THE ONE AND ONLY PART

16 3 3
                                    


Seseorang wanita berhijab cokelat melangkahkan kakinya keluar dari sebuah toko kelontong bak seorang tokoh utama sebuah cerita. Sinar matahari menyambut ketika wanita tersebut keluar dari toko kelontong. Matahari sudah tak enggan menampakkan dirinya. Matahari sudah tak enggan menampakkan sinarnya. Sang surya mengeluarkan sinarnya yang cukup terik dari atas sana.

Sudah 3 hari wanita tersebut merasakan teriknya matahari di pulau ini. Pulau yang masih banyak pepohonan namun tetap saja panas. Pulau yang tak sepopuler Bali namun keindahannya setara dengan Bali. Pulau kecil yang berjarak sekitar 88 km dari Jepara. Pulau yang sebenarnya hanya sebuah desa kecil saja. Pulau Karimunjawa. Disini wanita itu berada sejak 3 hari lalu. Dan wanita tersebut, panggil saja Ika. Wanita yang suka berpetualangan sendirian tanpa teman. Kalau kata gaulnya, me time. Tapi menurut Ika, ini bukan hanya sekedar me time atau menghamburkan uang saja. Tapi di setiap perjalanan yang memiliki makna tersendiri baginya.

"Kak! Tunggu!" Seseorang berlari ke arah Ika.

"Kak! Ini dompet nya ketinggalan dikasir!" Ucap seseorang tersebut sambil menyerahkan dompet yang sangat Ika kenali. Ika menatap dompetnya dengan tatapan seperti bertanya, 'apa benar dompet ini jatuh? Bukan kamu yang mengambilnya?'

"Ah! Dompet ini benar-benar tertinggal. Tadi kamu lupa memasukkan nya kembali setelah membayar. Aku tidak mencuri apapun. Silahkan kamu cek dompet kamu. Jika ada yang hilang, silahkan bawa aku ke kantor polisi!" Jawab seseorang tersebut seakan-akan paham betul isi pikiran Ika. Tanpa basa-basi, Ika langsung mengecek isi dompetnya itu. Dan isi dompetnya benar-benar utuh. Tidak berkurang satupun. Sepertinya orang ini adalah orang baik yang berani bertanggung jawab.

"Maaf aku sudah menuduh kamu Dompet aku masih benar-benar utuh. Tidak berkurang satupun isinya. Terimakasih. Emm kalau boleh tahu, nama kamu siapa?" Ucap Ika.

"Iya sama-sama. Lagi pula itu sudah kewajibanku. Namaku Susi. Nama kamu Ika kan? Maaf tadi aku sempat melihat KTP kamu." Jawab Susi. Susi adalah penduduk lokal disini. Susi tahu sekali setiap jengkal dari desa ini.

"Susi ya? Emm bisakah kamu mengantarku ke Dermaga ini?" Tanya Ika sambil menunjukkan foto pemandangan indah yang diambil dari sebuah dermaga.

"Tentu! Dengan senang hati. Dermaga ini kebetulan cukup jauh dari sini. Mari aku antar menggunakan motorku." Ucap Susi. Ika menaiki motor Susi. Ika merasa sudah sangat nyaman dengan Susi. Seakan-akan mereka sudah bertemu sejak lama. Aura yang dibawa Susi sangat positif. Ika tidak merasakan adanya aura negatif dari Susi. Seolah-olah Susi hidup sangat damai tanpa memiliki musuh satupun. Ika penasaran apa yang membuat aura Susi sangat positif?

Motor Susi berhenti di Dermaga. Angin sore menyambut kedatangan mereka di Dermaga. Suara dari angin laut seolah-olah mengajak untuk lebih mendekat agar bisa melihat pemandangan yang lebih indah. Pemandangan langit yang indah bak lukisan terpampang jelas didepan mata. Sungguh indah sekali pemandangan dari Dermaga ini.

"Susi. Boleh temani aku melihat sunset? Agar aku ada teman untuk berbagi cerita dikala senja." Tawar Ika.

"Tentu! Dengan senang hati." Terima Susi dengan wajah cerianya. Melihat matahari terbenam masih menjadi hal yang menyenangkan bagi Susi. Walaupun sudah bertahun-tahun ia melihat pemandangan yang sama, namun Susi tak pernah bosan melihat matahari terbenam lagi dan lagi.

"Kamu sudah berapa lama tinggal disini Susi?" Tanya Ika untuk memecah keheningan.

"Usiaku sekarang 27 tahun. Berarti aku sudah tinggal disini sekitar 22 tahun. Yah, waktu berjalan dengan cepat." Jawab Susi. Dugaan Ika benar. Susi dan Ika seumuran. Terlihat jelas bahwa Ika dan Susi satu usia sejak pertama kali bertemu.

"Wah! Sudah 22 tahun kamu tinggal disini? Berarti sudah 22 tahun juga kamu melihat pemandangan indah ini? Apakah kau tidak bosan Susi?"

"Bosan? Untuk apa aku bosan melihat indahnya ciptaan Allah. Lagi pula aku sering berpindah-pindah tempat jika melihat pemandangan matahari terbenam. Kadang disini, kadang dari rumah, dari pantai, kadang aku rela harus menyeberang pulau dahulu hanya untuk melihat pemandangan ini."

KENYAMANAN Where stories live. Discover now