10. Naya Khairunnisa

6 3 0
                                    

"Dia memang memiliki aura yang berbeda, pantas saja jika dia menjadi primadona"
||Naya Khairunnisa||
🖊️🖋️❣️🏸

Setelah Safina, Vellyza, Aulia, Putri Kirana, Cherryl, Jasmine dan yang lainnya keluar. Naya menjadi pusat perhatian teman-temannya itu, karena terlihat tersenyum tipis. Raffa menjadi bingung dengan senyuman manis Naya itu. 'Alya menyadari dengan senyuman Naya itu.

"Kamu lagi ngebayangin siapa sih Nay?" Alana bertanya heran.

"Nggak usah dibayangin, ungkapin aja sini. Orangnya ada di depan mata kok." Ujar Fauzan terkekeh.

Fauzan pun mendapat satu pukulan yang tidak terlalu kencang dari Raffa.

"Aduhhh, apaan sih Fa?"

"Bangun makanya Zan." Jawab Raffa.

"Geer banget si Fazla ya." Ucap Alana.

"Fiks, Alana yang boleh manggil gue Fazla cuma Naya."

Karena dari kesembilan temannya itu termasuk Rizky, memanggilnya dengan sebutan Fauzan atau nama tengahnya. Meski terkadang Rizky sesekali manggilnya Fazla.

Kalau Naya memang sudah terbiasa dari dulu memanggil seseorang itu dengan sebutan nama pertamanya, kecuali seseorang yang menggunakan nama awalan Muhammad. Naya sudah di biasakan memanggil nama orang itu sesuai namanya dan dia akan mencari yang arti dari nama itu sendiri yang bagus atau memiliki do'a.

Karena Naya adalah anak ketiga dari enam bersaudara dari keluarga yang cukup berada. Dimana Ayahnya adalah seorang petani yang memiliki sawah kurang lebih 1540 Meter² atau 1 setengah hektar di tempat tinggalnya di daerah Majalengka. Sedangkan ibunya adalah seorang anyaman barang-barang yang terkenal di daerahnya karena sering mengayaman dan merajut sebuah produk dari bahan-bahan sekitar seperti pelepah pisang, pelepah kelapa dan lain-lainnya. Sampai-sampai memiliki 50 orang karyawan.

Dua Abang Naya sendiri adalah seorang yang berada di bidang kesehatan. Yang pertama sebagai dokter ahli bedah dan spesialis kulit. Sedangkan yang kedua sebagai dokter umum dan dokter hewan.

Naya sendiri selain bekerja di yayasan yang saat ini, dia memiliki kelebihan yang lain. Yaitu suka melakukan riset atau penelitian terhadap mikroba-mikroba dalam tubuh manusia, hewan dan tumbuhan. Selain itu dia menjadi seorang guru juga di tingkat SMA dan SD. Naya juga sedang mempelajari menjadi seorang penulis.

Apa yang dia alami dan rasakan dengan lingkungan sekitarnya, dia tuangkan dalam tulisan.
**Flashback off
Ada seorang gadis yang sedang duduk di sebuah taman sambil mengekspresikan ke dalam tulisan. Tetapi dia masih ragu dan tidak percaya diri dengan tulisannya itu.

"Bagus, terus kembangkan." Ujar seorang pria ke dirinya yang terkejut.

"Nggak, ini jelek." Jawabnya sambil menutupi tulisannya itu.

"Bagus kok, tulisan kamu cantik Naya." Ujar pria itu sambil tersenyum.

Naya salah paham dengan ungkapan kata "cantik" yang disebutkan pria itu. Pipinya menjadi merah merona yang sangat terlihat jelas.

"Kamu demam?"

"Ahh emm nggg--nggak kok." Jawabnya gugup.

Naya segera bangun dan ingin pergi dari taman itu.

"Kalau kamu ingin menjadi seorang penulis, kamu harus percaya diri dengan tulisan kamu. Itulah langkah seorang penulis bisa mengekspresikan perasaannya ke dalam tulisan."

"Kalau ada orang yang bilang ceritanya masih kurang bagus menurut versi mereka, tetaplah menulis dengan gaya kepenulisan kamu. Itu yang akan menjadi identitas atau ciri khas kamu sebagai penulis. Nanti pun mereka akan tetap membaca cerita sampai selesai. Dan anggap saja itu sebagai bentuk motivasi diri untuk semakin semangat dan giat lagi dalam menulis."

Langkah Naya terhenti mendengar semua itu.

"In syaa Allāh, aku bisa membantu kamu jika kamu kesulitan dalam menulis. Jangan sungkan untuk menghubungi aku." Lanjutnya.

Naya terdiam lalu tersenyum. Dia membalikkan badannya dan melihat ke arah pria itu.

"Terima kasih Ka Rizky." Sambil tersenyum manis.
***Flashback on.

Ucapannya itu sampai ke dunianya saat ini. Fazla dan Alana kaget mendengar hal itu.

"Kamu serius Naya?" Tanya Alana sambil menyadarkan Naya yang sedang berada di dunia halunya itu.

Naya pun menyadari perkataannya barusan dan lalu menutup mulutnya langsung segera kabur dari teman-teman itu. Tapi di tahan sama Alana.

"Nggak percaya gue." Ucap Fauzan.

"Udah ke tebak sih." Ujar Raffa.

"Bener ternyata." Sambung 'Alya sambil sedikit mengangguk.

"Jadi kalian..." Ujar Alana.

"Ya kami menyadarinya sejak awal."

"Tapi jangan bilang-bilang ke orangnya dan yang lain ya. Syuutt." Ujar Naya pelan dengan nada malunya.

"Tenang kok, in syaa Allāh aman." Jawab 'Alya.

"Dia memiliki aura yang berbeda, pantas saja jika dia menjadi primadona." Ucap Naya dengan senyuman sumringah.

"Benar apa kata kamu, Bang Rizky itu sesuatu banget." Jawab 'Alya sambil ketawa kecil.

"Kita pergi yuk, kita akan kalah saing gini mah." Ujar Fauzan ke Raffa.

"Maaf Zan, kalau gua sih udah ada." Jawab Raffa dengan nada ngeledek Fauzan.

Semuanya pun tertawa melihat itu.

Setibanya Vellyza di kamar, teman-temannya merasa heran. Bahkan Putri Kirana dan yang barengnya itu juga heran dengan apa yang sedang dipikirkan oleh Vellyza itu.

"Kamu kenapa sih?" Tanya Asma.

"Nggk apa-apa kok." Jawabnya sambil tersenyum karena sudah di kamar dia melepas cadarnya itu.

"Yaudah yuk, kita persiapan buat setoran hafalan nanti sore." Ajak Vellyza ke teman-temannya.

Dia tidak mau teman-temannya itu berpikir yang tidak-tidak atau aneh-aneh tentang dirinya. Teman-temannya itu pun segera mengambil Al-Qur'an dan barang-barang yang lainnya. Karena sekalian untuk sholat Dzuhur berjama'ah di Masjid. Karena menjelang Ashar mereka jadwal setoran. Jadi Vellyza ingin selesai lebih awal sebelum Ashar tiba. Sehingga dia memiliki waktu untuk istirahat dan melakukan aktifitas lainnya.

"Bismillahirrahmanirrahim." Ucapnya sambil menghafal Al-Qur'an ayat demi ayat, huruf demi huruf dengan tajwidnya.

Dengan setiap Makhroj huruf dan sifat hurufnya yang selama ini di pelajarinya. Vellyza dan lainnya pun menghayati bacaan yang mereka baca. Ada yang membaca untuk menghafal itu dengan nada yang cukup terdengar, ada dengan suara yang sedang dan ada yang pelan.

Bahkan diantara banyak santri, ada sebagian yang tertidur karena memang rasa kantuk yang menyerangnya, padahal sebelumnya mereka sudah tidur siang. Berbeda dengan yang tadi di panggil. Meski beberapa seperti Wirda dan lainnya, termasuk Vellyza itu sendiri.

Suara merdu lantunan ayat-ayat cinta Al-Qur'an bergemuruh di sepanjang Masjid, di pelataran Masjid sampai ke lapangan yang dekat area Masjid. Baik santri Ikhwan maupun Akhwat, mereka bersungguh-sungguh dalam menghafal. Karena di awal mereka masuk ke pondok, mereka diberikan sebuah target. Meski demikian, hafalan Al-Qur'an yang mereka lakukan harus dari hati. Karena, pihak pondok tidak ingin mereka hanya mempunyai hafalan kosong tanpa memahami, mengerti isi kandungan Al-Qur'an itu dan pihak pondok pesantren pun tidak ingin para santrinya, hafal hari ini besok sudah lupa, atau hapal di jam ini satu jam atau satu menit kemudian lupa. Itu yang sedang dihindari.

Pihak Pondok Pesantren 'Ulul Azmi pun sejak berdiri memang menggiatkan salah satunya itu, para santri yang menghafal Al-Qur'an itu bukan sekedar hafal hari ini, hanya sekedar hafal hafalan kosong tanpa memahami, mengerti dan mengamalkan kandungan Al-Qur'an.

================================
~~~~Putri Vellyza//Queen of Heart~~~~ ❣️❣️

Author : @rifer_story 🖋️🖊️
Genre : Spritual - Romance (Romansa Religi), Fiksi Remaja, Sci-fi, Adventure.
Disclaimer this love Copyright ©01112022

Putri Vellyza || Queen of Heart ||Where stories live. Discover now