CHAPTER II: String of Fate

Start from the beginning
                                        

Kosakata
Akires: Seorang legenda hidup yang kini tinggal di sebuah pulau kecil bernama Lunae di tengah lautan Tetheis. Kini mengabdikan hidup abadinya untuk melatih putra para bangsawan dengan teknik rahasianya. Karakter Akires diambil dari tokoh mitologi yunani, Achilles, pahlawan dari perang Trojan.

"Apakah aku diperkenankan menulis surat untuk Anax dan Hera?" Nunos bertanya dengan lugu sembari menggenggam kotak bekal yang ayahnya berikan padanya.

"Tidak, Chairus." Sang Ratu menunduk mengusap puncak kepala putranya, "Tidak diperkenankan untuk kita saling merindu."

"Berapa lama aku harus pergi?" Nunos melangkahkan kaki sesuai dengan arahan kedua orang tuanya, "Bolehkah aku membawa beberapa buku bersamaku?"

"Gurumu memiliki ribuan buku yang tak pernah kau jumpai sebelumnya." Sahut sang Raja, "Naiklah ke kapal. Jangan menoleh ke belakang."

Nunos masih enggan menaiki kapal tumpangannya, ia masih mendongakkan kepala memandangi wajah ayah dan ibunya. Cukup lama ia pandangi wajah kedua orang tercinta itu, seolah ingin menanam kuat memori tentang orang tuanya dalam ingatannya.

"Anax, berapa lama aku harus pergi?" Nunos kembali bertanya.

"Selama mungkin, sampai gurumu mempersilahkanmu kembali kepada kami."

"Nunos, Cairus." Sang Ratu berlutut di hadapan putranya, memeluk tubuh kecil Nunos sekali lagi, "Por Ansaladus."

"Hera." Nunos memeluk erat ibunya, "Por Ansaladus."

Setelah perpisahan singkat itu, Nunos melangkahkan kaki melepas dirinya dari dermaga, menaiki kapal tumpangannya. Ia tak menoleh ke belakang sekalipun, seperti titah ayahnya. Entah apa yang terjadi bila ia melanggar, tetapi tak pernah sekalipun ia ingkar pada perintah sang Raja.

Kosakata
Por Ansaladus: Frasa yang bermakna Demi Ansaladus. Diserukan sebagai lambang pengorbanan diri demi kejayaan Ansaladus.

─── ⋅ ∙ ∘ ☽ ༓ ☾ ∘ ⋅ ⋅ ───

Perjalanannya menuju Lunae memakan waktu cukup lama. Setelah menaiki kapal dari tepian wilayah Ansaladus, Nunos harus berkuda bersama para rombongan. Tak ada dari abdinya yang memperlakukannya penuh manja, tidak pula mereka bersikap jahat dan merendahkan. Para abdi mengajarinya banyak hal, tentang berkuda, tentang bentuk tanah, pepohonan, garis wilayah, dan kisah bersejarah dari setiap tempat yang mereka lalui. Seperti saat ini, ketika rombongannya sedang melewati garis batas wilayah dari kerajaan Ganimedes dan Magnyria. Penuh rasa penasaran, Nunos banyak bertanya pada para abdi kepercayaannya yang berkuda bersamanya.

"Apa yang terbentang di depan sana, Haemon?" Nunos bertanya pada Haemon, putra Lemnus yang diutus menjadi pengawal pribadi Nunos.

Haemon memicingkan matanya, berusaha menebak arah mana yang ditunjuk oleh tuannya, "Itu adalah perbatasan milik Epesia, Agimona."

Kosakata
Haemon: Anak bungsu dari Lemnus, usianya 7 tahun lebih tua dari Nunos. Ia sudah mendampingi Nunos sejak usia balita. Visualisasi Haemon adalah Dokyeom.
Agimona: Sebutan kehormatan untuk putra mahkota atau mereka yang berada dalam garis warisan tahta kerajaan. Istilah ini berasal dari istilah yunani igemonas yang berarti pangeran/prince.

"Epesia?" Nunos mencoba mengingat kembali informasi yang ia serap dari bacaan di rak buku ruangan ayahnya, "Mereka tak punya putra mahkota."

"Benar, Agimona." Haemon tersenyum bangga mendengar jawaban Nunos.

ENIGMAWhere stories live. Discover now