"Ini kenapa jadi bahas ginian! Gak waras."
"Oke balik ke awal, kenapa?" ucap Jisung.
Chan dan Changbin sempat bertukar tatapan. Lalu Chan mengeluarkan gulungan kertas dan menyimpannya di atas meja.
"Coba baca." Titahnya.
Mereka pun membacanya dengan atentif. Sedetik kemudian ekspresi mereka berubah hebat menjadi orang yang ketakutan.
Namun, berbeda dengan respon yang lain, raut wajah Jisung lebih memancarkan kebencian.
"Seungmin juga main? Kok bisa?" gumamnya.
Dan gumamannya di dengar oleh salah satu dari mereka, dia bahkan sampai menekuk alisnya bingung.
"Jisung aneh."
"Kalian gak curiga gitu? Gimana kalo semisalkan pelakunya ada di antara kita? Dia nulis namanya sendiri ke dalam daftar itu, padahal dia pelakunya. Woah!" kata Jeongin tiba-tiba.
Pernyataan yang Jeongin lontarkan mampu membuat mereka terdiam sesaat. Yang di katakan Jeongin ada benarnya.
"Lagi? Curiga sama kita lagi?! Lo kenapa deh dari kemarin? Yang ada gue malah curiga sama lo dan makin curiga setelah lo bilang gitu!" Balas Changbin.
Jeongin tertawa pelan, "kak Changbin kalo gak percaya ya udah si, gak usah di bawa perasaan. Baperan amat!"
Changbin beranjak dari duduknya, dia berjalan menghampiri Jeongin dan menarik kerah seragam pemuda itu.
"Gue yakin lo pelakunya kan?!" seru Changbin.
Sebelum Changbin melayangkan pukulan pada Jeongin—Chan serta Jisung terlebih dahulu memisahkan mereka berdua.
"Bisa diem gak sih anjing?! Ribut mulu!" seru Chan.
Jeongin memiringkan kepalanya, lalu dia menyeringai. "Hati-hati aja."
Setelah mengatakan hal itu, Jeongin langsung pergi dari rumah Chan, meninggalkan mereka yang memandangnya curiga.
"So? Lagian petak umpet itu juga gatau kapan. Terus sekarang, mana Seungmin sama kak Minho? Emangnya mereka bakal ikut main? Bisa aja kan mereka kabur." Ucap Hyunjin.
"Atau bisa aja gak sih ini cuma gimmick? Nge prank gitu, terus taunya ada kamera tersembunyi—waw gue masuk tipi dong!" imbuhnya.
Chan mengusap wajahnya gusar. Tanpa menutup kemungkinan, semua kecurigaan yang teman-temannya lontarkan membuat dirinya juga ikut curiga—namun dia tak menunjukkannya karena perasaannya masih denial.
"Minho ke mana ya? Tadi dia gak masuk." Chan mencoba mencairkan suasana dengan cara mengalihkan topik.
Jisung mendelik, "lo lupa? Kak Minho kan emang suka bolos, dia biasanya masuk setiap hari Selasa aja."
"Sekarang hari Selasa, Jisunggg!" sahut Hyunjin.
Kedua mata Jisung membelalak sempurna, dia pun buru-buru membuka ponselnya untuk melihat apakah benar hari ini adalah hari Selasa atau Hyunjin hanya mengarang saja.
Dan yang Hyunjin katakan benar, hari ini adalah hari Selasa.
"Gak tau deh, bolos lagi kali."
Felix beranjak dari duduknya, membuat atensi mereka beralih pada pemuda itu. Dia sedikit berdeham karena tidak nyaman di tatap oleh teman-temannya.
"Gue izin ke toilet dulu, bye." Hanya itu yang dia katakan, setelahnya dia berlari ke toilet yang terletak di belakang dapur.
Ruangan itu seketika hening. Mereka tenggelam dalam imajinasi masing-masing—namun tidak berlangsung begitu lama, seseorang memecahkan keheningan dengan membawa kembali keributan.
"Bingung, kok Jeongin bisa ngomong kaya gitu ya? Jangan-jangan dia tau sesuatu..." kata Jisung serius.
"Lo percaya cuma karna ucapannya?" tanya Chan, dan Jisung mengangguk mantap sebagai jawabannya.
"Udahlah, kapan-kapan lagi aja omonginnya. Gue cape, pengen pulang!" seru Changbin yang sudah kesal.
ting!
unknown number
: ready for the game?
tomorrow at 🏫 - 7PM
unknown number
: jangan kabur,
atau kalian mati, dan mayat
kalian akan di gantung,
seperti mayat Yuna.
YOU ARE READING
hide and seek
Mystery / Thriller۫ . ⟡ [ 𝘀tray kids ] . ‹ ᝬ ❝lo percaya cuma karna ucapannya?❞
𖠗 07 ꞋꞌꞋ
Start from the beginning
