Aku tersenyum didepan kaca, oh, astaga ternyata aku sangat cantik dengan setelan kaos putih, celana slacks berwarna coklat dan cardigan coklat kesayanganku ditambah sebuah tas selempang lucu yang aku bawa.
Aku mengambil sepedaku kemudian melakukan perjalanan dengan sepeda sambil menikmati indahnya pemandangan kota Seoul. Aku terhenti di sebuah taman lengkap dengan ayunan dan beberapa permainan anak kecil, taman ini terlihat sepi.
"Enaknya beli bungeoppang atau mochi, ya?" Pikirku setelah turun dari sepeda dan berjalan menuju bangku taman tersebut.
"Mana sih dia? Lama amat," ujarku mulai merasa kesal, aku kembali menatap taman tersebut, aku tidak yakin dia akan datang menemui ku apalagi setelah aku lihat jadwal kegiatannya begitu padat.
"Tuhkan gak datang lagi, emang lebih baik tadi gue mampir dulu buat makan ramyeon." Aku kembali memutar bola mata dengan malas, menyebalkan.
Aku berdiri mengambil tas selempang dan berniat untuk pergi.
Suara langkah kaki berlari dari arah belakang terdengar di telingaku, aku membalikkan badan.
Kemudian seseorang langsung memelukku dengan erat, napasnya masih belum teratur, aku membelalakkan mataku terkejut kemudian terkekeh.
"A-aku minta maaf," ujarnya dengan nafas yang masih tersengal-sengal dan melepaskan pelukan kita.
"Jungwon, tidak apa-apa, aku tahu jadwal mu pasti begitu padat." Aku menangkup pipinya dan sebuah ciuman manis mendarat di pipi kekasihku.
Dia menatapku, tatapannya menghangat dan aku bisa merasa kehangatan dari dalam matanya. Jungwon menarik ku dalam pelukannya, begitu hangat dan tenang.
"Tunggu sebentar seperti ini, aku benar-benar lelah, Via." Jungwon mengelus kepalaku dan bisa aku rasakan napas Jungwon yang perlahan kembali normal.
Aku tersenyum, mengelus punggungnya dengan lembut, Jungwon-ku begitu hebat, bukan?
"Kau hebat, Jungwon. Aku benar-benar bangga padamu, kau sangat kuat dan kau akan selalu kuat." Aku mengatakannya pada Jungwon tanpa aku sadari bulir air mata terjatuh, membasahi pundakku.
"Via, aku benar-benar beruntung memilikimu," ujar Jungwon mengecup keningku, aku mendongak menatap matanya yang sembab kemudian kami melepaskan pelukan.
"Kau lucu sekali." Jungwon menyentuh hidungku dengan rasa gemas.
"Sudahlah, ayo kita beli ramyeon, lihat perutku sudah berbunyi, Jungwon!" Aku merengek bagaikan anak kecil dan menggoyangkan lengan bajunya.
"Iya, cantik, ayo kita beli." Ia mengelus rambutku dan menggenggam tanganku, kami pun berjalan menuju restoran ramyeon dengan genggaman tangan yang tak akan kami lepaskan.
"I love you." Jungwon mengecup pipiku gemas saat aku sedang asiknya menikmati ramyeon.
- The End -
