part 11

170 18 0
                                    

Sumi yang saat itu sedang tertunduk mengangkat wajah dan menatap ke arah laki-laki berkulit hitam dengan tubuh kekar menantangnya dengan mengangkat sebilah parang di tangannya.

"Maling? apa itu maling?" celoteh Sumi dengan tatapan heran.

"Woi! maling kamu ya! jadi kamu yang selama ini malingnya!" Laki-laki itu mendekat ke arah Sumi.

Namun, sebelum ia bergerak dan melangkahkan kakinya, ia sempat berteriak kepada teman-temannya yang saat itu berada di belakangnya.

"Woi, ini malingnya ketemu!"

Sumi bergeming. Gadis itu heran mengapa makhluk yang serupa seperti Aksa itu berteriak dan menatapnya tidak bersahabat.

Sekitar delapan orang mengepungnya, semua laki-laki berkulit sawo matang dan hitam.

Laki-laki berumur sekitar 30-an sampai 40 tahun itu menatap Sumi dari ujung kaki hingga ujung rambutnya.

"Akhirnya ketangkap juga kamu! Kami sudah banyak rugi gara-gara cabe yang hilang! sekarang kamu harus mempertanggung jawabkan perbuatanmu!" ancam laki-laki yang membawa parang itu sembari mencengkram lengan Sumi.

Sumi meringis kesakitan. Meski ia tidak mengerti apa yang mereka sebut maling, batin Sumi mengatakan jika orang-orang itu akan berbuat jahat padanya.

"Le--lepas ... siapa maling? maling itu apa?" hanya satu kali sentakan, Sumi berhasil dengan mudah melepaskan cengkraman laki-laki itu.

Mata laki-laki itu membeliak, begitu juga dengan laki-laki lain yang mengelilingi Sumi.

"Gila! cewek ini kuat juga! ngelawan lagi!" salah satu dari mereka bersuara.

Sumi mundur beberapa langkah saat laki-laki yang membawa parang itu kembali mendesak dirinya.

Ia memindai tatapannya ke satu-persatu orang yang menatapnya dengan pandangan mengintimidasi.

"Tunggu, sebelum kita bawa gadis ini, apa tidak sebaiknya kita coba. Di balik wajah kumel dan baju lusuhnya, gadis ini terlihat cantik," pria berambut keriting menatap gadis itu dengan penuh nafsu.

"Ah, gila kamu. Gadis kotor seperti ini apa menariknya? pasti bau!"

Sumi yang mendengar percakapan orang-orang itu naik pitam. Ia bersiaga sewaktu-waktu mereka menyerang Sumi dan melakukan perbuatan buruk padanya.

"Sudah! jangan berpikiran buruk! gadis ini tukang maling! nanti kalau ada apa-apa dengannya, kita yang kena getahnya!"

"Sudah! bawa saja dia ke desa! kita hukum sesuai perbuatannya!"

Delapan orang laki-laki itu pun akhirnya berusaha membawa Sumi. Sumi berontak sekuat tenaga, tapi tenaga gadis itu tidak sebanding dengan kekuatan laki-laki yang sedang bekerjasama itu.

Sumi di seret tanpa rasa kasihan. Mata hati orang-orang itu seperti sudah tertutup dengan kabut emosi.

"Lepasin! lepasin!" Sumi meronta, tapi tidak di pedulikan. Sumi di bawa melewati perkebunan coklat yang cukup luas. Bukan hanya kakinya yang terluka karena orang-orang itu menariknya dengan paksa, tapi juga pakaian lusuhnya yang berdebu dan terkoyak.

Setelah berjalan cukup jauh,  Sumi akhirnya tiba di pinggir desa. Mata Sumi terbelalak saat melihat pemandangan desa yang menakjubkan.

Namun, Sumi tak dapat menikmati pemandangan itu karena perbuatan orang-orang  ini menjadikan dirinya tersangka atas apa yang tidak pernah ia lakukan.

Warga yang tak sengaja melihat kejadian itu menjadi kepo dan begitu tahu, satu-persatu warga ikut ke rombongan para lelaki itu yang akan membawa Sumi ke balai desa.

SUMIATI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang