12. You Are Mine

Mulai dari awal
                                    

"Kita duduk di mana? Mejanya udah penuh lagi," kata Nadia sambil melihat ke segala arah, mencari meja yang kosong. Kali saja ada kan.

"Iya nih penuh banget. Eh tapi ada satu tuh yang kosong. Tapi, deket sama gengnya si Clara," Mela berkata sebal.

"Yaudah gapapa. Duduk di sana aja, daripada kita kelaparan kan,"  "Gue yang pesen ya kali ini. Lo mau apa?" Tanya Mela.

"Gue bakso sama es jeruk aja ya. Thanks Mela. Sayang deh," kata Nadia lebay yang dibalas dengusan oleh Mela.

Brak...

"Apa apaan sih lo? Gak liat kita lagi makan?" Tanya Mela marah. Pelaku yang menggebrak meja itu malah menatap sinis ke arah Nadia lalu bergantian menatap Mela.

"Bilangin ya ke temen lo yang itu. Gak usah sok kecakepan jadi orang! Dasar belagu," Clara. Cewek itu berkata dengan nada sinis.

Nadia hanya menyimak, ia tidak akan terpancing oleh cewek itu. Kecuali memang Clara sudah kelewatan baru ia akan bertindak.

"Lah? Emang temen gue cakep kok. Lebih cakepan temen gue malah daripada lo," jelas Mela tak mau kalah. Ia tidak akan suka jika ada orang yang menjelekkan sahabatnya. 

"Gue heran sama lo Mel. Kenapa sih lo mau temenan sama cewek kampungan kaya dia? Kalau gue sih ogah banget," perkataan Clara kali ini sudah memancing emosi Nadia. Tapi ia masih bisa tahan. Ia harus bersabar.

"Ya suka suka gue lah. Gue temenan sama dia karena dia baik. Gak kaya lo. Ada juga gue yang heran sama Lo. Kenapa lo selalu benci sama Nadia? Lo iri karena dia deket sama Sam? Lo bilang dia kampungan kan? Tapi nyatanya lo kalah sama yang kampungan, ck!" Mela berdecak di akhir kalimatnya. 

"Udah Mel. Kita pergi aja yuk," ajak Nadia karena tak mau terjadi keributan.

Saat mereka hendak pergi, tiba tiba Clara menghadang jalan Nadia dan menjulurkan kakinya yang membuat Nadia terjatuh dengan posisi berlutut di hadapan Clara. Clara mengambil satu gelas jus dan menyiramnya tepat di kepala Nadia.

"Dasar cewek kampung lo. Gak usah banyak tingkah deh. Udah miskin belagu lagi! Kasian orangtua lo. Ups, gue lupa. Lo kan gak punya orang tua ya," kata Clara diakhiri tawa yang diikuti oleh dua teman di sisinya. 

"Gila lo ya?! Apa lo gak punya hati sampe bisa ngomong kaya gitu tanpa beban?" Mela benar benar emosi dan ingin menyumpal mulut sialan Clara jika saja Nadia tak menahannya.

"Lo bilang apa tadi?" Tanya Nadia pelan namun menusuk. Nadia menancapkan sedikit beling yang  bagian  tajam ke  leher Clara. Clara yang menerima perlakuan itu tidak bisa berkutik sedikit pun. Mela yang melihat itu kaget, dan menarik pelan tangan Nadia namun segera ditepis olehnya.

"Lo bilang apa?!" Kali ini Nadia bicara dengan nada yang tinggi. Emosinya sudah tidak bisa terkendali saat ini. 

"Emangnya salah apa gue sama lo? Apa yang salah sama anak yatim piatu? Gue juga manusia. Gue berhak bahagia! Kalau gue bisa milih, gue juga gak mau jadi anak yatim-piatu! Gue juga pengen punya keluarga yang utuh. Pengen bahagia sama orangtua. Tapi gue bisa apa? Ini semua udah takdir yang Tuhan kasih buat gue dan gue harus terima semuanya dengan ikhlas. Dengan hidup kaya gini gue jadi lebih banyak bersyukur. Mungkin kalau gue punya kekayaan yang banyak, gue juga bakal kaya lo yang sukanya nindas orang. Sombong. Foya foya. Lo gak tau gimana rasanya tiap malem nangis karena kangen orang tua. Lo gak akan pernah tau rasanya jadi gue," Nadia berkata dengan air mata yang sudah berderai membasahi pipinya. Ia sudah tidak kuat.

TAKDIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang