Bab 42

2.6K 332 31
                                    

Dobrakan yang diperbuat cucu kesayangannya membuat pembicaraan dibalik ponsel tersebut segera di tutup, di hadapan Rathia terlihat Anin yang menatapnya tajam sembari menyodorkan pistol ke arah kepala wanita itu membuat Rathia terkejut.

"Apa-apaan kamu, Anin? turunkan benda itu, jangan main-main!!" Rathia berteriak keras membuat Anin tersenyum sinis meski air mata berjatuhan di pipinya. Tak pernah disangka bahwa sosok yang dia anggap inspirasi memiliki sisi lain yang begitu kejam. Rathia terlalu kejam hingga menutup mata dan hatinya tentang keluarganya sendiri, Rathia terllau haus kekuasaan hingga berbuat hal kotor seperti ini.

"Harusnya aku yang ngomong kayak gitu sama oma, apa-apaan oma berniat membunuh cucu-cucu oma sendiri? oma inget oma, mereka yang berada di mobil itu adalah cucu oma, anak dari anak oma sendiri. Kenapa oma begitu tega ingin menghancurkan kebahagiaan Gracia dan kedua adiknya? apa belum cukup oma menghancurkan mereka beberapa tahun yang lalu? apa belum cukup puas oma setelah membunuh anak dan menantu oma sendiri? kenapa oma? kenapa?!!"

Plak!!

"Jangan bicara kamu, Anin!! inget siapa yang kamu bentak saat ini" sapuan hangat yang diberikan sang mama pada pipinya membuat Anin mundur beberapa langkah, memegang pipinya yang terasa panas dan melihat Rathia tertawa meratapi kesakitan nya.

"Mama gila yah? oma mau bunuh cucu nya sendiri dan oma diam seperti ini malah nampar aku yang coba untuk hentikan ini semua? mama sama oma kenapa begitu membenci keluarga om Bima? mereka sama sekali gak salah, mereka korban atas kegilaan kalian!!" Shafira yang mendengar anaknya mulai kehilangan akal hendak melayangkan tangannya tetapi sayang Ani berhasil menepis tangan sang mama. Keduanya saling bertatap tajam kepada Anin yang benar-benar kecewa pada dua wanita yang dahulu nya paling dirinya sayangi. Anin tak pernah menyangka bahwa kejahatan yang dilakukan mama dan oma nya semata-mata demi keberhasilan sendiri tanpa peduli siapa pun termasuk, dirinya yang selalu dijadikan kambing hitam.

"Tutup mulut kamu dan turunkan pistol itu, kamu gak cocok mengarahkan pistol ke oma" Anin menggeleng, dirinya ingin sekali menangis melihat kehancuran keluarga besarnya tetapi gadis itu tahan karena tak mau dianggap lemah oleh sang mama juga oma nya, ekspresi kecewanya seketika lenyap begitu senyum seringai yang membuat Rathia menatapnya bingung.

Tanpa aba-aba Anin melepaskan pelatuk tersebut membuat keadaan ruangan seketika ricuh, Shafira bergegas mengambil pistol yang baru saja mengenai vas bunga yang berada di atas lemari tetapi niatnya terhalang saat Anin sekuat tenaga mendorong wanita kesayangannya. Anin benar-benar kecewa, dirinya menyesal menjadikan Shani sebagai orang yang paling dia benci tanpa alasan, padahal sikap Shani sedari dulu lembut padanya, Anin benci dirinya yang mudah terhasut oleh perkataan kejam dua wanita yang menatapnya tajam saat ini.

"Ini ancaman aku kepada oma kalau oma kembali mengacaukan kebahagiaan mereka, aku kecewa sama kalian berdua. Tega-teganya melakukan hal keji epada orang yang gak pernah mau usik hidup kalian, dan aku lebih kecewa sama diriku sendiri yang bodohnya terhasut omong kotor kalian!!" Anin melangkah pergi usai memberi peringatan kepada Rathia yang tampak syok berat begitu pun Shafira, kedua wanita itu tak menyangka sikap Anin sebegitu gilanya sampai mengarahkan senjata api itu pada neneknya sendiri.

Di sisi lain Shan masih berusaha untuk tetap tenang dan sedikit lega sebab mulai terlihat beberapa orang yang berkendara di jalan yang dilaluinya, meski hanya dua atau tiga mobil tetapi patut Shani syukuri karena mobil yang mengejarnya takkan berani berbuat macam-macam.

"Huh, untung aja masih selamat" Shani mematikan mesin mobilnya kemudian menyandarkan tubuhnya pada kursi kemudi, memijit pelipisnya dengan helaan napas yang begitu terdengar berat. Hampir saja keluarganya mendapat nasib siap dari orang yang Shani tak tahu itu siapa, dirinya beserta adik-adiknya baru kali ini menginjakkan kaki di negara Jepang dan kemungkinan memiliki musuh sangatlah mustahil tetapi siapa orang-orang itu? mengapa mengejarnya sejauh itu?

Bersama Selamanya [End]Where stories live. Discover now