Bahkan, bertepatan saat mereka keluar.

"DANU! OJAK! BEN! AKSA DI SINI!"

Ketiganya menoleh, bahkan sampai membulatkan mata. Melihat temannya berdiri di samping orang yang sangat mereka kenal.

"ANJING, SA! LO KOK BISA DI SINI?!"

Ben langsung membuka pagar, Danu juga langsung menarik Aksa menjauhi Xavier. Membuat ekspresi Xavier muram.

"Aksa kabur ..."

"Si anying! Gue tinggal sehari aja dah kabur lo." Aksa hanya menyengir mendengar sahabatnya itu.

"Kalian mau ke mana?" Xavier bertanya saat seseorang dari mereka mengeluarkan motor.

"Ke rumah sakit, jenguk Nada sekalian ketemu Natalie ada hal penting yang mau kita tanyain ke dia," ujar Ozarn sambil memutar-mutar kunci motornya.

"Untuk apa kalian bertemu Natalie?"

Kini tatapan ketiganya terarah pada Xavier. Apalagi Danuar.

"Anda tidak tahu? Mattheo hilang, kita mau minta tolong ke Natalie buat lacak," ucap Danuar yang sedikit kebingungan karena boss Mattheo sendiri bahkan tidak tahu di mana lokasi asistennya.

Xavier tertegun sejenak, ia tidak tahu jika Mattheo menghilang. Yang ia tahu, Mattheo memang dilarang datang ke mansion.

"Tuh kan! Aksa bilang juga apa?! Ada yang terjadi sama Pak Theo, kan!"

"Baiklah, kami ikut. Pinjam salah satu motor kalian."

Ben dan Danuar saling beradu pandang. Mereka tidak yakin dengan Xavier yang ingin mengendarai motor. Mereka sangat tahu sang pemilik Adhiyaksa ini hidup di kalangan miliarder, mereka bahkan tidak pernah mengendarai kendaraan apapun sendiri dan hanya diantar oleh supir pribadi.

"Anda yakin? Apa perlu kami panggilkan taksi saja?" tawar Danuar tanpa bermaksud merendahkan Xavier.

"Percayalah, aku memiliki perusahaan otomotif, mengendarai motor ini mudah bagiku. Sini kuncinya!"

Danuar menyodorkan kunci motornya ke Xavier, tapi kalah cepat dengan Ben yang langsung meletakkan kunvi miliknya di telapak tangan besar milik Xavier, bahkan tangannya terlihat cacil jika disandingkan dengan tangan Xavier.

"Saya sama Ozarn aja. Pak Xavier sama Aksa dan lo sendiri ya, Dan. Pacar lo kan belom ketemu," ucap Ben yang dibalas anggukan dari yang lain. Terutama, Danuar yang menatap malas ke arah Ben. Sial! Ia jadi merasa seperti obat nyamuk.

3 motor itu melaju dengan cepat tanpa kenal takut. Apalagi Xavier, melihat bagaimana kondisinya pria itu membawa motor, rasa khawatir mereka langsung menghilang. Bahkan, tidak terasa mereka sudah sampai di pelataran rumah sakit. Padahal, beberapa waktu yang lalu mereka masih di rumah Ben. Rumah sakit memang cukup dekat, hanya membutuhkan setengah jam perjalanan tetapi mereka sampai di sana hanya dalam waktu 15 menit saja.

Mereka berlima dengan cepat melangkahkan kaki mereka memasuki rumah sakit megah itu dan terus berjalan walau semua mata tertuju kepada mereka. Siapa yang tidak mengenal mereka? Mereka andalah 5 orang dari pemilik perusahaan ternama yang terkenal se-negeri itu. Adhiyaksa, Ranendra, Anjasena, Irisendra dan Yudhistira.

"Lantai berapa?" tanya Xavier saat mereka memasuki lift.

"Lantai 3," ucap Ozarn santai dan membiarkan yang lebih tua yang menekan tombol angka yang terdapat di dinding lift itu karena tangannya sedang sibuk menelepon seseorang yang sedari tadi saat di parkiran meneleponnya.

Baru saja pintu lift itu mau tertutup, Ozarn menahan tombol 'buka' di lift itu dan keluar.

"Sorry, kayaknya gue gak bisa ikutan bareng kalian, gue ada urusan keluarga nih. Titip salam sama Natalie, ya!" ucap Ozarn.

✔[SEGERA TERBIT ] SWEET PILLS Where stories live. Discover now