020

880 131 17
                                    

"ANYING GUE TELAT"

Wildan, Jovan, dan Jevan kompak keluar dari kamar masing masing lalu berlari ke bawah

"Pah kita berangkat" namun sang Papa gak ngegubris sama sekali. Ah bodo mereka bodo amat, sekarang di otak mereka cuma telat, telat, telat

Sebandel bandelnya mereka, mereka gak pernah telat kelas. Mereka gak mau ngulang semester lagi soalnya

Soal kepergian Rose, mereka belum sadar untuk sekarang. Gak tau deh kalo nanti.

Mereka mutusin naik motor dan kebut kebuttan di jalan, mereka menempuh jarak 15 menit, dan ya masih sisah 10 menit lagi untuk memulai kelas. Untung mereka gak naik mobil.

"Woy!" Jovan, Jevan, dan Wildan menoleh. Itu Savalas dan kawan kawan

"Eh, Theo mana?" tanya Jevan

"Kamu nanya?" ucap Vetran yang sumpah demi apa pu  Jevan gedeg liatnya

"Lo gak tau ya? Dia pindah ege ke Jepang" ucapan Mio barusan membuat ketiganya terkejut bukan main

"Positif aja, kan Mira ada di Jepang" ucap Satya

"Lah iya juga" ucap Wildan

"Eh lo tau gak sih? Kemaren gue liat Lia main sama cowok " ucap Harvin

"Iya, kita" ucap Wildan

"Bukan bego, kalo kalian gue sapa pasti" ucap Harvin

"Eh bener tuh, di club kan Vin?" Harvin mengangguk

"Cius deh gue gak boong" ucap Harvin

"Gue gak bisa ngasih liat fotonya soalnya kita gak sempet motoin" tambah Deka

Ke-11 laki laki itu terus berjalan menuju kantin, ya mereka mau ngantin dulu sebelum memasukki kelas masing masing. Namun siapa sangka di perjalanan menuju kantin, mereka malah melihat sesuatu yang membuat ketiga kakak beradik itu panas bukan main. Itu Lia, sedang berciuman dengan seorang laki laki

"Jo jangan pake emosi" tahan Savalas

Jovan menghentakkan tangannya yang di tahan oleh Savalas dan menghampiri kedua insan yang sedang berciuman itu. Jovan menarik laki laki itu dan menonjoknya hingga laki laki itu terjatuh

"Lo murahan banget" ucap Jevan

"Jo? Je? Dan?  Ini gak kayak yang kalian--" "Halah nyenyenye. Ini gak kayak yang kalian liat. Basi!" ucap Wildan

"Mana yang katanya lo udah nerima perasaan kita? Boong banget Li" ucap Jovan

"Gue muak sama cewek murahan kayak lo. Gak usah nampakkin batang idung lo lagi di depan kita. Dasar cewek murahan!" sesudahnya Jovan dan Wildan pergi menyisahkan Jevan

"Je"

"Sorry, dia emang bener. Lo murahan, bad attitude, suka nyalahin orang. Bener kata Papa, harusnya kita gak usah main lagi sama lo" ucap Jevan sebelum akhirnya ikutan pergi dari sana

"Ya makanya jadi cewek minimal mahalan sedikit lah" ujar Satya lalu ikutan pergi dari sana. Sedangkan yang lain hanya berlalu tanpa mengatakan sedikit pun perkataan

"Ck lo sih ah gak bisa nahan diri. Gue hampir aja dapetin salah satu dari mereka" ucap Lia kesal

"Ya lo mancing gue anjir" ucap si cowok ini

"Gimana dong sekarang? Kita harus pake rencana lain buat bikin Bagaskara ancur"

"Gue belom mikir lagi Li, serah di lo aja" ucap si cowok

"Gue ada ide Ya" si cowok itu mendekat ke arah Lia lalu Lia membisikkan sesuatu kepadanya

"Gimana?" si cowok itu mengangguk

"Bagus juga ide lo, kalo orang orang tau tentang kehamilan si babysitter pasti nama keluarga Bagaskara bakal jelek"

"Yakan? Iyalah gue gitu lho"

"Ayok Ya lanjutin yang tadi, gue udah basah banget ini" dan ya cowok yang di panggil Ya alias Arya itu hanya mengangguk dan mengikuti Lia dari belakang

~♥~

"Kita pulang" hening, gak ada suara Papanya sama sekali menyambut mereka

Ketiganya memilih duduk di sofa dan sibuk dengan ponsel masing masing. Sampai perkataan Wildan menghentikan kegiatan mereka bertiga

"Eh, kalian sadar gak sih Rose gak ada dari kemaren?" iya bener mereka gak nyadar sama sekali

Ketiganya berpandangan lalu berlari kencang ke arah kamar Rose yang berada tepat di sebelah kamar Dion. Jevan membuka pintu kamar tersebut lalu menerobos masuk ke dalam diikuti Jovan dan Wildan

"Gak ada" ucap Jovan

"Dia dimana?" tanya Jevan penasaran

Mata Wildan salpok sama kertas yang tergeletak apik di atas kasur. Dengan cekatan Wildan mengambilnya lalu memanggil kedua kakaknya untuk mendekat dan membacanya bersama

♡♡♡♡♡

Hai ini Rose...

Gue yakin banget sih abis kalian baca surat ini gue udah gak ada di rumah.

Jovan, Jevan, Wildan, gue mutusin resign dari pekerjaan gue. Ternyata gue gak kuat ngadepin sikap kalian.

Kalian baik kok sama gue, tapi semenjak Lia dateng kalian berubah total. Kalian gampang terpengaruh ternyata. Gue udah coba sabar sama sikap kalian, tapi hari itu, dimana hari gue ngeboongin kalian jadi puncak dari semuanya.

Gak usah coba cari gue, mungkin kalo kita ketemu lagi gue udah bahagia sama seseorang.

Eh gue mau jujur nih ya, gue suka sama kalian. Kalian baik banget soalnya sama gue. Perasaan gue sama rata buat kalian, gak ada yang special. Semuanya nempatin posisi yang sama di hati gue. Kalian bertiga cowok special buat gue setelah Ayah gue.

Jaga pola makan, pola tidur. Jangan suka bangun kesiangan, jangan suka bolos kelas. Bahagia terus ya? Jaga kesehatan di sana. Gue pamit, bye

-Rosean

♡♡♡♡♡

"Dia pergi?" seakan masih belom percaya, Jovan membuka lebar lebar lemari Rose dan ya mereka tidak menemukan satu pun pakaian Rose di sana, yang mereka temukan hanya sekotak kado yang berada di tengah tengah lemari.

"Apaan nih?" Jovan mengambil kotak itu dan membawanya kepada sodara sodaranya

"Buka" perintah Jevan

Jovan mengangguk lalu membukanya. Di sana terdapat lima buah testpack yang hasilnya positif dan hasil pemeriksaan kandungan.

Ketiganya berpandangan seolah berbicara lewat tatapan mereka "Rose hamil?"

Jevan buru buru membuka ponselnya dan mencoba menghubungi Rose. Baru dia akan menekan icon telpon, dia akhirnya sadar. Nomor dia di blokir oleh Rose

"Nomor gue di blokir" ucap Jevan

Wildan dan Jovan mengecek nomor yang sama juga dan ya hasilnya adalah mereka sama sama di blokir.

"Kita bejat banget gak sih?"

"Pantes Papa kecewa berat sama kita" ucap Wildan

"Bukan itu yang penting sekarang. Yang penting sekarang itu kabar Rose gimana? Dia dimana?"

"Kita cari dia. Gue punya kenalan yang bisa bantu kita nemuin lokasi Rose"









TBC

BABYSITTER [✔]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant