06. Satu Harapan

143 92 79
                                    

Hallo, guys! Selamat datang kembali.

Jangan lupa berikan dukungan dengan vote, komen, dan share cerita ini ke temen-temen kamu, ya. Ajak mereka buat baca cerita ini juga! 🙃🦋

Tandai kalo ada typo, ya. Terima kasih.

Happy reading. ^^

***

Chapter 06: Satu Harapan

Tuhan, mengapa rasanya sangat sakit sekali? - Alena Amerta

ALENA menangis keras dalam kamarnya. Selepas pulang sekolah tadi, Sarah, ibunda Alena langsung menampar pipi sebelah kanan. Memang sudah biasa jika setelah pulang sekolah pasti akan ada masalah. Alena sendiri tidak paham apa yang dipikirkan oleh ibunya.

Mengapa bisa berbuat hal seperti itu. Jujur, setiap malam Alena selalu menangis. Menangiskan keluarganya yang sudah sangat hancur berantakan.

Dulu sewaktu umur 15 tahun keluarga Alena sangatlah harmonis. Seperti keluarga pada umumnya. Namun, semesta telah mengubah tanpa persetujuan Alena. Sebelum tepat 16 tahun keluarga itu sudah terpecah belah. Padahal tinggal beberapa bulan yang akan datang, Alena ulang tahun. Kala itu, Alena berharap bahwa ia akan menjadi anak yang paling beruntung karena mendapatkan orang tua yang sangat menyayangi anaknya.

Alena berdiri duduk tepi ranjang melihat foto keluarga saat umur 14 tahun tersebut. Foto itu tampak bahagia sekali-terlihat dari senyuman yang diperlihatkan. Sebuliran beningan air menetes. Dia lemah jika harus melihat foto ini tapi juga ia sangat rindu pada keluarganya.

Keluarga utuh. Memang, masih utuh, tetapi tidak dengan perlakuan.

Pah, Bun. Alena kangen. Kenapa kalian memilih buat situasi kacau seperti ini?

Kenapa kalian lebih memilih berpisah dengan cara menyakitkan seperti ini? Alena yang terluka atas perpisahan itu. Alena nggak tau kenapa dan alasan apa perpisahan itu ada.

Apa mungkin ini sudah tidak bisa diperbaiki dengan baik-baik, Pah, Bun? Jujur, bahkan sampai detik dan sampai kapan pun, Alena nggak akan rela kalian berpisah. Apa kalian tahu? Alena yang jadi korban dari ke-egoisan kalian, Pah, Bun.

Alena ... rindu pelukan ini, senyuman ini, tawaan ini, dekapan hangat ini.

Alena mengakhiri dengan senyuman tipis. Mata sipit itu sudah tambah sipit dengan adanya tangisan barusan. Hatinya benar-benar sangat terluka. Ia ingin menyalahkan keadaan. Tapi, dia tahu bahwa hal itu tidak akan mempengaruhi kenyataan bahwa; orang tuanya telah berpisah. Sungguh hati ini terasa menyiksa. Alena berjalan keluar, hendak mengambil minum.

Akan tetapi, di ruang tamu ia bisa melihat ibunya sedang bermesraan dengan pria lain. Alena tahu siapa lelaki itu. Geri, kekasih ibunya. Ada rasa sesak yang mendalam ketika melihat Sarah bermesraan dengan lelaki pria berjanggut hitam pekat itu.

Secepat itukah ibunya melupakan?

"Eh, Alena. Sini, Nak," ajak lelaki itu dengan senyuman tulus miliknya. Ia ingin mengajak Alena bergabung mengobrol atau bercerita tentang keseharian gadis itu. Seperti anak dan ayah pada umumnya. Tapi, Alena selalu menolak bahkan membentaknya karena dianggap sebagai perusak rumah tangga ibunya, Sarah.

Alena dengan pakaian santai serta rambut dikuncir itu langsung berhenti saat mendengar ucapan pria paruh baya tersebut. Hatinya menyesak. Ia tidak tahu jelas rasa sesak apa ini. Yang jelas seperti tertusuk belati berkali-kali. Melihat tangan Sarah melingkar di pinggang pria itu.

Sorry I Hurt You (Rewrite)Where stories live. Discover now