6

798 29 2
                                    

Saat bangun pagi Larine langsung membersihkan diri. Sena belum bangun jadi ia bergegas mandi untuk kembali ke Colmar.

Baru saja ia keluar dengan bathrobe ketukan di pintu terdengar. Dengan perlahan Larine membuka pintu dan hanya menyembulkan kepalanya.

"Selamat pagi Larine. Ini pakaian ganti untukmu dan Sena. Aku akan bersiap".

Frank menyodorkan paperbag dengan logo merek ternama. Larine masih terdiam di tempatnya.

"Ini agak berlebihan Frank...".

"Ayolah, jangan mempersulit dirimu. Kau butuh ini. Kita harus sarapan dan pergi ke kantor asuransi".

Dengan canggung Larine menerima paperbag  dari tangan Frank. Ini bukanlah saat yang tepat untuk berdebat karena sejujurnya ia butuh pakaian ganti juga.

Lima menit kemudian Sena bangun, Larine membantunya bersiap. Ia sangat cantik dengan dress yang diberikan Frank. Dalam hati ia memuji selera pria itu.

Padahal Frank hanya menelepon sebuah butik dan memesan sesuai gambaran Sena dan Larine. Uang bisa menyelesaikan apapun. Itulah Frank Jansen.

Ketika bertemu di lobi untuk sarapan sekali lagi mata semua orang harus mengakui bahwa itu adalah keluarga kecil yang bahagia. Frank terus menatap Larine yang terlihat segar dan cantik walau menggunakan riasan tipis. Berbeda dengan Elena yang selalu menggunakan riasan  sempurna walau hanya di rumah.

"Aku sudah meminta temanku untuk menjadi pengacaramu. Aku harap semuanya segera selesai. Aku akan mengantarmu ke sana lalu aku akan kembali ke Kopenhagen ".

Larine meletakkan gelas di tangannya, ia menatap Frank.

"Aku kira kau akan tinggal sampai semua selesai Frank".

"Tidak. Ada pekerjaan mendesak dan aku berjanji akan mengunjungi kalian nanti".

Larine mengangguk mengerti dan melanjutkan sarapannya. Setelah sarapan Frank mengemudi dan membawa Larine ke kantor asuransi. Di sana pengacara kenalan Frank sudah menunggu. Frank menjelaskan kebutuhan Larine lalu memberikan dokumen kesepakatan bersama dengan pengacara tersebut.

Frank melihat arlojinya kemudian berdiri.

"Aku akan bicara dengan Larine sebentar!".

Larine bingung tapi ia ikut berdiri lalu berjalan di belakang Frank. Mereka kembali ke arah pintu masuk tadi, menuju parkiran.

Frank memperbaiki syal di leher Larine dan merapikan anak rambut di dahi Larine. Kemudian ia mengeluarkan sebuah kartu bank dari dompetnya.

"Pakai ini untuk kebutuhanmu dan Sena. Aku akan mengirim PIN kartu ini. Tetap yakin bahwa segalanya akan baik-baik saja. Jika kau masih ragu untuk pulang ke Colmar, menginaplah di hotel untuk beberapa hari sampai perasaanmu membaik. Telepon aku kapan saja, aku pasti siap untukmu".

Tanpa aba-aba Larine langsung memeluknya. Ia tidak bisa melukiskan keberadaan Frank di hidupnya saat ini. Apa yang ia dapatkan lebih dari pada yang ia harapkan. Entah bagaimana mengucapkan terima kasih pada pria ini.

"Aku...Aku akan mengingat semuanya dengan baik. Aku akan membalas kebaikanmu suatu hari nanti. Aku tahu aku tidak bisa menolak ini jadi aku akan menerimanya. Kau tahu, aku dan Sena menyayangi dirimu. Terima kasih sudah menjadi malaikat untuk diriku".

Perkataan Larine yang terakhir membuat Frank terharu. Malaikat?
Frank tersenyum dan mengurai pelukan Larine. Ia menangkup pipi Larine dan menatap tepat di bola matanya.

"Aku menyayangi dirimu dan juga Sena".

Frank mengecup bibir Larine sekilas lalu melepaskan tangannya. Larine sangat terkejut tapi ia tidak bisa berkata apapun. Ia takut akan merusak hubungan yang ada. Ia membuang pikiran negatifnya.

SECOND HOME (TAMAT)Where stories live. Discover now