Pisau itu di tekan kuat, membuat Changbin berteriak melengking. Darah terus bercucuran, membanjiri lantai dengan warna merah pekat. Tidak sampai di situ, dia mencabut pisau dan menancapkannya berulang kali di tempat yang sama dengan brutal.
srett!
Merasa belum puas, dia merobek kulit Changbin sampai ke pinggang sehingga memperlihatkan dagingnya.
"Player 03, Changbin, dead."
Jisung dan Chan kini berpisah, menyisakan Jisung sendirian yang masih mencari tempat persembunyian.
Dia tiba di lantai paling atas sekolahnya, untung saja Jisung tak bertemu siapapun, dia juga tak mendengar siulan.
Namun ketenangannya terganggu ketika Jisung mendengar suara sepatu yang bergesekan dengan lantai.
"Anjir, jangan ke sini dong!"
Dengan cepat Jisung memasuki salah satu kelas, tak lupa dia menutup kembali pintunya agar terlihat jika tidak ada orang di dalam.
Tak berselang lama, Jisung bisa mendengar suara siulan yang begitu menyeramkan di telinganya.
Dia langsung bersembunyi di dalam lemari yang pas dengan tubuhnya, walaupun Jisung yakin itu akan sia-sia karena keberadaan lemari itu terlalu mencolok.
Keringat dingin membasahi sekujur tubuh Jisung, dia mencoba untuk tidak mengeluarkan suara bahkan mencoba untuk menahan napasnya ketika pintu tempat persembunyiannya di banting kuat.
"Where're you..."
"I will look for you."
Bola mata Jisung terus bergerak liar, dia berdoa dalam hatinya agar tidak ketahuan.
Siulan itu berhenti bersamaan dengan decitan outsole pada lantai. Jisung yakin jika orang itu masih ada di sana.
Tepat di depan lemari, tempat Jisung sedang bersembunyi. Orang itu sedang berdiri di sana dan hanya memandang pintu lemari.
"Knock, knock. Apakah ada orang di dalam?"
Jisung mengatup bibirnya kuat. Dia rasanya ingin menangis kencang seperti balita yang tidak di beri susu. Dan juga kepalanya mendadak pusing.
Ketakutan Jisung tidak berhenti sampai di situ. Orang yang berada di balik pintu lemari, mengetukan sesuatu pada permukaan pintu—Jisung tidak tau persis benda apa itu.
"Aku bisa mendengar suara napasmu dan jeritan dalam hati agar tidak ketahuan."
"Benar begitu bukan, Jisung?"
Jisung mendadak lemas, dia tak tau harus melakukan apa, dia benar-benar ketakutan sekarang seakan jiwanya di cabut dengan paksa.
Sebuah pisau daging baru saja menembus pintu lemari dan hampir mengenai mata kirinya.
Jisung menutup matanya kuat-kuat, pada akhirnya dia menyerah.
BRAK!!
Jantung Jisung seketika berhenti untuk sepersekian detik, dia berpikir jika suara yang cukup keras itu berasal dari pintu lemari yang di buka secara paksa.
Namun ternyata, tebakannya salah. Jisung tak merasakan apapun, dia membuka matanya, ternyata pintu lemari masih tertutup rapat.
Juga pisau daging itu tidak ada di sana, hanya menyisakan lubang seukuran pisau tersebut.
Hening, Jisung tak mendengar apapun lagi.
Jisung mengintip keluar, melihat apakah orang itu masih ada di luar atau sudah pergi. Dan ternyata dia sudah pergi.
Jisung akhirnya bisa bernafas lega, dia langsung keluar dari lemari dan menghirup udara segar.
"Gila, gue hampir mati."
"Kira-kira tadi suara apaan ya? Terus sekarang dia pergi ke mana?"
"Gatau deh, bodo amat."
Baru saja bernafas lega, tak bertahan lama napasnya kembali tercekat dan diam mematung.
"Player 05, Jisung, dead."
BINABASA MO ANG
hide and seek
Mystery / Thriller۫ . ⟡ [ 𝘀tray kids ] . ‹ ᝬ ❝lo percaya cuma karna ucapannya?❞
𖠗 10 ꞋꞌꞋ
Magsimula sa umpisa
