"Lo emang selalu gini ya?"

Gara tidak menjawab pertanyaan Dito, laki-laki itu hanya diam dengan kedua alis yang berkerut.

"Lo emang selalu manfaatin kekuasaan orang tua lo buat nindas orang lain? Lo nggak punya kekuatan sendiri sampe harus bawa-bawa orang tua?"

Rahang nya mengetat tinju di balik kantong celana nya menguat. Dito tetap sama, kurang ajar.

"Sekarang gue tanya, siapa di sini yang lemah? Lo atau gue?"

BUGH!

Pukulan pertama Gara pada rahang nya sukses membuat semua orang memekik tertahan kecuali Raga yang sudah mencak-mencak. Sial, ternyata masih sama sakit nya.

"Anak sok pinter dan sok keren kayak lo ini nggak pantes membandingkan kelemahan sama gue. Lo nggak ada apa-apa nya sama gue, Dito."

Meludah kasar karena rasa amis dari sudut bibir nya yang robek membuat Dito terkekeh pelan. Ah hari masih panjang tetapi muka nya sudah berdarah-darah karena manusia tolol semacam Gara.

"Kenapa engga? Justru harus nya gue yang ngomong gitu, karena lo bukan musuh yang selevel buat gue."

Karena luka yang lo kasih nggak sebanding sama luka yang diri gue sendiri kasih.

"Lo nggak akan pernah bisa jadiin gue bawahan lo, tolol."

DUGH!

Dito bukan sengaja mengalah tapi dia kurang cepat, gerakan Gara selalu lebih gesit satu langkah di depan nya. Yang kali ini tidak lagi bisa menahan amarah dari Raga.

"WAH ANJING LO! BERANTEM SAMA GUE BANGSAT!"

Yang membuat sahabat nya itu harus melawan kacung-kacung Gara seorang diri, karena untuk sekali lagi Gara berhasil menemukan kelemahan nya.

"Lo nggak usah sok kuat, Dito. Semua orang disini tau kalau lo itu cuma anak Mama yang lemah! Oh sorry lo bahkan nggak punya Mama, karena kehadiran lo di dunia ini."

"Lo pembunuh biar gue ingetin sekali lagi."

Bugh! Bugh! Bugh!

Tiga kali. Tiga kali pukulan yang ia hujamkan pada wajah Gara tidak berhasil menghilangkan amarah dan kebencian nya.

Tiga kali yang membuat wajah Gara habis babak belur itu tidak berhasil membuat dirinya puas, karena untuk sekali lagi kebencian menelan dirinya habis-habis.

Tiga kali pukulan yang ia berikan kepada Gara berhasil membuat Papa di panggil sekolah. Tiga kali yang membuat dirinya kembali merasa kecil pada semesta.

•••

De javu. Dulu sekali waktu Dito masih duduk di sekolah dasar, Sekala pernah merasa kalut saat ia di panggil ke sekolah. Untuk kasus pem-bully-an yang Dito alami.

Dito sering kali di ejek tidak punya Mama. Anak malang yang tidak bisa merasakan kasih sayang Mama. Awal nya Dito tidak mau ambil pusing, karena Papa selalu bilang kalau Dito bukan anak yang buruk hanya karena tidak punya Mama.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 04 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Hi, Bye Papa! Where stories live. Discover now