Keluarga Cemara

167 22 2
                                    

Bus double decker dengan sunyi melewati hutan, semakin lama pepohonan sekitar semakin berkurang. Berganti padang rumput.

Dari jauh, sebuah rumah mulai nampak, lalu pemukiman. Kemudian berubah menjadi Kota kecil.

Sopan melihat jam tangannya, jam menunjukkan pukul 00:56 dini hari. Dia merogoh saku jaket, mengeluarkan iPhone. Ibu jarinya berulang kali mengetuk layar, mengetik sesuatu.

[Ayah.]

Jawaban dari sisi lain datang agak lambat. Mungkin karena mau tidak mau harus terbangun.

[Ya?]

[Kami sudah di sekitar Kota Ephemeral.]

[Kira-kira jam berapa kalian sampai di Kampus?]

Membaca pertanyaan Solar, Sopan mengestimasi waktu serta jarak. Dia memberi jawaban.

[Sekitar satu jam lagi, berarti pukul 01:56.]

[Oke, Ayah siap-siap dulu.]

[Ayah bisa telepon orang tua Gentar dan Frostfire untukku?]

[Bukannya gak perlu? Ayah bisa antar sahabat-sahabatmu itu sekalian.]

[Perlu, mereka kangen sama orang tua mereka.]

[I see.]

Datang pesan tambahan.

[Apa kau gak kangen sama orang tuamu?]

[→_→]

[Iya, kangen sama Ayah.]

[Ayah yang mana satu, nih?]

[Yang punya manik seperti permata sapphire.]

[Jadi, sama Ayahmu yang ini gak kangen?]

[Gak.]

[...]

[Tanpa pikir panjang?]

[Sopan?]

[Kok dibaca doang?]

[Sampai situ Ayah jadiin ayam grepek ya kau.]

Sopan snort, then let out a quiet chuckle. Quiet enough as to not wake his best friend.

Menutup tirai untuk terakhir kali, Sopan memperhatikan kedua sahabatnya. Ketika Sopan menghela nafas melalui mulut, kabut putih muncul. Menandakan betapa dinginnya dini hari itu. Ditambah lagi AC bus tidak membantu sama sekali.

Karena tahu mereka akan kedinginan, Sopan sudah mengeluarkan sebuah selimut tebal dan menyelimuti mereka. Walaupun sebenarnya Frostfire tidak terlalu membutuhkan selimut itu, Sopan tetap menyelimutinya bersamaan dengan Gentar.

Sama seperti Frostfire, Sopan tidak butuh selimut. Kekuatan elemental cahaya di dalam dirinya bisa menghangatkan suhu tubuhnya.

Gentar tiba-tiba bergerak, matanya terbuka perlahan. Still in a daze.

Sopan menurunkan suaranya. "Masih ngantuk? Tidurlah lagi."

"... Mm." Tangan Gentar meraih tangan Sopan, kemudian menggenggamnya. Senyuman kecil tersungging, lalu dirinya lanjut terbuai alam mimpi.

Tatapan mata Sopan melembut, dia membalas genggaman Gentar. Sopan menyalurkan kekuatan elemental cahaya padanya.

Semua Mahasiswa sedang tidur, hanya sedikit yang masih terjaga seperti Sopan.

Sweet Mistake | IIWhere stories live. Discover now