Dalam Bus

276 40 4
                                    

Mais sedang selonjoran di sofa sambil bermain handphone ketika semua teman sekamarnya masih sibuk berkemas-kemas, tas miliknya sudah berada di samping. Dia menunggu yang lain selesai.

Layar handphone-nya menunjukkan angka 768 score, sebentar lagi menembus high score-nya yang tertulis di pojok kiri atas, yaitu 891 score. Selain suara gemerisik kain baju dan ritsleting, backsound dari game ikut memenuhi ruangan. Berbeda dengan backsound game biasanya, backsound game yang dia mainkan terdengar sedih. Membuat Gentar yang selesai mengemas barang-barangnya penasaran.

"Itu game apa?"

"Lonely Moth."

"Ohh, what a unique name. How did you play this game?"

Mais menekan tombol jeda. "Game-nya simpel. Lawan musuh, naikin level, upgrade skill, kumpulin material untuk unlock cerita."

Gentar menghampiri dan duduk di samping Mais, mengintip permainannya. Wajah Gentar berubah bingung melihat layar handphone Mais. "Unlock cerita?"

"Hmm." Mais menatap character-nya yang berupa manusia chibi dengan sayap. Game Lonely Moth ini sangat unik, hanya menampilkan bayangan tanpa ada grafik apapun. Cara membedakan character dan background menggunakan perbedaan warna.

Contohnya, character Mais berwarna indigo. Background-nya juga berkaitan dengan warna biru, namun birunya bukanlah biru indigo. Melainkan warna deep sky blue, summer sky, havelock blue, dan denim.

Mais dengan sabar menerangkannya pada Gentar, entah anak itu benar-benar tahu atau asal mengangguk-anggukan kepala saja.

"Dilihat dari manapun, game ini tidak ada bagian yang menonjol dari segi penampilan atau the way this game work. There's like a thousand game that look like this, too. But.." Mais menyungging senyuman miring. "I stay in this game for the storyline."

"Is the storyline really THAT intriguing?"

"Surprisingly, it is. Ceritanya itu tentang Moth normal yang hidupnya semakin lama semakin memburuk. Lalu, di tengah-tengah keterpurukannya, dia berpikir, 'ini aku ngapain?' Cerita ini berlanjut ke mencari tahu jati diri kita sebagai Moth."

Gentar menghendikan bahu. "Sounds like a classic trope to me."

Kedua mata Mais menyipit. "I promise you it's not that simple. Sometimes, this game feels realistic enough to make you think that the Moth is an actual person and not just a program. Like if you pick option to stare at NPC then a dialog box will came out and read 'I wonder if emotion called shame is worth it? Feeling shame makes me do less idiotic things, yeah. But should I feel shame when everyone else is only thinking about themselves?'"

Terdiam, Gentar berkedip perlahan. "... Holy shit, you're right. Itu seperti jika kau berteriak 'aku gay! Di depan umum. Orang-orang memang akan menoleh sebentar setelah itu melakukan kegiatan mereka masing-masing. Beberapa hari kemudian mereka akan tidak ingat bahkan ragu kejadian itu pernah terjadi' kan?!"

Mais seketika speechless. "Ya... Seperti itulah. Mungkin.."

Frostfire yang baru saja mendekati mereka langsung tertawa terbahak-bahak sambil memberi ibu jari ke Gentar. "AHAHAHA!! YA AMPUN- HAHAHA! Perumpamaan yang sempurna, Gentar!"

Menyengir lebar, Gentar membalas. "Yoi. Siapa dulu, dong."

"Btw, bantu aku, Gentar."

"Bantu apa?"

Sweet Mistake | IITahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon