[DAY 21] SWEET BEHAVIOR

ابدأ من البداية
                                    

"Lepasin gu ... tolong lepaskan saya, Pak." Hampir saja Aksa kelepasan berkata kasar pada Xavier, bukannya tidak berani hanya saja dirinya tidak mau mendapat hal yang lebih buruk dari ini.

Xavier melepaskan genggaman tangannya dari Aksa dan kembali duduk tegak, namun pandangaannya sama sekali tidak berani dan tetap menatap wajah Aksa. Wajah Aksa yang selalu terbayang bagaikan candu baginya.

"Saya bisa saja melepaskan kamu dan membiarkan kamu pergi dari rumah ini. Tapi sayangnya, iblis saya tidak mengijinkan kamu pergi sejengkal pun dari kamar ini." Xavier menyeret jari telunjuknya menelusuri tulang selangka Aksa yang terlihat sedikit menonjol.

"Saya..."

Kruuckk...

Perut Aksa berhasil menginterupsi perbincangan mereka, bahkan membuat Xavier seketika tertawa saat mendengarnya.

Namun di sisi lain, Aksa jadi terkejut. Ia terkejut saat orang yang dikenal sebagai kulkas berjalan bisa tertawa lepas seperti itu juga. Bahkan, saat di kantor ia hanya bisa melihat senyum tipis milik Xavier.

Xavier bangkit dari pinggir kasur itu dan berjalan menuju lemari di ujung ruangan itu. Padahal, Aksa mengira jika lemari itu hanya pajangan belaka karena tidak pernah terbuka,  namun ternyata berisi banyak pakaian yang tergantung rapi. Di bagian bawahnya terdapat tumpukan kain putih dan Xavier mengambil salah satunya.

Xavier membuka lipatan kain putih besar dengan bulu-bulu pendek itu lalu berjalan kembali ke arah kasur.

Xavier membentangkan kain itu di atas tubuh Aksa menutupi dada hingga ujung kaki Aksa.

"Pak Xavier?" Tentu saja Aksa kebingunga atas sikap Xavier kepadanya hari ini, ini berbeda dari hari-hari sebelumnya. Karena sikapnya benar-benar berbeda dengan sikapnya beberapa hari terakhir.

"Kamu lapar, kan?" tanyanya yang dijawab dengan anggukan dari Aksa.

Xavier mengambil ponselnya dari dalam saku jasnya dan menelepon seseorang. Itu bukan smartphone, hanya telepon jadul yang hanya bisa dipakai untuk menelepon, mengirim pesan dan bermain permainan ular.

Hanya untuk sementara, karena khawatir jika ternyata ponselnya juga disadap.

"Bawakan makanan untukku." Hanya itu yang ia ucapkan lalu memasukkan ponselnya kembali ke saku jasnya.

Tapi, Aksa yang penasaraan tidak bisa menahan dirinya untuk bertanya banyak hal, namun kali ini bukan bertanya alasan Xavier menculiknya melainkan hal lain yang mengganggu pikirannya.

"Kenapa Anda menyelimuti saya? Anda terlihat peduli jika seperti ini."

Xavier ingin sekali tertawa melihat keluguan malaikatnya itu.

"Kulitmu dingin," jawab Xavier singkat. Xavier membuka jasnya dan menyampirkannya di headboard kasur itu, namun ia masih menggunakan rompi dan kemeja berwarna putih di dalamnya.

"Saya tidak terlalu kedinginan." Aksa mencoba untuk mencari jawaban yang sekiranya tidak menyinggung jika didengarkan oleh bosnya itu.

"Ck." Xavier mendecak kesal, memang benar jawabannya yang tadi bukanlah kenyataaan. Kenyataan sebenarnya ialah, ia tidak ingin siapapun melihat tubuh Aksa kecuali dirinya sendiri itulah mengapa ia membunuh salah satu bawahannya yang terpergok berani melihat tubuh Aksa saat memberikan Aksa minum.

"Kamu tidak akan kabur, kan?" Xavier mengganti topik, membuat Aksa mengernyit bingung.

"Maksud Anda?"

Xavier mendekat ke arah Aksa lebih tepatnya ia meraih tali yang mengikat tangan Aksa dan melepaskan simpulnya dan melakukan hal yang sama di tangan satunya lagi.

[ ✔ ] SWEET PILLS حيث تعيش القصص. اكتشف الآن