[DAY 37] APART

En başından başla
                                    

Danuar mengangguk mengerti. Ia membantu Aksa berjalan ke kamarnya.

Aksa merebahkan badannya di kasur miliknya dan menutup matanya, ia mencoba menikmati kenyamanan yang diberikan rumahnya walau pikiran Aksa sedang mengkhawatirkan seseorang.

"Danu .... telpon Ojak sama Ben dong, gue kangen sama mereka."

"Lo gak kangen sama gue, Sa?"

"Lo kan di sini, jadi gue gak perlu kangen sama lo," canda Aksa mencoba untuk lebih dekat dengan sahabat yang sudah ia anggap seperti kakaknya sendiri.

Danuar tersenyum mendengar candaan Aksa, suasana di antara mereka masih sedikit canggung tapi setidaknya ada kemajuan.

"Gue telpon mereka dulu."

~~~~~~~

"AKSAAAA~" Ozarn berlari sambil merentangkan tangannya selayaknya pesawat terbang, bahkan sampai menyeruduk dahi Aksa dengan kepalanya yang membuat pemuda yang paling kecil itu mengaduh kesakitan.

"Lo kenapa sih, Jak. Bukannya meluk gue, malah nyeruduk gue kaya banteng," ucap Aksa lalu meninju bahu Ozarn.

"Ini tanda cinta gue buat lo, Sa! Lo gak tersentuh gitu?"

"Tersentuh kepala lo doang, hati gue kagak," balas Aksa tidak mau mengalah.

"Please, lo berdua bisa gak sih berhenti debat buat sehari aja?" Ben muncul tidak lama dari belakang, Ozarn menghentikan perdebatan dengan sahabatnya itu.

Ben tersenyum saat melihat wajah Aksa, ia kira ia tidak bisa melihat wajah manis itu lagi. Ben mengusak kepala Aksa lembut. "Gue kangen lo, Sa. Demi gue kaget pas dapat kabar ternyata lo diculik sama Xavier Bangsat Adhiyaksa itu. Gue pengen banget beli mur sama kemenyan buat santet tuh demit. Kalau dipikir-pikir, gue rada senang dikit sekarang inget perusahaan itu di bom. Kalau bisa sekalian aja seluruh bangunannya runtuh."

Danuar, Aksa dan Ozarn terdiam dan saling beralih pandang.

"Lo beneran Ben, kan?" Danuar meletakkan tangannya di dahi Ben tapi langsung ditepis oleh si pemilik dahi itu.

"Ya gue lah. Siapa lagi?" Ben menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia bingung dengan sikap temannya yang berubah tiba-tiba.

"Soalnya Ben yang gue kenal gak pernah ngomong panjang kali lebar kali tinggi kaya rumus volume kubus," sahut Aksa. "Tapi gue baru tahu Adhiyaksa kena bom."

"Ya, lo kan baru pulang, Aksa."

"Ah ... iya juga. Tapi kaget banget Ben tiba-tiba banyak ngomong gini." Tawa pelan Aksa mengudara.

"Kayaknya gegara pacaran sama si Elios titisan kapibara tuh makanya dia banyak ngomong gini." Mata Ben seketika menatap langsung ke mata Ozarn saat mendengar kata itu keluar.

Ben berjalan melewati mereka bertiga dan mendudukkan dirinya di pinggiran kasur milik Aksa.

Dihirupnya napasnya panjang-panjang dan menghembuskannya hanya dalam sekali hembusan.

"Jadi, apa yang sebenarnya terjadi sama lo, Sa?" Ben mengalihkan pembicaraan dan ia bersyukur kini tatapan Ozarn tidak tertuju pada dirinya lagi.

"Kayaknya gue harus cerita dari awal."

~~~~

Wajah Danuar, Ben dan Ozarn menatap tidak percaya dengan pekataan sahabat mereka itu. Mereka tidak menyangka direktur Adhiyaksa itu menculik Aksa hanya untuk menjadikan Aksa sex doll-nya saja.

Aksa menceritakan segala hal yang dialaminya dan bagaimana perlakuan Xavier terhadapnya kepada para sahabatnya. Tidak ada yang perlu disembunyikan lagi, tidak ada gunanya ia berbohong karena luka-luka di badannya sudah menceritakan segalanya.

✔[SEGERA TERBIT ] SWEET PILLS Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin