EPILOG

3 0 0
                                    

EPILOG

Aku pun meninggalkan Lintang Square dan melangkah kepada bab baru kehidupanku.

Bab baru itu dimulai di tempat yang sama. Pada sebuah meja kayu panjang yang berada di dalam sebuah warung sempit, Warung Senja. Satu hal yang berbeda adalah, aku dikelilingi orang-orang yang menginginkan hal terbaik dariku. Ibuku, Kak Dina, Pak Ruyatno, Mas Irul, dan karyawanku di Cakrawala Baru.

Kami semua berdiskusi akan cara kita melangkah ke depan bersama.

Rio dengan riang melayani kita. Membawakan minum dan cemilan.

Aku tidak tahu kenapa, ada rasa hangat yang kurasakan saat melihat Rio mengambil alih Wok dan spatulaku. Selama aku pergi, dia menggunakan kesempatannya untuk belajar memasak. Menanti-nanti akan bukanya Warung Senja kembali.

Aku kemudian kembali ke meja. Pak Ruyatno langsung menyambutku dengan pertanyaan penting, "Jadi, dengan bubarnya ikatan kerja Warga Lot 07 dan ancaman tuntutan sidang dari Sinar Lintang Konstruksi, engkau ingin kita membangun badan hukum?"

"Ya."

"Bagaimana kita bisa menjamin keamanan badan hukum itu?"

"Dengan bantuan saya, Pak Ruyatno," balas Ibuku. "Pak Lintan belum menuntut apa-apa dan kalian adalah saksi dan korban dari malpraktek kerja Pak Lintang. Saya bisa jamin dia tidak akan mengambil tindakan gegabah.

"Selama dia bersiap, kita bisa menambah kredibilitas Warga Lot 07 atau Pekerja Konstruksi dari Bapak dengan mengerjakan proyek baru. Tidak harus proyek besar, tetapi setidaknya menjamin kualitas Bapak dan orang-orang Bapak."

"Tetapi, bagaimana dengan berita pencemaran yang dibuat oleh Pak Lintang? Kami tidak mungkin bisa mendapatkan proyek Bu Arman."

"Untuk itu...," sambung Mas Irul dengan suara canggung. "Mungkin saya bisa membantu. Pak Usman cukup dekat dengan saya dan beliau berencana untuk menggelar konser amal. Saya dapat meminta beliau untuk menggunakan jasa Warga Lot 07 untuk kios-kios di sana.

"Juga..., saya bisa meminta Pak Usman untuk mendedikasikan konser amal ini kepada korban kebakaran Lot 07."

"Terima kasih Nak," balas Pak Ruyatno. "Tetapi, faktanya tetap tidak bisa disangkal. Nama Warga kami telah dirusak dan saya tidak tahu cara memperbaikinya."

Kak Dina pun mengambil alih pembicaraan. "Untuk perihal itu, biarkan saya dan Bu Arman yang menangani. Saya mengenal seorang reporter investigatif. Saya yakin saya dapat meminta bantuannya untuk membuat warta tentang kasus kebakaran Proyek Lot 07.

"Walau artikel itu tidak memastikan ketenangan kita, setidaknya artikel awal yang akan dibuat oleh kenalan saya dapat menggoyahkan Pak Lintang dan kepercayaan terhadap usahanya. Memberi kita ruang untuk menyusun badan hukum sendiri."

"Dan saya yang akan menjamin sisi legalnya. Jika, Sinar Lintang Konstruksi gegabah, saya dapat memicu investigasi. Dan saya tahu banyak pihak yang tidak menginginkan itu," tutup ibuku.

Kemudian, semua orang memandangku. Walau mereka terdiam, wajah-wajahnya jelas menanyakan kepuasanku terhadap kesepakatan ini.

Aku hanya bisa tersenyum hangat.

***

Hari-H konser amal Usman Studios pun tiba. Beragam kios telah berdiri di hadapan panggung raksasa. Masing-masing kios diisi beragam usaha seperti, makanan, merchandise, dan sejenisnya. Dan, beberapa kios diisi oleh mantan pegawai-pegawaiku di Cakrawala Baru.

Aku begitu bangga dengan mereka.

Kondisiku sudah lebih baik dari sebelumnya. Aku sekarang tidak dikekang oleh beragam penyokong, hanya pada kakiku dan leher saja. Aku sekarang dapat berjalan menikmati kehidupan orang-orang yang menghadiri konser amal ini.

Senyuman mereka, keriaan mereka, dan kekeluargaan yang terpancar dari mata mereka saat menikmati musik yang dinyanyikan oleh musisi atau band-band favorit. Aku merasa hangat melihat itu.

Tiba-tiba tanganku dirangkul oleh seseorang. Aku terkejut dan tanpa sengaja memutar leherku. "Ahhh!!!" seruku terhadap sakit yang aku alami.

"Anda tidak apa-apa Artur?" ucap suara yang familiar. Suara yang terdengar manis ditelinga.

Suara Sally.

"Non –"

"Jangan bilang Nona lagi!" tegas dia kepadaku. "Sally saja sudah cukup."

"Baiklah.., S-Sally. Tapi..., mengapa kamu ada di sini? Tidakkah Lerri bakal ngamuk?"

"Saya sudah keluar dari kantornya. Anda tahu sendirikan, keuntunganku terlebih dahulu."

"Ya...,"

"Ngomong-ngomong, sebentar lagi teman anda akan tampil. Maukah anda saya tuntun ke bagian terdepan panggung?"

"Eh..., tidak terima kasih. Kondisi saya masih kurang mendukung untuk berada di keramaian."

"Baiklah..., tetapi..., apakah setidaknya saya bisa mendampingi anda?"

"Boleh."


Sally pun tersenyum.

Kami berdua pun melangkah ke belakang salah satu kios yang berada di pinggir akses penonton. Aku bersandar pada dinding kios itu. Sally datang dengan dua pasang kursi.

Saat Sally mendudukan diri di sebelahku, aku mendengar pengumuman dari panggung. Mas Irul masuk ke panggung.

Dia kemudian mengambil alih mic, "Selamat Sore Warga KARAWANG!!!"

Aku terkejut mendengar itu. Karakter Mas Irul berubah 180° ketika di atas panggung. Dia lebih terbuka dan lebih luwes, mungkin karena inilah elemen dia.

"Hari ini, saya akan membuka dengan mendedikasikan sebuah lagu kepada orang yang saya hormati, yang memberikan saya kesempatan untuk hadir di panggung ini.

"Mohon maaf jika lagunya agak canggung, karena lagu ini terjemahan dari lagu berbahasa Inggris.

"Judul lagunya adalah, 'My Hero' atau 'Pahlawanku'

Musik pun berbunyi. Melodi lagu ini begitu indah ditelingaku. Melodi ini adalah lagu yang sering diputar ayahku saat dia membawaku ke sekolah.

"Mengejutkan 'tuk dibahas...
"Lihat gambarnya dan sebarkan...
"Apapun hasilnya, nyatakanlah...!
"Lihat buktinya sebarkanlah...!

"Dia pahlawanku, li'at dia beraksi!
"Dia pahlawanku, dia sederhana!

"Tumpah darah dari orang baik...
"Saat yang lain bersembunyi...
"Apapun hasilnya, nyatakanlah...!
"Lihat buktinya, sebarkanlah..!

"Dia pahlawanku, li'at dia beraksi!
"Dia pahlawanku, dia sederhana!

"Bangga padamu
"Kau yang terbaik!
"Li'at pahlawanku
"Selalu hadir!

"Dia pahlawanku, li'at dia beraksi!
"Dia pahlawanku, dia sederhana!"

Aku tidak berkata apa-apa. Aku hanya bisa menangis haru mendengar lagu itu. Bahkan, saat mereka memasuki bridge, sejumlah orang-orang yang telah bertemu denganku memasuki panggung dan bernyanyi bersama.

Terima kasih.


Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: May 30, 2023 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

Kan Ku Coba LagiDonde viven las historias. Descúbrelo ahora