Surprise

48 7 4
                                    

Beberapa daun terjatuh, tertiup angin. Langit langit nampak berkumpul dan membentuk awan hitam yang lebat. Terlihat burung burung yang masuk ke dalam sarang nya masing masing. Beberapa orang nampak berjalan cepat menuju rumahnya masing masing, karena sebentar lagi akan ada hujan.

Hawa di tempat itu seketika dingin, tetapi Gadis itu tidak merasa menggigil. Dia tidak terlalu peduli dengan cuaca saat ini. Kakinya sibuk berjalan, matanya melihat keseliling. Bibirnya tersenyum saat dirinya melihat apartemen berwarna merah itu.

Dia berjalan dengan tergesa gesa masuk menuju ke sebuah apartemen dengan 12 lantai itu. Jari jemarinya sibuk menekan tombol di lift itu. Angka dilift tersebut berhenti dilantai 7, dan gadis itu segera berjalan keluar dari lift tersebut.

Langkah gadis itu terhenti di sebuah pintu dengan angka 707 diatasnya. Gadis itu langsung saja menekan bel di pintu itu, berharap sang pemilik rumah keluar dan menyambut nya.

Gubrak...

Suara barang terjatuh dari dalam berhasil membuat gadis itu lebih bersiaga. Perlahan tangannya membuka pintu itu yang ternyata tidak terkunci.

Suasana di dalam gelap gulita, lembab, dan juga bau barang barang tergeletak dimana mana.

Drt.......(anggap aja suara drone)

Gadis itu mengeluarkan pisau nya saat mendengar suara itu. Perlahan dirinya berjalan mendekati pintu sebuah kamar yang tertutup, dari bawah pintu, gadis itu bisa melihat cahaya biru yang keluar dari dalam ruangan tersebut.

Sial, dirinya harus bergerak cepat.

Gadis itu lantas mendobrak ruangan itu, bisa dilihat sebuah drone yang sedang mencoba untuk membius seorang pemuda yang sedari tadi mencoba menghindar.

"Hei."

Pisau ditangannya, dia lempar kearah drone itu yang seketika membuat drone itu rusak. Gadis itu berhasil menjatuhkan drone itu. Dia harus bergerak cepat jika tidak drone drone yang lainnya akan segera menghampiri nya. Atau mungkin yang lebih parah, segerombolan pasukan akan segera masuk ke tempat ini.

"What the hell happen? What is that?" Pemuda itu sangat terkejut dengan apa yang baru saja terjadi.

"Itu adalah drone pencari." Pemuda itu masih menatap bingung.

"Kau beruntung bisa menghindari biusannya drone itu."

"Ayo, jika kita tidak segera pergi, akan banyak drone yang akan berdatangan." Gadis itu mengulurkan tangannya, berharap pemuda itu menerima ajakan nya.

"Who are you?" Pemuda itu masih bingung.

"Kita bicara saja nanti, drone yang lainnya akan segera berdatangan. Atau yang lebih buruknya lagi, tentara triangle itu akan datang kemari." Gadis itu berusaha membujuk lagi.

"I don't believe you. I don't even know you." Astaga, pemuda satu ini sepertinya tidak sadar kalau nyawanya baru saja diselamatkan.

"Sebastian Verlac, 17 tahun, tinggal sendiri, dan kau akhir akhir ini pasti sedang menyadari sesuatu bukan?" Gadis itu mendekat, membuat pemuda itu harus terpojok ke tembok.

"How did you....." Pemuda itu kebingungan.

"Kau merasa kalau dirimu bisa melakukan sesuatu yang ada di dalam film film bukan?" Gadis itu menatap lubang bekas yang ada di tembok apartemen itu, dan menyadari itu adalah bekas lemparan pisau.

"Kau sepertinya bisa mengendalikan benda." Gadis itu menyimpulkan.

Pemuda itu terdiam, masih terkejut dengan penjelasan gadis yang baru ditemui nya. Bagaimana dia bisa tahu itu?

You don't know Anything MeWhere stories live. Discover now