Laras.

251 18 3
                                    

Nyiraden Siti Laras Gartiana Wijaya Kusuma. Biasa di panggil Laras. Anak dari seorang pengusaha tekstil di daerah Jakarta Raden Muhammad Khalled Wijaya Kusuma.

Walaupun berkecukupan tapi keluarganya selalu hidup sederhana, bahkan untuk kendaraan yang dipake ke pabriknya saja masih memakai mobil PANTER jadul. Sebenarnya mampu untuk beli yang lebih mewah dan bagus, tapi keluarganya lebih memilih sederhana.

Hari ini Laras nggak pergi ke kampus, karena hari sabtu perkuliahan kebanyakan pasti libur. Yang masuk biasanya mahasiswa semester akhir yang akan skripsi, terpaksa masuk karna biar cepet lulus.
Walaupun hari ini libur Laras tetap ke kampus karna ada tugas kelompok yang harus segera selesai, tugas yang deadline nya hari senin, biar minggu bisa benar-benar libur Laras dan teman-teman sekelompoknya memilih mengerjakan di hari sabtu.

Laras segera bergegas mandi dan bersiap.
Jam menunjukkan pukul 9.37 WIB.
30 menit kemudian Laras sudah siap dengan tas dan segala buku beserta laptop didalamnya.

'Tin!"
Bel mobil berbunyi.
"Ayas..." Panggil Icut
"Iya cut bentar." Teriak Laras.

Kali ini Laras tidak berangkat sendiri ke Kampus, dia di jemput bestinya, si Icut.

"Masuk cut." Sahut Papa Laras.
"Iya om hehe.." Balas Icut.
"Mau kemana cut? Kampus?" Tanya Papa Laras basa-basi.
"Iya om, mau kerja kelompok di Kampus." Jawab Icut.
"Oohhh." Papa Laras ber oh ria.
"Sarapan cut." Teriak Teri dari dapur.
"Iya ter, tadi dah sarapan di rumah." Sahut Icut.

Tak lama kemudian Laras turun menghampiri Icut yang sudah menunggu di ruang tamu.

"Yok cut." Ajak Laras yang datang dari kamar.
"Dah siap? Yok." Sahut Icut.
"Papa, teri, aku berangkat dulu ya." Pamit Laras.
"Berangkat dulu om." Pamit Icut.
"Iya." Balas Papa Laras.
"Tiati nak." Teriak Teri dari dapur.

***

Pukul 11.00 WIB. Mereka sudah sampai di kampus. Jalanan siang ini agak sepi dari biasanya, padahal weekend.
Hari ini mereka mau kerja kelompok dengan 3 temannya lagi, yaitu Reza, Kiky, dan Irsyad atau biasa dipanggil Icat.

Mereka ber 3 sudah menunggu di foodcourt kampus, memang janjiannya disitu. Keluar dari parkiran mereka segera bergegas ke foodcourt.
"Ohh itu dia." Kata Icut setelah mengedarkan pandangannya ke seluruh foodcourt. Icut hendak bergegas namun Laras menahannya.
"Kenapa yas?"
"Itu siapa cowok satu lagi tu?" Tanya Laras.
"Cowok mana? Oohh itu Noe bego. Itu Noe." Jelas Icut
"Ngapain dia kesini?" Tanya Laras.
"Katanya dia ada eskul di kampus."
Laras tidak menjawab, hanya ber oh ria.

"Hai gais, sorry ya lama." Kata Icut.
"Iya, kita juga baru nyampek kok." Jawab Kiky.
"Lu kok kesini? Katanya ada eskul?" Tanya Icut ke Noe.
"Udah selesai cut. Gua laper makanya ke sini, trus ada reja ama icat yaudah gabung aja." Jelas Noe.
"Oohh, eh iya kenalin Laras temen gue." Kata Icut memperkenalkan.
"Noe." Kata Noe menjabat tangan Laras.
"Laras." Balas Laras.

***

Ber jam-jam kemudian selesailah tugas kelompok itu. Sekarang mereka sedang bersantai dan mengobrol sambil menikmati cemilan yang dijual di foodcourt itu.

"Akhirnya selesai juga, capek tangan ini ngetik." Eluh Laras.
"Pesen lagi cat." Icut yang sedari tadi sibuk memesan makanan terus.
"Tinggal print deh." Kata Laras sambil menutup laptopnya.
"Gua juga mau print beberapa makalah nih, lu mau print dimana?" Noe yang tiba-tiba menyahut ke Laras.
"Kenapa?" Laras balik bertanya
"Ya kali aja gitu mau bareng." Jawab Noe.
"Ooh gausah deh, gua print sendiri aja." Jawab Laras kikuk.
"Ooh yaudah."

Jam menunjukkan pukul 14.10 WIB.
"Cut, lu nggak lupa kan hari ini lo mau nemenin gua?" Kiky yang tiba-tiba bersuara.
"Kemana? Oohh iyaaa" Icut menepuk jidat.
"Kalian mau kemana?" Tanya Laras.
"Gua lupa ngasih tau lu yas, gua ada janji ama kiky. Gua gabisa nganter lu pulang, lu bareng icat aja gimana?" Saran Icut.
"Gabisa gua, gua mau futsal ama reja setelah ini." Jawab Icat.
"Yahhh." Icut merasa tidak enak sama Laras.
"Kalo gua anter pulang Laras dulu sempet ga ya?" Tanya Icut ke Kiky.
"Keburu tutup tokonya cut." Jawab Kiky.
"Yaudah deh gua naik ojek aja gapapa." Laras menambahi.
"Bareng gua aja, gua free kok." Noe menawarkan.
"Emm gausah deh, gua naik ojek aja." Tolak Laras.
"Iya lu di anterin noe aja yas, mendung ini, mau ujan." Reza menambahkan.
"Iya bener tu reja."
"Kalo lo pulang ama noe dijamin aman dah." Icut meyakinkan Laras.

Diam beberapa saat memikirkan, Laras nolak karna dia nggak begitu suka sama Noe.

"Yaudah deh kalo gitu." Laras setuju akhirnya.
"Okee.. yaudah gua duluan ya gais." Pamit Icat dan diikuti oleh Reza.
"Atiati cat, ja." Kata Kiky sambil bersiap-siap memasukkan buku-bukunya.
"Iya."

Tak lama setelah Icat dan Reza pergi, Kiky dan Icut pun berpamitan juga sama Laras dan Noe.
"Yaudah gua duluan ya, baek baek lo bawa temen gua." Pamit Icut.
"Iya iya." Jawab Noe.
"Duluan ya." Pamit Kiky.
"Tiati ky." Balas Laras.

Setelah itu baru Laras membereskan buku dan laptopnya. Dia merutuki dirinya. 'Tau gitu tadi bawa motor sendiri.' Batinnya.
"Yok, dah siap belum?" Noe bertanya.
"Iya bentar."

Mereka menuju ke parkiran, begitu sampai di parkiran Laras begitu kaget dibuat Noe.
"Naik ini?"
"Iya. Emangnya kenapa?" Noe terheran-heran.
"Lo ke kampus naik motor beginian?"

Laras kaget dengan apa yang dilihatnya. Sebuah motor gede. Moge. Warna hitam pekat kombinasi dop dan glosi. Motor yang biasa dipake cowo tajir, yang harganya cukup menguras kantong.

"Iya, kenapa?"
"Lo cewe apa cowo sih?"
"Cewe. Kenapa sii?" Tanya Noe.
"Lo tu kek cowo banget tau ga. Pasti dikira bokap, gua dianterin cowo." Jawab Laras.
"Kenapa? Lo takut? Lo ga pernah dianterin cowo ya?" Noe sedikit meledek.

Laras merasa agak kesal karna Noe menertawakannya. 'Dih. Ngeselin banget ni orang.' Batinnya.

"Yaudah yok, gausah banyak ngomong." Laras sedikit emosi.
"Dih. Ngambek." Noe makin menggodanya.
"Apaansii. Niat nganterin gak?" Laras makin emosi.
"Iya iya, nih pake helmnya dulu neng." Noe menyodorkan helm.
Laras mengambil helm secara kasar.
"Jutek amat." Kata Noe.
"Udah cepet." Laras emosi.

Laras segera menaiki motor setelah Noe siap.

"Pegangan." Kata Noe.
"Apaansii, udah cepet jalan." Ketus Laras.

***

SILENT RELATIONSHIP.Where stories live. Discover now