Dito diam. Ia menahan semua bentuk ejekan yang anak-anak lain berikan untuk nya. Sampai satu waktu emosi yang dari lama ia pendam meledak saat satu dari sekian banyak anak yang mencemooh nya mengatakan hal yang lebih buruk dari sekedar, kasian nggak punya Mama.

Karena anak yang berumur 8 tahun tersebut mengucapkan kata yang sampai sekarang menjadi trigger yang membangkitkan anger issues milik Dito.

Kamu pembunuh. Mama kamu pergi karena ngelahirin kamu. Kamu pembunuh, Dito.

Kata-kata yang membuat Dito melukai dirinya sendiri.

Kali ini, untuk yang kedua kali nya, Sekala datang pada saat-saat menyakit kan tersebut. Tapi yang membuat nya marah adalah kenapa harus Gara. Kenapa harus anak donatur terbesar di sekolah yang membangkitkan amarah anak nya sendiri.

"Bapak Sekala, apa Bapak bisa datang ke sekolah? Saat ini Dito dan Gara anak dari donatur sekolah di panggil di ruang kesiswaan. Kasus perkelahian."

Informasi yang menjengkelkan. Pertama, Sekala tidak tau kenapa staff tata usaha tersebut membawa kekuasaan orang tua Gara. Mungkin mereka pikir dirinya akan tunduk ketika mendengar kata donatur sekolah.

Kedua, ia marah karena kenapa malah kasus pertengkaran? Sekala tau, Dito tidak akan marah kalau tidak di pancing. Dan hanya satu umpan yang bisa membuat Dito marah.

Danila. Yang mana sudah jelas, Dito kembali di bully.

"Mana wali murid Ardito? Kamu ini juara satu Olimpiade kan? Mana orang tua mu, kenapa malah mendidik anak dengan emosi yang buruk!"

Dito kembali mengepalkan jemari nya saat donatur sekolah tersebut hanya menyudutkan dirinya. Padahal, semua orang waras juga tau siapa yang gila disini.

"Kamu mau saya cabut gelar juara kamu?!"

Jangan. Jangan olimpiade. Jangan.

"Bukan nya membanggakan sekolah, malah membuat kekacauan! Mana orang tua mu cepat pang—"

"Saya. Saya orang tua Ardito."

Pintu yang di buka tiba-tiba tersebut membuat keadaan di dalam hening sejenak. Membuat Gara dan orang-orang disana termasuk donatur sekolah sadar darimana aura intimidasi yang Dito miliki.

Sekala Lazuardi.

"Saya sudah ada disini. Jadi apa bisa berhenti menyudutkan anak saya?"

Sekala segera duduk di samping Dito, melirik anak nya sekilas agak meringis melihat sudut bibir nya yang berdarah. Namun menyeringai tipis saat ia sadar kalau wajah Gara lebih buruk dari pada Dito.

Pinter. Itu baru anak Papa.

"Bagus. Anda ini kan orang yang berpendidikan, kenapa tidak mengajarkan anak Anda bersikap dengan baik?"

Sekala masih diam dengan tatapan dingin yang ia tujukan pada donatur sekolah yang sibuk memberi pembelaan pada anak nya yang bodoh.

"Sudah bagus bisa sekolah disini, malah jadi berandalan! Tidak berguna! Saya bisa tuntut anak Anda atas apa yang dia lakukan kepada anak saya!"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 04 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Hi, Bye Papa! Where stories live. Discover now