2. Teror Bertebaran

21 3 0
                                    

Author "Oke, jadi lo pertama liat nyokap keluar bawa nampan, tapi pas lo mau ikutin, ternyata nyokap lo baru balik dari dapur?"

Ana "Iya kak, disitu aku kayak gak percaya gitu kan, maksudnya masih belum ngeh sama kejadian barusan."

Author "Oke, lanjut lagi."

Dari kejadian semalam itu, aku tidak bercerita apapun mengenai aku yang melihat ibuku ada didua tempat, aku mendoktrin diriku sendiri, kalau aku hanya salah lihat. Ya, itu. Tapi ternyata, dimalam itu adalah permulaan sesuatu itu mulai menganggu kami.

Pagi berikutnya, rumah mulai terasa tidak nyaman, aku mendadak tidak berani masuk ke dapur sendiri.

Akan ku jelaskan bagaimana rumahku ini.

Jadi, rumah ku pada saat itu adalah rumah panggung dengan lantai dari papan dan dinding dari anyaman bambu, serta atap rumah dari kawung (daun dari pohon air nira) rumahku tergolong sudah bagus, karena didesaku itu, beberapa rumah masih menggunakan lantai dari bambu, jadi posisi rumahku adalah yang paling ujung didesa itu, benar-benar paling pojok, dibelakang rumah adalah sawah kemudian pemakaman.

Denah rumahku itu, ruang tamu atau tempat biasa nonton tv dan kamarku satu garis, kemudian kamar ibuku dan dapur satu baris, rumahku berbentuk segiempat, sementara kamar mandi ada dibelakang rumah, terpisah dari rumah, tapi atapnya masih menempel ke rumahku, jadi tidak jauh, tapi tetap harus keluar rumah.

Nah, dihari kesepuluh, aku baru saja pulang dari sekolah, rumah dalam keadaan sepi, aku yakin ibuku pergi ke sawah bersama adikku, ayahku, dia kemarin baru berangkat kembali kepertambangan, aku membuka pintu dan entah bagaimana bisa, bulu kuduk aku merinding, padahal sebelumnya aku tidak merasa takut, namun setelah membuka pintu aku jadi takut.

Aku masuk, menyisir seluruh ruang tengah, aku beranjak kekamar, berganti baju dengan kecepatan kilat, entah kenapa rasa takut semakin menjadi, seolah ada yang tengah menatapku, setelah selesai berganti baju, biasanya aku langsung kedapur untuk makan siang, namun hari itu tidak, aku duduk diruang tengah dengan menonton tv, ruang tengah kan sebaris dengan kamarku, tapi sejajar dengan dapur, jadi saat aku duduk menonton tv, pada saat itu tv berada dimeja agak tinggi, dan mau tak mau, aku berhadapan dengan dapur yang siang itu begitu gelap.

Aku tidak tau, apakah ini hanya ketakutan tak beralasan ku saja, atau memang itu nyata, dikegelapan dapur itu aku seperti melihat bentukan hitam, aku harap aku hanya salah lihat, aku membesarkan volume tv yang saat itu menyiarkan kartun siang, tapi tetap saja, mataku kembali melihat kearah dapur yang gelap itu. Biar ku jelaskan, saat pertama aku melihatnya bentukan hitam itu berada di dapur bukan, namun saat kedua kalinya mata ini melihat, bentukan itu ada dipintu dapur, serius, aku melihat bentukan manusia hitam karena gelapnya dapur, bentukan itu terlihat sungguh, aku ketakutan namun tidak berteriak, aku keluar dari rumah secepatnya, bahkan aku tidak mematikan televisi yang masih menyala dan bervolume besar itu, aku duduk di teras tetanggaku sambil melihat sesekali kearah rumah yang pintunya tidak aku tutup.

Saat aku menceritakan ini, bulu kuduk ini kembali merinding, mengingat kembali momen menakutkan itu, seolah kejadian itu baru kemarin terjadi.

Cukup lama, mungkin ada sekitar setengah jam tiba-tiba nenek ku menghampiri.

"Ngapain diluar Na, itu juga tv kalo gak ditonton dimatiin, suaranya kenceng banget soalnya."

Saat melihat nenek, napas yang aku tahan-tahan akhirnya terbebas juga, rasa takutku mulai sirna, seolah penyelamatku datang, padahal beberapa detik lalu aku dirundung ketakutan yang sangat hebat.

"Ada apa?" Karena mungkin aku tidak merespon ucapan nenekku, dia bertanya, "ini juga kamu keringetan, udah tau cuaca lagi panas terik, malah diluar terus, bukannya didalem rumah." Aku masih tidak menjawab, tidak tau juga harus berkata apa. "Udah makan belum?" Aku menggeleng. "Ya makan atuh, apa gak ada nasi? Udah masuk sana, makan kamunya, punya pr gak? Abis makan kerjain pr kalo ada."

"Gak berani masuk rumah." Suaraku parah sekali, seperti orang sakit tenggorokan, serak kering gitu.

"Loh kenapa?"

Aku kembali menggeleng dan beberapa kali melirik rumahku, nenek tidak berkata apa-apa lagi, dia masuk kedalam rumahku, mengecilkan volume tvku, aku sebenarnya masih takut, namun karena sudah ada nenek, aku beranikan diri masuk kerumah. Ternyata nenek ada didapur, yang aku lihat sekarang, dapur tidak gelap sama sekali, cahaya disiang itu menerangi area dapur, sangat berbeda saat tadi aku sendirian. Nenek kembali dengan membawa sepiring nasi dan lauknya.

"Ini makan, sejak kapan Ana gak berani dirumah sendiri! Abisin ya, nenek mau angkat jemuran." Aku yang duduk didepan tv langsung bangkit dengan nasi dipiringku.

"Mau makan dirumah nenek aja." Aku langsung mematikan tv kemudian keluar rumah lebih dulu, nenek tidak menolak, dia kemudian menutup pintu. Dirumah nenek, dari siang sampai sore, sampai ibuku pulang dari sawah aku baru kembali pulang, itupun karena dijemput ibuku, aku tidak mengatakan apa yang aku lihat, aku memendamnya sendiri.

Sejak siang itu, aku benar-benar tidak berani dirumah sendirian, tidurpun aku ingin bersama ibuku, awalnya dia merasa aneh, tapi aku tetap ngotot, aku merasa dihantui saja, kemudian malam hari berikutnya, dimalam Jum'at. Ini adalah malam Jumat pertama setelah 7 harian Abu, ibuku membuat gorengan untuk saudara-saudara yang akan yasinan dirumah malam ini, hanya menantu bungsu Abu yang membantu, sisanya bahkan tidak ada yang datang untuk yasinan dirumahku, kami masak banyak dan tidak ada gangguan. Sampai akhirnya yasinan yang dipimpin ustad dimulai, baru saja kami membaca ayat kursi, tiba-tiba terdengar seperti langkah kaki diatas rumah. Sudah kubilang bukan, atap rumahku masih dari daun pohon nira, suaranya sangat jelas, seperti kaki yang menginjak atap. Semua orang diam, karena sangat jelas sekali.

"Astagfirullah aladzim.."

Semuanya beristigfar, lalu dinding rumah tiba-tiba bergetar, seperti ada gempa, semua orang panik saat itu, beberapa juga lari keluar dari rumahku, pak ustad berdiri, dia membaca beberapa doa dan potongan surah, guncangan itu berhenti dengan sendirinya, bahkan tetangga yang tadi lari keluar tidak kembali sampai pengajian selesai.

Kebetulan sekarang malam Jum'at kan!

Bersambung..

STORY TELLING HORORWhere stories live. Discover now