Part 10 (Masalah)

3.3K 257 4
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


.
.

Peat mengurung diri dikamarnya malam ini, ia tak berani keluar kamar karena ayahnya masih begitu marah sedangkan ibunya masih menangis penuh kekecewaan. Ia juga sedih, ia juga takut, ia juga tak tau harus melakukan apa lagi. Semua keadaan ini bukanlah maunya dan sama sekali tak sengaja ia lakukan. Ia juga tak tau kenapa nasipnya tiba-tiba berubah. Ia tak mau aborsi, hati kecilnya menolak tapi ia juga takut terikat dalam sebuah pernikahan. Masalahnya sang Ayah menuntut Fort dan Keluarganya bila tak bersedia bertanggung jawab.

Peat memejamkan matanya, bebaring ditempat tidur walau ia yakin tak akan bisa tidur dengan masalah ini. Pada hal baru saja dokter mengatakan agar tak stres lagi, tapi bagaimana ia tak stres bila keadaan menjadi seburuk ini?

Dilain tempat, Fort sudah sampai didepan rumahnya, namun ia begitu tak selera turun dari mobilnya mengingat ayah Peat hanya memberinya sehari untuk mendatangkan orang tuanya kerumah mereka, untuk mempertanggung jawabkan apa yang sudah terjadi.

'ayah akan membunuhku kali ini' batin Fort, ia jadi pusing sendiri, tapi bisa-bisanya tadi ia menyetujui dan menantang ayah Peat. Fort mengacak rambutnya frustasi, ini masalah besar baginya, namun ia tak punya pilihan lain lagi. Ia menghela nafas dan keluar dari mobilnya, ia memasuki rumah mewah milik keluarganya itu dan disambut salah satu asisten rumah tangga

"tuan Fort, anda sudah dtunggu makan malam, ayah dan ibu tuan kebetulan pulang hari ii" senyumnya karena ia merasa tuan mudanya tak akan kesepian makan malam ini, tapi ia malah bingung ketika wajah Fort nampak masam

"yah kebetulan yang sangat mendukung" gumam Fort lesuh berjalan menuju ruang makan, dimana disana sudah ada ayah, ibu dan adiknya 

"kemana saja kau? kau kuliah sampai malam?" tanya sang ayah melihat anak sulungnya itu masih mengunakan kemeja putih dan almamater ditangannya

"aku punya banyak hal dilakukan hari ini" jawab Fort menarik kursi dan duduk disebelah adiknya

"ada apa dengan wajahmu? siapa yang berani memukulmu phi?" tanya sang adik kaget

"kau berkelahi hari ini?" tanya sang ibu khawatir melihat putranya malah banyak memar, Fort diam sejenak, ia tak punya banyak waktu untuk menunda pengakuan dosanya

"aku dipukul oleh seorang ayah tapi ini karena salahku" jawab Fort membuat seluruh anggota keluarga menatapnya penasaran

"apa yang sudah kau lakukan lagi kali ini?" tanya sang ayah tajam, Fort menarik nafas, ia sudah pasarah bila harus dibunuh oleh ayah atau ibunya sendiri, lagian ia sudah tak bisa lari dari keadaan

"aku..aku menghamili anaknya" jawab Fort dan suasana langsung hening, ayah, ibu dan adiknya menatapnya shock sedangkan para asisten rumah tangga mereka juga ikut berehenti dari pekerjaan melayaninya sejenak karena saking kagetnya sang tuan muda malah menghamili anak orang dan dengan entengnya mengatakan hal itu disuasana makan malam 

"apa? apa phi? kau menghamili anak orang?!" teriak sang adik kaget

"tak perlu berteriak! sekalian saja kau umumkan ke semua tetangga kita" balas Fort kesal

"siapa? kau menghamili pacarmu itu? si Piee?" tanya sang ayah tajam

"piee? ya ampun Fort! kau menghamili pacarmu yang selalu berpakaian kurang kain itu? kau sudah gila?! ibu sampai mati tak akan merestuimu! aku tak sudi satu keluarga dengannya" murka sang ibu bahkan tanpa sadar melemparkan serbet kearah anak sulungnya, ia nampak frustasi 

"apa itu benar Fort?! jawab ayah!" bentak ayahnya, Fort berusaha tenang, sedangkan adiknya dan para asisten lain sudah terdiam takut ketika tuan besar marah seperti ini bahkan tangan ayah Fort sudah mengepal menunggu jawaban sang anak

"bukan Piee, tapi dia  teman satu kampusku, sebenarnya hanya kecelakaan dan kami bukan pasangan, aku juga tidak tau kalau bisa sampai hamil begini" frustasi Fort

"jadi bukan Piee?" tanya ibunya memastikan

"bukan" jawab Fort malah membuat ibunya bernafas legah pada hal masalah belum selesai

"wah hebat sekali kakakku ini, pacarnya siapa yang dia hamili siapa, langsung dapat dua" ejek sang adik saat melihat ibunya mulai tenang

"ku sate mulutmu nanti" geram Fort karena adiknya selalu saja tak mengerti keadaan

"yah apa aku akan punya cucu? aku jadi penasaran dengannya, apa dia cantik? sampai kau yang tergila-gila dengan si Piee itu bisa menaklukanmu?" tanya sang ibu

"bu aku tak sengaja melakukannya" keluh Fort

"jadi ayahnya menuntutmu bertanggung jawab sehingga kau mengatakannya dimakan malam kita ini?" tanya sang ayah kini tangannya sudah tak mengepal lagi menandakan ia berhasil meredam emosinya, lagian membunuh anaknya tak akan merubah keadaan

"ya, dia memberikanku waktu sehari untuk mengatakannya pada kalian semua" jujur Fort

"jadi kau akan bertanggung jawab?" tanya sang ayah membuat dahi Fort mengerut bingung menatap ayahnya

"ayah tak marah?" tanya balik Fort

"aku membunuhmupun tak akan merubah keadaan, lagian kau bukan anak sekolahan lagi, bukankah kau sudah kuliah semester akhir? kau akan lulus sebentar lagi, kau sudah dewasa dan ini adalah pilihanmu sendiri, walau masih terhitung terlalu dini tapi kau harus mempertangung jawabkan apa yang sudah kau lakukan" jelas sang ayah

"tapi, bagaimana bisa aku menikahinya hanya untuk bertanggung jawab? kami tak saling mencintai, kami bahkan musuh. Saat itu benar-benar tak disengaja" ragu Fort

"jadi kau ingin menyiksa dan membuat anak orang menanggungnya sendiri? hamil itu bukan perkara yang mudah untuk dilalui sendirian. Memiliki anak itu juga bukan hal yang mudah, soal cinta kau akan mencintainya ketika kalian melalui banyak hal bersama. Cinta hanya persoalan waktu dan anak kalian yang akan menghubungkannya" nasehat sang ibu

"huh...ayah ibu tentu saja tak marah. Karena bukan anaknya yang hamil, coba tukar nasip. Kakak sudah pasti dibunuh. Dimana-mana pihak yang hamillah yang paling banyak menanggung masalah, sudah jadi korban, menanggung malu, belum lagi menanggung tatapan hina orang-orang padanya, dan ibu mendukung karena yang kakak hamili bukan phi piee" sindir adiknya

"bicara sok dewasa lagi aku benar-benar mancincangmu didapur" ancam Fort kesal

"sudah! semua sudah jadi begini, memangnya ada pilihan lain lagi? semakin lama masalah ini, maka masalah ini akan merusak repotasi bisnis ayah juga. Sebelum masalah ini tersebar, maka besok kita akan menyelasaikannya" tegas sang ayah

"karena kau membuat masalah maka kau harus menyelasaikannya dan bertanggung jawab! aku tak peduli alasan apapun lagi" lanjut sang ayah menatap Fort yang kini lagi-lagi hanya mampu menghela nafas berat.

.

.

.

Tbc

Berikan vote ⭐

Hate Or Love? (FortPeat) Where stories live. Discover now