kepalanya menoleh dan seketika sebuah seringai muncul menggantikan ekspresi wajah yang terkejut.

"Aa~ii~goo~" nada pria lebih tua terdengar menggoda, sepasang matanya terpatri pada tubuh molek Jihoon yang dikenakan piyama satin lengan pendek dan celana yang juga pendek memamerkan paha mulus sekalian bulatan bokongnya yang membentuk kurva cembung sempurna.

"Kiyowo~" Plok! Hyunsuk tidak dapat menahan diri, dia mengulurkan tangan untuk menepok pantat istrinya yang terlonjak dan hampir tersedak sebab sedang minum.

"YAH! Pelecehan!" Jihoon melotot. Tapi bukannya takut, sang suami justru malah cengengesan memandang mata boba gadis lebih muda yang nampak membulat lucu.

Usai minum, Jihoon mencuci gelas di westafel dan meletakkannya di rak lalu mendudukkan diri di kursi samping suaminya yang sudah kembali memeriksa jadwal pekerjaan.

"Junkyu hamil." Jihoon menyeletuk memecah hening, sontak membuat lelaki di sebelahnya menolehkan kepala cepat.

"Really!?" Hyunsuk nampak terkejut dengan kedua matanya berbinar. "That's good news! We all know just how long they've waited for the baby! Kita harus kasih hadiah untuk ucapan selamat!" celoteh laki-laki itu riang.

Jihoon tersenyum. "Kau benar. Kita harus menyiapkan hadiah. Aku akan pergi belanja dengan Jaehyuk besok."

"Oke. Beritahu aku kalau kau butuh uang lebih," sahut Hyunsuk. "Aku jadi penasaran bagaimana reaksi Yedam waktu tahu hal ini. Dia pasti menangis bahagia! Aku harap Junkyu akan memvideonya jadi kami bisa cengcengin Yedam di kantor!" lelaki itu tertawa jahat.

"Yah...tega sekali kau mau melakukan itu," desis Jihoon. "Itu kebiasaanku, jangan ikut-ikutan," sambungnya kemudian.

"Orang bilang suami-istri lama-lama akan mirip satu sama lain," ujar Hyunsuk mengulurkan tangan untuk merangkul pundak Jihoon dan memberinya satu kecupan di pipi. "Kita kapan?" laki-laki tersebut bertanya dengan senyum tersungging di bibirnya.

"Hm?" sang istri cuma mengerjabkan mata tidak mengerti maksud kalimat barusan.

"Kita kapan~" Hyunsuk merajuk. "Anak kedua. Hehe."

Tapi Jihoon langsung melotot.

"OGAH!" sahutnya galak.

"Wae...?" air muka Hyunsuk seketika jatuh. Bibir yang tadinya tersenyum, langsung melengkung ke bawah. "Kau tidak mau Jaehyuk punya adik?"

"TIDAK." Jihoon masih menegaskan kata-katanya. "Aku tidak siap kalau harus kurang tidur lagi. Harus menyusui setiap 4 jam sekali sampai puting berdarah-darah. Aku juga tidak sempat merapikan rumah dan makan sambil berdiri karena harus menggendong Jaehyuk yang rewel. Aku juga tidak mau morning sickness, muntah terus, lemas, tapi aku harus tetap makan. Kau tidak tahu 'kan rasanya bagaimana?!"

Hyunsuk menutup mulut rapat pada omelan panjang sang istri. Dia hanya mampu menatap Jihoon yang mendengus kesal.

"Maaf..." laki-laki itu lantas mendesis.

Melihat suaminya yang langsung mengalah, sejenak membuat emosi Jihoon ikut menurun.

"Tapi aku senang karena Jaehyuk sangat lucu," ucap wanita yang lebih muda dengan nada lunak. Dia tak ingin menjadi egois seolah dirinya adalah satu-satunya korban dan yang paling dirugikan karena keberadaan anak mereka, sementara Hyunsuk pasti juga sudah bekerja banting tulang di luar sana untuk mencari penghasilan guna memenuhi seluruh kebutuhan keluarganya yang pasti tidak sedikit.

"IYA 'KAN!?" kalimat Jihoon sekejab membuat mata Hyunsuk kembali berbinar, pun dengan wajahnya. "Jaehyukie sangat lucu dan menggemaskan dan neooomu kiyowo! Rasanya semua kesulitan kita langsung hilang begitu melihatnya!"

Perlahan senyum kecil tersungging di bibir tipis Jihoon disusul anggukan kepala wanita itu.

"Jadi...anak kedua?" tapi ternyata sang suami masih belum menyerah. Senyum Jihoon yang telah berkembang seketika lenyap lagi bagai ditelan bumi.

"Oppa, apa perjanjian pra-nikah kita tentang ketentuan punya anak?" tanya gadis yang lebih muda, membuat senyum suaminya turut memudar. Untuk sejenak pandangan pria itu mengambang.

"Itu...anu..." Hyunsuk mendesis. "Ada tiga poin..."

"Eum." Jihoon membenarkan. "Apa saja?"

"Pertama, setelah menikah kita hanya akan punya satu anak."

"Kedua?"

"Kalau ternyata 'jadi' anak kedua maka pihak pertama yaitu aku (Choi Hyunsuk) harus memenuhi semua persyaratan yang diajukan pihak kedua yaitu istriku (Park Jihoon)."

"Apa syaratnya?"

Hyunsuk menelan air ludah yang tiba-tiba terasa seret turun di kerongkongan. Samar jari tangannya gemetar sembari dia menyebutkan kalimat-kalimat yang pernah ditulis Jihoon dan disetujui secara sadar oleh dirinya sendiri di selembar kertas bermaterai sebelum mereka berdua resmi menikah.

"Syarat yang pertama, membelikan iphone keluaran terbaru untuk pihak kedua. Syarat kedua, membelikan kalung berlian minimal lima karat pada pihak kedua."

Jihoon mengangguk sebagai apresiasi karena sang suami masih mengingat jelas kesepakatan di antara mereka.

"Ketiga, memberikan tanah pada pihak kedua minimal lima hektar. Keempat, menambah uang bulanan pihak kedua sebesar seratus persen. Kelima, pihak pertama wajib membantu mengurus anak-anak dengan cara work from home atau mempekerjakan ART yang bertanggung-jawab dan dapat dipercaya. Lalu, poin ketiga dari perjanjian pra-nikah tentang memiliki anak adalah jika ternyata anak ketiga atau seterusnya lahir, maka persyaratan di poin kedua kembali diberlakukan lengkap dari nomor satu hingga lima."

"Benar sekali~" Jihoon nampak puas sedangkan Hyunsuk hanya mampu menyunggingkan senyum kecut.

"Aku senang kau masih mengingat semuanya dengan baik." Gadis lebih muda tersenyum seolah menantang. "Jadi bagaimana? Masih mau anak kedua?"

"TENTU SAJA! I AM READY FOR THE BABY!" namun di luar dugaan Hyunsuk langsung menjawab tanpa pikir panjang dan sangat antusias hingga membuat istrinya terkejut. 

"Uang bisa dicari! Akan ku berikan sebaaanyak apapun yang kau mau!" Laki-laki bermata sipit merentangkan kedua lengannya untuk membawa Jihoon kembali dalam dekapan erat.

"Aku sangat bersyukur kalau anak-anakku bisa lahir darimu, Jihoonie. I love you, Sweetie~" bisik Hyunsuk lantas mengecup daun telinga istrinya yang justru malah menghela napas panjang. Walau begitu, sebuah senyum kemudian melengkung di wajah Jihoon.

"Gomawo. I love you too."

.
.
.

Gomawo~ neul honja geotdeon gil
Sonjapgo georeojwoseo~
Ireon narang hamkkehaejwoseo gomawo

Our Little TreasuresWhere stories live. Discover now