26

24.1K 3.1K 184
                                    

Sekepergian Arkana Sera menghela nafasnya. "Vin, lo kenapa sih? Lo sadar ngga sih ngomong ke Arkana boleh pergi tapi tubuh Alkana ngga boleh dibawa itu sama aja kaya nyuruh jiwa dia mati ninggalin tubuh Alkana. Terus kalo iya udah gitu, lo mau ngapain sama mayat? mesra-mesraan sama mayat?"

"Jiwa Alkana bisa balik lagi kan kalo jiwa dia pergi?"

Sera menatap Marvin jengah. "Ngga bisa bego! Lo CEO tapi ko goblok banget sih. Alkana udah meninggal, tubuhnya pun seharusnya udah di kremasi kalo aja jiwanya Arkana ngga masuk ke tubuh Alkana. Terus seandainya Alkana bisa balik lo mau apa?"

"Gue mau mulai dari awal sama dia.."

"Vin! gue tau lo taunya dia Alkana tapi nyatanya itu Arkana, lo mulai nyaman sama Arkana bukan Alkana. Gini deh, lo sama Alkana udah nikah berapa bulan? 4 bulan itu lumayan lama vin tapi ngga ada perubahan, lo sama Alkana adu mulut terus. Giliran jiwanya di isi sama Arkana walaupun kalian berdua adu mulut terus tapi lo lama kelamaan nyaman kan, padahal sama Arkana baru satu bulan setengah." Marvin diam, pikiran nya berkecamuk.

Sera mengatur nafasnya yang memburu karena menahan emosi agar tidak mencekik Marvin.

Hening, tak ada satu pun yang membuka suara. Tapi kemudian mereka semua di kejutkan dengan suara gelas pecah.

"Ups! Sengaja!" Mereka semua menoleh ke sumber suara.

Terlihat lah Alkana yang sedang menatap mereka tajam.

"Ngapain lo kesini lagi? pake pecah-pecahin gelas lagi." Ucap Gio sinis.

"Gue Alkana bukan Arkana." Gio merolingkan kedua matanya malas.

"Drama apa yang lagi lo mainin bangsat?!"

"Gue pusing jadi yang bener yang mana sih!"

"Al mending lo kalo ngeprank yang beneran dikit dong, gue pusing ini serius!" Rey mengacak rambutnya kasar, ia masih bingung dengan situasi seperti ini.

Bagaimana tidak bingung? tadi mengaku Arkana bukan Alkana tapi sekarang ngaku Alkana bukan Arkana. Udah gitu bawa-bawa kematian lagi.

"Nah iya, cuma ngeprank doang kan?" Timpal Adi.

Sera yang mendengar itu menggelengkan kepalanya tidak habis pikir.

"Kalo iya cuma prank, ngga lucu sih bawa-bawa kematian." Lanjut Rey.

Mail, Vano, Leon ketiganya hanya diam, bingung harus bereaksi bagaimana.

Tapi Mail yang tidak sengaja melihat kearah kaki Alkana. Kaki itu tidak napak, Alkana melayang.

Mail menepuk-nepuk pundak Vano yang di sampingnya.

"Apasih?" Tanya Vano kesal karena Mail terus menepuk pundak nya.

"Va..van lo li..liat deh kaki al..alkana ngga napak.." Vano yang mendengar itu melihat kearah kaki Alkana juga.

"ANJING!" Umpatnya keras membuat semuanya menatap Vano dengan tatapan bingung.

Alkana yang tahu ia pun tertawa keras dan melayang memutari semua orang yang ada di bawahnya.

Sera terdiam, ia merasa kan bulu kuduknya merinding. Bahkan Mail, Vano dan Leon sudah pingsan tidak sadar kan diri.

Marvin, Gio, Rey dan Adi kaget melihat nya. Hari ini mereka benar-benar di buat senam jantung.

"Jadi? kalian udah percaya belum kalo gue udah bener-bener meninggal?"

"Gue lagi ngga ngeprank kalian ko, emang bener apa yang di omongin sama Arkana maupun Sera tentang jiwa Arkana yang masuk ke dalam tubuh gue."

Alkana turun dan berdiri di hadapan Marvin. Menghela nafas lelah.

Transmigrasi Arkana Where stories live. Discover now