07

52.2K 5K 102
                                    

"Lo yakin ngga punya perasaan apapun ke istri lo vin?" Oknum yang di tanya langsung mengalihkan pandangannya ke atas.

"Ngga, gue ngga punya perasaan apapun sama dia." Jawabnya, sedangkan seseorang yang melemparkan pertanyaan tadi hanya bisa menghembuskan nafasnya pelan.

"Sedikiiit aja rasa suka ngga ada?" Marvin menatap temannya.

"Ngga ada, udah lah ngapain sih lo nanya-nanya itu?"

Saat temannya akan menjawab pertanyaan Marvin, pintu ruangan Marvin terbuka. Terlihat lah dua teman gesrek nya.

"Ketuk dulu bisa kan?!" Tanya nya kesal.

Sedangkan dua orang itu tidak menggubris ucapan Marvin. Keduanya duduk di sofa, lalu memasang wajah serius nya.

Marvin tau, pasti kedua temannya itu akan menanyakan hal yang sama seperti salah satu temannya tadi.

"Stop! gue ngga mau bahas soal itu lagi." Potong Marvin saat melihat salah satu temannya yang duduk di sofa akan melayangkan pertanyaan.

"Oke kalo lo gamau bahas soal itu tapi gimana soal dia, vin?" Marvin terdiam, ia tau dia itu siapa.

"Lo tau apa yang bakal dia lakuin kalo lo ngga bertindak lebih dulu." Lanjutnya.

"Vano bener vin, jangan terus menganggap nya sepele." Ucap mail mendukung apa yang di katakan vano, temannya. 

"Gue tau, nanti gue pikir-pikir lagi."

"Kebanyakan mikir lo!"

"Udahlah singa, biarin aja." Ucap mail.

Ia mendengus mendengar nya, teman-teman gesrek nya ini malah memanggil dirinya singa padahal kan namanya leon.

Melihat wajah masam leon, vano dan mail tertawa. Sedangkan marvin ia hanya menyimak saja, kedua temannya itu suka sekali membuat Leon kesal. Ya terkadang dirinya juga turut andil.

"Ck! Tau ah, gini nih kalo temenan sama duda-duda ngeselin." Ucap leon kesal.

"Heh singa enak aja lo ngomong gue duda, gue masih segel masih belum di sentuh orang." Vano tidak terima, enak saja ia di bilang duda. Yang duda kan mail dan Marvin eh, ups. Ia lupa Marvin sudah tidak duda lagi.

"Gue gak percaya tuh, kan rambut lo pirang ya-"

Belum menyelesaikan ucapannya, terlebih dulu di potong vano. "Ya kalo pirang kenapa anjir? urusannya apa?"

Leon berdecak lalu mengambil ponselnya di saku jaz dan membuka sebuah aplikasi.

Ketiga orang itu saling pandang, dan sama-sama mengangkat bahunya tidak tahu.

"Nah ini nih!" Ucapan Leon yang sembari menyodorkan hp nya membuat ketiga nya langsung melihat ke ponsel Leon.

Di dalam ponsel tersebut terdapat video dengan kata-kata jika ada yang rambutnya pirang baik cewek maupun cowok pasti dia janda/duda.

Marvin dan mail tertawa melihat wajah kesal vano. Vano berdiri, mendekati Leon dan menjitak kepalanya. Lalu, ia kembali duduk di sofa.

"Gaboleh gitu anjir, nanti kalo orang nya sakit hati gimana? mending ini mah gue, anti baper-baper club. Coba kalo orang lain yang lo gituin, abis lo. Lagian yang ngomong gitu terus di bikin video gila kali ya, apa salahnya rambut pirang. Masa rambut pirang aja di bilang pasti dia duda atau janda, aneh." Ketiganya terdiam mendengar ucapan vano, ada benarnya juga.

"Tuh yang rill duda aja rambut mereka item." Ucap vano sembari menunjuk Marvin dan mail.

Marvin sedikit terkejut, menaikan sebelah alisnya bingung. Kenapa ia juga tertunjuk?

Transmigrasi Arkana Where stories live. Discover now