"Do you feel it?"
Bisikan itu terdengar tepat disamping telinga Ann. Ia membuang muka, kepalanya semakin berdenyut sakit. Ia hampir jatuh merosot tak sanggup menahan berat badan. Tapi tiba-tiba kaki Alva menekan selangkangannya.
"Fuck, lepas—"
Belum sempat Ann mengumpat, mulutnya sudah dibungkam dengan ciuman dalam, ia merasa jijik dengan lidah panas yang memaksa masuk. Ia berusaha memberontak tetapi tubuhnya terasa semakin lemah.
Hawa panas mulai menyelimuti, buliran keringat mengucur deras, napas Ann mulai memburu tak beraturan, rasa sesak membuat dadanya sakit. Ann menarik napas dengan susah payah. Ia menatap iris mata pria itu yang kini bersinar merah terang.
Di sekelilingnya, Ann hanya melihat kabut hitam. Kabut itu seakan mulai merenggut kesadarannya. Tapi sebelum itu terjadi, cengkeraman di tangannya lepas dan pria itu langsung berbalik menjauh. Suasana yang awalnya gelap mencekam kini kembali normal. Ann jatuh lemas, ia segera meraup oksigen sebanyak-banyaknya hingga terbatuk.
"Pergilah, temui aku di tempat biasanya."
Ann menatap sinis punggung pria itu. Setelah menenangkan diri, ia langsung memutar kenop pintu dan keluar terburu-buru. Dengan cepat, ia masuk ke lift dan menekan tombolnya. Ia berusaha berpikir jernih dan terus bertanya-tanya. Apakah ini kasta seorang Enigma yang disebutkan Nao?
Beberapa saat kemudian, Ann berhasil keluar dari gedung itu. Kini ia berjalan di trotoar sepi, ia diam cukup lama di sana sampai sebuah suara meneriakkan namanya.
"Ann!"
Sosok bernama Naolah yang terlihat sedang berlari ke arahnya. Wajah khawatir tergambar jelas saat Nao mendekat. Rekannya itu langsung mencengkeram lengannya.
"Ann, kamu baik-baik saja? Apa yang terjadi? Apa dia melukaimu? Ann, katakan!"
Semburan pertanyaan membuat Ann sakit kepala. Ia langsung mengangkat jari telunjuk di depan mulut mengisyaratkan Nao untuk diam. "Ke apartemen."
Sampai di apartemen, Nao sudah ribut sendiri dengan pertanyaan-pertanyaannya. Ann tahu Nao hanya khawatir, tetapi keributan itulah membuat telinganya terasa akan pecah.
"Aku tidak apa-apa, sementara aku ingin menunda misi ini, sepertinya dia sudah menyadari niatku, ini akan jadi sedikit lebih sulit."
"Tidak, batalkan saja misi ini, apapun alasannya, aku sendiri yang akan mengajukan ini pada bos, keparat macam apa yang mengirimmu pada orang berbahaya seperti itu!" sergah Nao kesal.
Ann diam sejenak. Ia menyadari target kali ini di luar kemampuannya, sepertinya ia akan mengikuti keputusan Nao, perasaan sesak dan menyiksa saat itu masih membuatnya bergidik ngeri.
"Baiklah, besok aku akan bicara pada bos."
Malam itu berlalu tanpa adanya hal aneh ataupun serangan balasan. Hingga pagi tiba, Ann bersiap untuk menghadap sang bos. Di ruang yang sama, ia mengajukan pembatalan misi.
"Hm, begitu ya. Baiklah tidak apa-apa. Aku akan tetap memberikan bayaranmu. Jika sudah tidak ada yang dibicarakan, silakan keluar," ucap bosnya tanpa ekspresi yang berarti. Tentu Ann terkejut melihat reaksi sang bos yang tiba-tiba tak perduli dengan misi itu, padahal sebelumnya bosnya meminta untuk membunuh target itu dengan alasan apa pun.
"Apa yang kamu rencanakan?" desis Ann menatap sinis pada bosnya, yang ditatap hanya tersenyum tak perduli. Tak ingin ambil pusing, ia langsung pergi begitu saja dan berniat menghabiskan harinya di kafe. Belum lama Ann duduk setelah memesan kopi, sebuah notifikasi bank muncul di layar handphone-nya. Sejumlah uang masuk sesuai dengan angka yang dijanjikan. Ia semakin merasa curiga dengan tingkah bosnya kali ini. Bos yang sangat perhitungan kenapa tiba-tiba jadi pemurah seperti ini? Terlebih saat ia mengajukan pembatalan misi itu.
YOU ARE READING
I'm not Enigma [TERBIT-edisi revisi]
RomanceAnn, seorang pembunuh bayaran yang beralih profesi menjadi barista, tetapi diam diam ia bekerja lagi dengan seorang Enigma berbahaya bernama Alva Edison, kerjasama yang dibangun secara sepihak ini membuatnya harus memutar otak untuk menolak setiap m...
1. A Mission
Start from the beginning
![I'm not Enigma [TERBIT-edisi revisi]](https://img.wattpad.com/cover/269864739-64-k685366.jpg)