08

46.6K 4.9K 89
                                    

"FELIX ANAK GUEE!!" Teriakkan tersebut membuat arkana dan yang lainnya melihat kesumber suara.

Betapa terkejutnya Arkana saat melihat seseorang dari ke empat pria di sebrang sana.

"DADDY!" Bukan, bukan suara Felix yang menjawab teriakan sang ayah nya. Tetapi Niel dan Nia lah yang memanggil ayah nya yang ada di antara salah satu dari mereka.

"Kenapa harus ketemu sih, males liat mukanya." Batin Arkana kesal.

Sekarang, jarak mereka tidak jauh. Membuat Arkana dan Rey bingung ingin berbicara apa.

"Gue kira lo ilang di culik tuyul lix." Ucap mail kepada anaknya, tetapi bukan nya marah Felix hanya diam saja menatap malas ayahnya itu.

"Kenapa baru balik sekarang sih? bulan depan juga gapapa." Lagi, mail berucap kepada sang anak.

Respon Felix hanya diam, sungguh ia malas merespon ucapan ayah nya itu. Felix ingin membuang mail ke sungai boleh tidak?

"Bapak gila anjir.." gumam Rey yang masih terdengar oleh Arkana.

Hening sejenak membuat Vano dan Leon bersitatap. Leon mengangguk, berjalan mendekat ke Rey dan Arkana.

"Eeerr terimakasih sudah mau mengantarkan anak dari teman kami." Ucapnya memulai.

Rey hanya mengangguk, Arkana tersenyum tipis. "Ya sama-sama, oh iya karena Felix sudah bertemu kalian dan ayahnya kita berdua pamit pergi duluan."

Leon mengangguk, Arkana beralih menatap kedua anaknya. "Niel dan Nia ingin bersama Daddy atau pulang bersama mommy?"

Kedua anak berbeda gender itu saling memandang dengan wajah yang terlihat bingung.

"Kenapa tidak pulang bersama saja? Mommy, Daddy, Abang dan Nia." Arkana terdiam, ia tidak mau satu mobil bersama Marvin.

"Aahh itu tidak bisa sayang, Daddy kalian mungkin masih ada pekerjaan di kantor nya dan mommy harus cepat pulang." Dalam hati Arkana merutuki alasan yang tidak masuk akal itu, kenapa asal ceplos saja sih?!

Nia memandang wajah Marvin seperti meminta jawaban benar atau tidak. "Tidak sayang, pekerjaan Daddy sudah selesai."

Arkana menatap Marvin sengit, sungguh tidak bisa kah ia di ajak kerjasama.

"Yey! Jadi bisa pulang bersama kan?" Tanya keduanya. Marvin mengangguk dan Arkana yang menggeleng.

"Aa itu mommy harus mengantar uncle Rey pulang dulu." Rey mendengus, di kira dirinya anak kecil apa sampe harus di antar pulang segala.

Leon, Vano dan Mail sudah jengah melihatnya, ketiga nya saling bertatap dan Mail mengangguk mengerti.

"Teman mu biar aku saja yang mengantar pulang, sebagai tanda terimakasih." Rey dan Arkana saling pandang.

"Gausah-gausah gue bisa pulang sendiri. Gue bukan anak kecil." Tolak nya. Arkana mendekatkan wajah nya ke telinga Rey.

"Lo terima aja ajakan gue." Bisik nya.

Namun saat Rey akan menjawabnya, mail sudah terlebih dulu memegang lengan Rey dan membawanya menuju mobil yang berada di kantor Marvin.

Di ikuti Felix yang berjalan santai di belakang kedua orang itu.

"Eehhh lepasin woi!" Teriak Rey.

"Kita juga pulang duluan bro!" Ucap Vano sembari menepuk pundak Marvin.

Vano dan Leon sudah pergi meninggalkan keluarga kecil yang tidak harmonis itu.

Arkana pasrah deh, lengan nya di tarik oleh Niel. Sedangkan Nia, ia di gendongan sang ayah.

Mereka ber empat berjalan menuju kantor Marvin juga.

•••

Keadaan di dalam mobil sangat hening karena baik Arkana maupun Marvin tidak ada yang berbicara duluan.

Sekadar basa-basi saja sama-sama enggan untuk melakukan. Sedangkan Niel dan Nia sudah tertidur pulas di kursi belakang.

Arkana menatap keluar jendela mobil. Marvin ia hanya fokus menyetir.

Mata Arkana berbinar melihat sesuatu di pinggir jalanan. Dengan reflek ia berteriak.

"MARVIN STOP!" Marvin terkejut dengan reflek juga ia menginjak rem mendadak.

Membuat kening Arkana sedikit terhantuk ke depan. Anak-anak pun terbangun, untung keduanya memakai pengaman jadi tidak jatuh.

"Ck! Kauu-" baru saja Marvin ingin memarahi Arkana karena teriak mendadak, itu membuat semua orang bisa dalam bahaya kalau Marvin rem mendadak.

Untungnya di belakang tidak ada mobil atau kendaraan yang lainnya.
Tapi sekarang sepertinya sudah banyak pengendara mobil yang membunyikan klakson agar mobil Marvin maju atau menepi.

Maka dari itu Marvin mengurungkan niatnya yang ingin memarahi Arkana, ia menepikan terlebih dulu mobilnya.

Setelah menepikan mobilnya Marvin menatap tajam Arkana. "Kau hampir saja membuat kita dalam bahaya!" Bentaknya, Arkana diam. Ia tidak berani membantah karena Marvin benar itu bisa membuat mereka dan pengendara yang lain dalam bahaya.

"Maaf.. aku reflek berteriak karena melihat orang jual buah strawberry di pinggir jalan, aku mau itu.." lirihnya sembari memainkan jari-jari tangan nya.

Marvin mendengus kesal. "Silahkan." Ucapnya lalu membuang pandangan kearah lain.

Arkana yang sempat tertunduk, menegakan kepalanya dan keluar dari dalam mobil dengan raut wajah senang.

Padahal beberapa menit yang lalu, raut wajahnya masam.

"Mommy mau kemana dad?" Tanya Niel saat Arkana sudah turun dari mobil.

"Entahlah." Jawabnya acuh, Niel sedikit kesal mendengar jawaban dari sang ayah.

Beberapa menit kemudian Arkana masuk ke dalam mobil kembali sembari membawa beberapa kantung kresek yang berisi buah.

Arkana mengambil buah strawberry itu dan memakannya.

"Kotor!" Desis Marvin yang meliriknya karena sekarang ia sedang berkemudi lagi untuk melanjutkan perjalanan pulang.

Arkana mendelik tak suka ke arah Marvin dengan mulut penuh berisi buah.

"Aku sudah mencuci nya di sana!" Ucapnya kesal setelah menelan buah yang berada di dalam mulutnya.

"Ya ya ya terserah."

Arkana tidak mempedulikannya lagi dan menengok ke kursi belakang.
Niel sedang menatapnya, Nia? Anak itu sepertinya kembali tertidur.

"Niel mau buah strawberry? ini manis tau!" Ucapnya memberi tahu.

Niel mengangguk antusias, Arkana akan memberikan buah itu kepada Niel namun suara Marvin membuat nya tidak jadi.

"Tidak boleh, anak ku nanti bisa sakit perut memakan buah pinggir jalan."

"Eh jaga dong omongan lo!" Kesal Arkana.

"Mommy mauu.." rengek Niel.

Arkana akan menjawab tapi Marvin sudah lebih dulu memotong ucapan nya.

"Kita akan ke supermarket membeli buah untuk mu."

Arkana mendelik kesal. Marvin sialan.
























Tbc

Jangan lupa votmen yaa, bye-bye

Transmigrasi Arkana Where stories live. Discover now