[DAY 32] WHAT HAPPENED?

Start from the beginning
                                    

Ben tidak berkata apa-apa, ia tidak tahu ingin mengatakan apa. Jadi, ia hanya menatap Elios dan mencoba mencari maksud Elios melakukan hal seperti tadi dari wajah itu.

"Kalo lo luang, habis ini kita kencan, yuk!" Ucapan Elios yang tiba-tiba membuat Ben mengalihkan wajahnya kembali dan mencoba fokus ke film yang tengah terputar itu.

Jantung Elios berdebar sangat cepat, bahkan seakan jantung itu ingin leluar dari wadahnya. Ia salah tingkah mengingat kelakuannya sendiri, tapi ini satu-satunya cara untuk semakin dekat dengan Ben yang selalu menjadi pusat perhatiannya sedari mereka pertama kali kenal.

"Sorry." Akhurnya Elios kembali bersuara setelah tidak mendengar jawaban dari Ben yang kembali menatap layar bioskop itu. Kini, matanya kembali segar dan tidak mengantuk,  bahkan ia menjadi tertarik dengan film yang ditayangkan, walau sesekali matanya melirik ke arah Ben yang fokus menatap layar.

Di satu sisi, Ben tidak menunjukkan ekspresi apapun, bahkan tidak ada yang bisa mengetahui apa yang di pikirkan Ben saat ini. Tapi ada satu yang pasti, Ben sama sekali tidak bisa fokus dengan apa yang ditontonnya, kepalanya penuh dengan segala pertanyaan dan pemikiran random.

Lampu bioskop itu kembali menyala setelah film berakhir begitu pula dengan Ben yang langsung bangkit meninggalkan Elios yang masih terduduk di kursinya.

"Eh! Tungguin gue dong, Ben. Lo mau ke mana buru-buru gitu?" Elios mencoba menggapai tangan Ben, tapi sayangnya gerakan Ben lebih cepat untuk menghindar.

"Pulang." Ucapan Ben sangat singkat, tapi ia langsung berhenti setelahnya. Ia mengingat sesuatu.

"Bukannya lo harus nganter gue dulu? Kalo lo tinggalin gue, gue pulang naik apa, dong?" Elios bukan orang yang bestari, tapi ia tahu apa yang dapat membuat Ben berhenti kabur darinya. Ia tersenyum saat ia punya kesempatan untuk lebih lama dengan Ben.

Elios langsung saja menggenggam tangan Ben saat ada kesempatan dan bergelantungan manja, walau Ben tetap dalam ekspresi datarnya. Ia juga sempat mengistirahatkan kepalanya di pundak orang yang sedikit lebih pendek darinya itu.

"Ben?" Suara itu sungguh familiar di telinga Ben. Ia langsung memutar kepalanya melihat ke arah suara yang menanggilnya. Betul saja, itu Ozarn dengan setelan rapi berwarna hitam dari ujung kepala hingga sepatunya.

"Jak? Ngapain lo di sini? Bukannya lo bilang ada acara keluarga?"

Mata Ozarn bergantian menatap ke tangan Ben yang dipegang Elios dan juga kepala Elios yang bersandar nyaman di pundak Ben.

"Gue yang seharusnya nanya ke lo. Bukannya lo bilang bakal di rumah aja? Lo ngapain di sini bareng temennya Aksa yang ... gue lupa nama dia siapa." Mata Ozarn memincing menatap Elios, bahkan jarinya menunjuk ke arah Elios.

"Gue Elios, masa lo lupa?"

"Gue gak nanya sama lo!" Tatapan Ozarn semakin tajam saat mendengar Elios bersuara.

Ben menghela napasnya panjang. Ia paling benci bertemu masalah seperti ini, bahkan wajah Ozarn yang biasanya tersenyum saat melihatnya kini tidak ada sama sekali.

"Kita tuh-"

"Kita lagi kencan!" Itu Elios. Ia sengaja memotong perkataan Ben hanya untuk melihat ekspresi yang ditunjukkan Ozarn.

Ozarn terdiam sebentar, ia melipatkan tangannya di depan dada dan menatap Ben dan Elios lekat-lekat.

Suasana sedikit canggung bagi siapapun yang melihat mereka, padahal saat ini mereka masih tepat di pintu masuk bioskop dan banyak mata yang memandang mereka dengan tatapan aneh.

"Kok, lo gak bilang kalo lo pacaran sama El sih, Ben?" Ozarn tersenyum lebar lalu menepuk pundak Ben.

"Bu-bukan gitu ..."

✔[SEGERA TERBIT ] SWEET PILLS Where stories live. Discover now