"Sini, biar saya yang bantu dorong." Rafka langsung menawarkan bantuannya.

Dina tidak bisa menolaknya karena biar bagaimana pun selain Bi Nara yang bisa membantunya mendorong kursi roda ini, hanya ada Rafka pria muda yang tenaganya tentulah sangat besar ketimbang tenaga ibu angkatnya; Bi Nara.

"Maaf," ucap Dina merasa tidak enak hati karena sudah membuat Rafka repot sepagi ini.

Padahal pria tampan itu sendiri sedang sibuk dengan pekerjaannya, saat Dina tidak sengaja melihatnya tadi.

"Tidak apa-apa. Lagian mana tega saya melihat ada seorang perempuan yang butuh pertolongan di depan saya, tapi saya seperti tidak melihatnya," balas Rafka yang merasa tidak keberatan sama sekali.

Dina tidak menyadari jika saat ini Rafka sedang tersenyum berkatnya dan sang putri.

Saat kedua manusia yang tak sengaja dipertemukan takdir itu sudah berada di dalam ruangannya Dina. Pintu ruangan yang terbuka memperlihatkan kedatangan Bi Nara yang baru pulang dari luar untuk membeli sesuatu.

"Bibi?"

"Mama!"

Rafka dan Dina kompak berseru, entah kenapa keduanya kaget saat melihat Bi Nara. Padahal tidak ada hal aneh yang dilakukan keduanya.

Bi Nara yang mendengarnya langsung membalas teguran dari keponakan dan putri angkatnya itu.

"Hmm, iya."

Ketika sudah berdiri tepat di sebelah meja dekat ranjang Dina. Bi Nara pun segera mengeluarkan sesuatu dari kantung plastik yang dia bawa dari luar, lalu meletakkannya di atas meja.

"Ini mama membelikan kerupuk kesukaan kamu, Nak," kata Bi Nara tersenyum tulus pada putrinya.

"Eh, iya. Mama letakan saja dulu di sana. Dina ingin kembali menidurkan bayi Dina dahulu," balas Dina yang sedikit kesulitan saat mencapai bagian atas box sang putri.

"Sini, biar saya bantu saja. Nanti kaki kamu tambah sakit lagi." Rafka segera mengambil bayi Dina dari gendongannya. Memeluknya hangat, lalu memindahkan dengan penuh hati-hati ke dalam box. Agar bayi itu tidak terganggu dari tidurnya. Dina sudah bersusah payah membuat bayinya tertidur, Rafka tentu tidak ingin membuat bayi itu terbangun.

Ibu dan anak itu mendadak terharu dengan sikap manis yang Rafka tunjukkan.

"Maaf, mas Rafka. Aku merepotkan lagi," ucap Dina merasa sangat bersalah karena sudah membuat Rafka ikut terlibat dalam merawatnya selama di rumah sakit.

"Tidak apa-apa," balas Rafka tersenyum tulus ke Dina.

Sementara itu, Bi Nara sangat menikmati momen manis Rafka dan Dina. Ada sesuatu di kepalanya yang membuat Bi Nara merasa Rafka dan Dina seolah cocok.

Bi Nara yang sudah begitu mengenal baik sifat keponakannya sejak kecil. Cukup tahu bahwa keponakannya itu terbilang kaku dan dingin pada wanita, membuatnya terharu sekaligus tersentuh akan perubahan yang Rafka tunjukan kepada Dina.

"Ma!" panggil Dina lembut kepada Bi Nara. "Mama!" Dina masih berusaha memanggil ibunya itu selembut mungkin. Tapi, sepertinya itu percuma saja.

Bi Nara masih tidak merespon apapun dan tenggelam dalam kepalanya sendiri.

Dina yang agak kesal menurunkan kaki kirinya ke lantai perlahan. Sebelum dia menurunkan kaki kanannya yang terbalut gips untuk mencapai ranjangnya agar bisa sedikit meluruskan kakinya yang sudah terasa nyeri, meskipun dia tidak menggunakan kakinya untuk berjalan sama sekali sejak tadi.

"Kamu mau apa?" tanya Rafka kaget melihat Dina menurunkan kaki kirinya ke lantai.

"Aku mau naik ke atas tempat tidur," jawab Dina. "Aku bisa sendiri kok!" Dina manyun dan tidak mau menatap Bi Nara yang sepertinya masih belum melihat aksi beraninya ingin turun dari kursi roda.

"Eh, jangan gila, Dina!" sahut Rafka dan menundukkan badannya pada Dina, lalu menggendong wanita yang baru ditemuinya itu menuju ranjang yang hanya dua langkah dari tempat Rafka berdiri.

"Eh, Mas Rafka. Apa yang kamu lakukan!" seru Dina cukup kaget dengan sikap tiba-tiba Rafka itu.

"Eh, Mas. Hati-hati," ucap Bi Nara yang tersadar dengan teriakan Dina dan sudah menyadari situasi yang terjadi.

"Dasar, mama ini" protes Dina ketika Rafka berhasil memindahkannya dengan lembut ke atas ranjang.

"Loh, kok malah marah sama mama, sayang," ujar Bi Nara yang masih tidak mengetahui kesalahannya barusan yang sudah tidak menggubris panggilan Dina tadi, sebelum adegan Rafka menggendongnya ke atas ranjang tempatnya istirahat selama di rumah sakit Trisma.

Bersambung ...

I Love You' versi Indonesia Donde viven las historias. Descúbrelo ahora