🌺24.🌺

5 0 0
                                    

⚠️ Support penulis dengan klik ⭐ dan komen...

Bismillahirrahmanirrahim.


Selamat membaca...


"Jaga sikapmu, Ibanez!!!!" Celetuk kak Rey, membuat bayi besar menekuk wajahnya.

"Hiks.. hiks.. hiks..," bayi besar menangis.

Aku meringis ke arah Tante Wina, mamanya kak Rey. Berharap beliau memaklumi tingkah bayi besar. Tadi sewaktu aku sibuk membahas tentang kerja sama dengan perusahaan kak Rey, kami terhanyut dalam perbincangan hingga membuat bayi besar merasa tidak nyaman melihat kami akrab. Vina sedari tadi menahan tawa.

"Ra, bayi besar lagi cemburu ya?" Tanyanya. Aku hanya tersenyum simpul sambil memijat pangkal hidung.

Masalahnya aku malu dengan apa yang bayi besar ucapkan tadi.

"Jaga jarak, Rey! Ira itu istri Ibanez!"

"Aku tau," jawab Kak Rey dengan enteng.

"Yaudah, jaga jarak! Ibanez nggak suka Rey tersenyum melihat senyumnya Ira!"

"Rey, nggak senyum tuh!"

"Bohong! Aku lihat kok tadi!" Bayi besar menatap ke arahku dengan tatapan tajam. "Ibanez mau pulang!" Dia merajuk.

"Nggak baik, Ibanez. Tante Wina sudah capek-capek siapkan makan siang untuk kita," bujukku.

"Nggak mau tahu!"

"Ira janji, habis makan kita pulang, oke?"

"Nggak mau! Pulang sekarang!"

"Jaga sikapmu, Ibanez!" Ujar kak Rey, seketika bayi besar terdiam.

Begitulah kira-kira kejadiannya. Kami semua akhirnya menyelesaikan makan siang. Setelah berbincang sebentar aku dan Ibanez pamit pulang. Di sepanjang perjalanan pulang raut wajah Ibanez tertekuk. Sambil memainkan rubik kesayangannya dia terdiam sambil memainkan mainannya.

Pak Andi, supir pribadi ayah Ibanez tersenyum. Melihat aku yang sedari tadi salah tingkah menyikapi suasana hati suamiku. Dengan gugup aku mengusap pipi Ibanez dengan pelan. Dia tidak berontak, tapi dia acuh dan tetap berkutat dengan mainannya. Kesal, aku merebut rubik dari tangan Ibanez. Menggenggam kedua tangannya sembari tersenyum.

"Ira, minta maaf." Kataku membuka percakapan.

Bayi besar diam sejenak sebelum kedua matanya yang teduh menatap ke arahku. Dia mengedipkan kedua matanya membuat air matanya seketika berlinang. Aku melepaskan genggaman tanganku di tangannya kemudian beralih memeluknya.

"Ibanez minta maaf, Ibanez salah, Ibanez bikin Ira malu."

Bibirku kontan tersenyum, aku melepaskan pelukanku dari tubuhnya.

"Kita sama-sama salah. Ibanez jangan ngambek lagi ya? Ira cemas kalau kamu ngambek kayak gini," ujarku. Bayi besar tersenyum sembari kembali memelukku.

Drrr drrt drrt..

Ponselku bergetar membuat Ibanez terpaksa melepaskan pelukannya. Dengan cepat aku menggeser panel hijau ke sisi kanan.

"Assalamu'alaikum, Ummi. Tumben telpon jam segini?"

...

"Ira lagi di jalan, mau ke kafe."

...

"Mashaa Allah.., kami langsung ke sana ya, Ummi. Ummi dampingi mama Ririn ya."

Perfect Ibanez--on Going-slow UpdateOn viuen les histories. Descobreix ara