9

642 32 0
                                    

Ketika bangun pagi Larine sengaja datang ke kamar Sena. Ia hanya iseng untuk melihat apakah Frank sudah bangun atau masih tidur.

Tapi ia terkejut begitu tahu pria itu tidak di sana.

Apa Frank sudah pergi sepagi ini?

Dengan sedikit kecewa Larine pergi ke dapur untuk membuat sarapan. Ia ingat jika hari ini harus mengantar Sena sekolah.

Begitu tiba di dapur ia terkejut karena Frank ada di sana dan sedang memanggang roti. Bahkan dua gelas susu putih sudah siap di meja.

"Kau sudah bangun? Ayo panggil Sena untuk sarapan. Bukankah ia harus sekolah?".

Mulut Larine tidak bisa berkata apapun. Ia menggeleng pada Frank.

"Seharusnya aku yang melakukan ini Frank. Paman Harold akan marah jika tahu ini. Apalagi Elena. Aku yakin, di rumah kau bahkan tidak pernah melakukan ini".

Frank tertawa kecil dan mencuci tangannya. Kemudian berjalan mendekati Larine.

"Kau terlalu banyak berpikir. Cuci tanganmu dan duduk untuk sarapan".

Bisik Frank lalu mengecup kening Larine cepat. Kemudian ia pergi ke kamar Sena.

Tak lama kemudian Frank dan Sena muncul. Sena sudah berpakaian rapi dengan tas di punggungnya. Keningnya berkerut saat melihat penampilan ibunya.

"Apa ibu melupakan sesuatu?".

Larine menggeleng. Otaknya masih membeku karena kecupan lembut Frank. Ia sungguh tidak bisa mengartikan sikap Frank sekarang.

"Ada apa Sena?".

Frank menarik kursi dan bertanya pada Sena. Namun Sena masih menatap ibunya, seakan meminta persetujuan untuk menjawab pertanyaan Frank.

"Tidak! Bukan apa-apa. Ayo sarapan!".

Larine memotong ucapan Sena yang hampir keluar. Ia tak ingin Frank tahu masalah Sena.

Setelah sarapan Frank pamit untuk pulang ke apartemen. Sedangkan Larine sedang bersiap untuk pergi ke sekolah Sena.

Di pintu depan Sena menarik tangan  Frank.

"Bisakah kau berpura-pura menjadi ayahku hari ini? Please,hanya hari ini".

"Baiklah tapi katakan ada apa".

Sena memberitahu Frank tentang anak-anak sekelasnya yang suka meledeknya. Hati Frank sedikit gusar saat memikirkan itu. Ia menelepon seseorang dan tak lama kemudian Theodor muncul dengan mobil Mercy hitam dan juga setelan pakaian baru untuk Frank.

"Kita akan bicara nanti. Tunggu di sini, aku akan bersiap".

Frank membawa setelan pakaian baru dan berlari masuk ke dalam. Ia bertemu Larine yang baru saja akan keluar.

"Aku akan bersiap dalam lima menit Lar".

"Tapi Frank...".

Larine tidak melanjutkan kalimatnya karena Frank sudah menghilang di balik pintu. Bukan pintu kamar Sena, tapi pintu kamarnya.

Desahan napas berat keluar dari mulutnya. Entah apa yang terjadi tapi firasatnya mengatakan Frank memperlakukannya dengan istimewa. Frank menyimpan sesuatu.

Benar. Lima menit kemudian Frank keluar dengan gagah. Bahkan kacamata hitam sudah bertengger di matanya.

"Ayo!".

Ia meraih telapak tangan Larine dan berjalan keluar. Di halaman toko, Sena sudah ada di mobil bersama Theodor yang duduk di belakang kemudi.

Frank membuka pintu dan memberi isyarat agar Larine masuk. Kemudian ia masuk dan duduk di samping Larine.

SECOND HOME (TAMAT)Where stories live. Discover now