ketujuh

697 79 0
                                    

Sesampainya di kamar yang akan Jeonghan tempati sampai hari minggu, ia melompat ke atas kasur kemudian langsung membuka aplikasi telepon. Tidak perlu waktu lama untuk menunggu, sosok di ujung telepon itu langsung mengangkat.

'Yes, Jeonghannie? How is it?'

"Ibu Seungcheol meminta maaf sampai bersujud di depanku, Shua."

Jeonghan ingat betul kejadian yang baru saja terjadi 1 jam lalu. Saat Seungcheol membawa Chan untuk ke dapur, membiarkan dua orang dewasa lainnya duduk manis di ruang tamu, Nyonya Besar Choi langsung berpindah posisi. Ia menekuk kakinya perlahan lalu mulai bersujud di hadapan Jeonghan, membuat Jeonghan langsung bangun dan menarik wanita berwibawa tersebut, namun Nyonya Choi justru menahan badannya sembari mengucapkan permohonan maafnya.

Jisoo hanya bergumam, tanda bahwa ia mendengarkan apa yang diucapkan Jeonghan dan menunggu cerita selanjutnya.

"Rasanya salah Shua. Tidak sepantasnya orangtua dari Seungcheol sampai bersujud di depanku, menangis dan meminta maaf bahwa apapun yang ia lakukan itu salah. Beliau tidak bersalah, dia hanya ingin yang terbaik untuk anaknya."

Ibu Seungcheol yang menangis-nangis dan Jeonghan saat itu hanya terdiam. Mencoba untuk tidak ikut menangis ataupun langsung terenyuh.

'Sayang, kamu pantas mendapatkan permintaan maafnya.'

Jeonghan berbalik badan, tangannya memainkan rambut panjangnya, dan ia menggelengkan kepalanya meskipun Jisoo tentu tidak akan bisa melihatnya, "Tidak tidak tidak. Shua-ya, kamu harus tahu, aku menahan air mataku untuk keluar saat ibu Seungcheol seperti itu. Semua acting yang kita coba pelajari agar aku tampak seperti anak durhaka rasanya gagal 100%." Jeonghan sedikit menahan tawanya dan ia bisa mendengar Joshua juga menahan tawanya karena mereka membahas drama yang suka mereka tonton bersama.

'Jeonghannie, tapi disepanjang cerita ini aku belum mendengar apakah kau memaafkannya?'

Jeonghan berhenti melakukan apapun yang sedang ia lakukan selain berfikir. Ia tidak tahu apa yang benar dan apa yang harus ia jawab atas pertanyaan yang diajukan oleh Jisoo.

"Aku tidak tahu, rasanya beliau tidak atau mungkin belum pantas untuk mendapatkan permintaan maafku, apakah itu salah Shua?"

'Aku tidak tahu Jeonghan..'

Jeonghan dan Jisoo sama-sama tidak ada yang membuka mulut lagi sampai 30 detik ke depan.

Jisoo membuka pembicaraan lagi dengan berkata, 'Sebelumnya orangtua kita belum pernah bercerita karena aku melarangnya, tapi Jeonghan, kau harus tahu sesuatu. Ibu Seungcheol setiap tahun mengajak kita semua untuk bertemu dengannya dalam acara barbeque pada malam tahun baru.'

Satu-satunya yang Jeonghan lakukan selain bangun dari posisinya yang sedang berbaring adalah bertanya dengan bingung, "Apa maksudmu?"

'Setelah beliau meminta maaf kepada eomma dan appa dan kepadaku, beliau tidak pernah absen untuk mengajak kita semua bertemu. Bahkan setelah aku dan Seokmin menikah, beliau tetap mengajak kita untuk bertemu sekedar makan malam.'

"Kenapa kamu baru bilang?"

'Entahlah, aku ingin kau percaya bahwa apapun yang dilakukan oleh Ibu Seungcheol seperti meminta maaf atau bagaimanapun, dia benar-benar merasa bersalah dan ia tulus untuk meminta maaf.'

"Shua, beliau tidak hanya meminta maaf, beliau memintaku untuk menikahi anaknya."

'Kita semua tahu kalau Seungcheol masih sangat mencintaimu, Jeonghan.'

Jeonghan melipat kakinya lalu memeluknya, dia menggelengkan kepalanya dan hanya bisa menjawab, "Aku tidak tahu aku harus menerimanya atau tidak."

Jisoo diujung telepon sepertinya tidak hanya sedang berbicara dengan Jeonghan karena Jeonghan bisa mendengar ada bungkus makanan yang terbuka, dan Jisoo terdengar sedang memakannya, 'Apa yang kau ragukan?' tanya nya dengan santai.

Tolerate ItWhere stories live. Discover now